Tekan Laju Keausan Candi Borobudur, Pengunjung Bakal Pakai Sandal Khusus
Balai Konservasi Borobudur membuat desain sandal khusus bagi pengunjung Candi Borobudur. Pemakaiannya diharapkan dapat mengurangi keausan candi akibat gesekan alas kaki pengunjung.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Balai Konservasi Borobudur menyiapkan tiga sandal khusus bagi pengunjung Taman Wisata Candi Borobudur. Sandal yang akan dibuat badan usaha milik desa di 20 desa di Kecamatan Borobudur itu didesain untuk meminimalkan keausan bangunan candi akibat goresan alas kaki pengunjung.
Salah satu sandal dibuat meniru bentuk pada gambar relief di panel 150 Karmawibhangga Candi Borobudur. Di panel itu, alas kaki digunakan sebagai barang persembahan. Sandal didesain dengan satu jepitan jempol dan pelindung punggung kaki. Bahan kulit sandal itu bakal dibuat menggunakan goni.
”Sandal tersebut diharapkan dapat memiliki makna filosofis khas Candi Borobudur sehingga bisa mendekatkan pengunjung dengan nilai historisnya,” kata Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyati Rabu (20/10/2021).
Sementara itu, dua desain sandal lainnya dirancang semacam selop. Satu sandal didesain hanya dengan satu pelindung cukup lebar di punggung kaki. Sementara satu sandal lainnya didesain dengan dua pelindung di jari dan punggung kaki. Kulit sandal menggunakan pandan dan eceng gondok.
Berkoordinasi dengan pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, sandal akan diberikan sebagai suvenir kepada pengunjung setelah membayar tiket masuk. Agar tidak membawa kotoran, sandal tidak langsung dipakai sejak pintu masuk, tetapi saat akan menaiki bangunan candi.
Wiwit mengatakan, kewajiban memakai sandal itu diberlakukan saat Borobudur dibuka kembali. Saat ini, Borobudur masih ditutup bagi pengunjung. Selain alasan konservasi dan mengurangi potensi keausan akibat gesekan alas kaki pengunjung dengan batuan, penutupannya terkait dengan pencegahan Covid-19.
Kepala Kelompok Kerja Pemeliharaan di BKB Bramantara mengatakan, pembuatan sandal khusus ini bagian perjalanan panjang mencegah pelapukan batuan yang dilakukan sejak 2015. Sebelumnya, pihaknya pernah melapisi batuan di bagian tangga dengan kayu dan karet. Namun, karena dinilai kurang estetis, upaya tersebut tidak dilanjutkan.
Pada 2020 lantas dilakukan uji coba pemakaian spon jenis hati dan spon jenis batu, pengujian laboratorium, meneliti porositas serta melihat gambaran permukaan dari batu yang terkena spon. Hasilnya, diputuskan menggunakan spon hati untuk meminimalkan gesekan.
Ada[un pertimbangan menggunakan goni, pandan, dan eceng gondok karena bahan itu relatif mudah didapat. Jenis material itu pun masih bisa beragam, mengikuti potensi material khas di setiap desa.
Laju keausan
Berdasarkan perhitungan BKB pada 2010, sebesar 70 persen batuan di bagian tangga candi telah mengalami keausan. Laju keausan batuan candi di tangga naik terukur 0,175 sentimeter per tahun. Sementara laju keausan batuan candi di tangga naik terukur 0,2 sentimeter per tahun. Adapun laju keausan di lantai mencapai 0,042 sentimeter per tahun.
Tingkat keausan itu berpotensi bertambah. Saat perhitungan itu dibuat, jumlah pengunjung Candi Borobudur baru lebih kurang 2 juta orang per tahun. Padahal, pada 2019, pengunjung di Candi Borobudur mencapai 4 juta orang.
Untuk meminimalkan laju keausan, bangunan Candi Borobudur juga masih akan ditutup dan tidak bisa diakses wisatawan pada tahun ini. Selain alasan konservasi, penutupan dilakukan untuk mencegah risiko penularan Covid-19.