41 Murid dan Enam Guru Positif Covid-19, Pengawasan PTM di Surakarta Diperketat
Dari hasil surveilans pembelajaran tatap muka terbatas, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, ditemukan 41 murid dan enam guru terpapar Covid-19 pada lima sekolah. Aktivitas pembelajaran tatap muka dihentikan sementara.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Dari hasil surveilans pembelajaran tatap muka terbatas, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, ditemukan 41 murid dan enam guru terpapar Covid-19. Mereka berasal dari lima sekolah. Pembelajaran tatap muka di lima sekolah tersebut dihentikan sementara demi mencegah meluasnya penularan Covid-19. Pengawasan sekolah tatap muka diperketat.
Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani Sidik menyampaikan, kelima sekolah itu adalah SD Kristen Manahan, SD Al Islam 2 Jamsaren, SD Negeri Mangkubumen Kidul, SD Negeri Danukusuman, dan SD Negeri Semanggi Lor. Kasus positif paling banyak ditemukan di SD Kristen Manahan.
”Awalnya ditemukan empat kasus dari sekitar 30 orang yang dijadikan sampel. Empat kasus itu berkembang menjadi 28 kasus setelah di-tracing terhadap 283 murid dan guru,” kata Ahyani di Balai Kota Surakarta, Senin (18/10/2021) sore.
Baca juga : Tes Acak untuk Pembelajaran Tatap Muka di Surakarta
Di SD Negeri Mangkubumen, hanya ada satu kasus yang ditemukan. Penelusuran kontak erat terhadap 13 warga sekolah tersebut tidak menghasilkan kasus tambahan. Lalu, di SD Negeri Danukusuman, semula ditemukan dua kasus. Penelusuran kontak erat dilanjutkan kepada 89 warga sekolah lain dan ditemukan tambahan sembilan kasus.
Sementara itu, di dua sekolah lain, yakni SD Negeri Semanggi Lor dan SD Al Islam 2 Jamsaren, hasil penelusuran kontak erat belum diketahui karena sampel masih diproses. Meski demikian, pembelajaran tatap muka sudah dihentikan sejak ditemukannya kasus positif di sekolah.
Semakin banyak jumlah kasus yang ditemukan, penghentian aktivitas PTM akan semakin lama.
Ahyani menjelaskan, penghentian pembelajaran tatap muka (PTM) bergantung jumlah temuan kasus di suatu sekolah. Durasi penghentian berkisar 14-30 hari. Semakin banyak jumlah kasus yang ditemukan, penghentian aktivitas PTM akan semakin lama. Di SD Kristen Manahan, misalnya, aktivitas PTM dihentikan dalam waktu 30 hari.
”Kami beri waktu dua minggu (14 hari) sampai satu bulan (30 hari). Yang kasusnya banyak bisa sampai satu bulan. Yang kasusnya sedikit hanya dua minggu,” kata Ahyani.
Ahyani menuturkan, selama pembelajaran tatap muka dihentikan, para murid tetap belajar seperti biasa dengan metode pembelajaran jarak jauh. Cara itu ditempuh demi mencegah meluasnya penularan Covid-19 dari lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menyampaikan, dari semua kasus yang sementara ini sudah ditemukan, hanya sebagian yang tercatat sebagai penduduk Kota Surakarta. Jumlah mereka sekitar 50 persen. Adapun 50 persen lainnya merupakan penduduk dari daerah di sekitar kota tersebut, seperti Sukoharjo, Klaten, Boyolali, dan Karanganyar.
”Yang tinggal di luar kota sudah kami informasikan ke kabupaten sekitar untuk segera dilakukan tindak lanjut. Jika tidak, nanti bisa menyebar ke mana-mana,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih mengatakan, warga sekolah yang dinyatakan positif Covid-19 langsung diminta melakukan isolasi mandiri. Sebelum isolasi, pihaknya akan memeriksa kondisi kelaikan rumah masing-masing.
Lebih lanjut ia menyampaikan, program surveilans merupakan arahan dari Kementerian Kesehatan. Kota Surakarta termasuk salah satu daerah yang dipilih untuk diawasi pelaksanaan pembelajaran tatap mukanya. Salah satu bentuk pengawasannya adalah dengan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) terhadap sejumlah warga sekolah. Pengetesan dilakukan terhadap sekitar 30 orang untuk setiap sekolah.
Sebanyak 29 sekolah ditunjuk dalam program tersebut. Sekolah-sekolah itu terdiri dari jenjang SD hingga SMA, baik negeri, swasta, maupun yang dikelola Kementerian Agama. Sejauh ini, surveilans sudah dilakukan di 20 sekolah.
Secara terpisah, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, orangtua tidak perlu khawatir dengan penghentian PTM terbatas. Pihaknya memastikan penghentian tersebut hanya diberlakukan pada sekolah di mana terdapat kasus positif Covid-19. Pembelajaran jarak jauh juga dilakukan agar siswa tak tertinggal materi pembelajaran.
”Tidak perlu khawatir. Ini yang kami tutup hanya sekolah yang ada positif Covid-19 saja. Yang lain tetap lanjut. Setiap hari juga ada random sampling. Tidak perlu takut,” kata Gibran.
Saya berencana mendatangi sejumlah sekolah untuk menyaksikan sendiri pelaksanaan pembelajaran tatap muka.
Selanjutnya, Gibran menegaskan, pihaknya akan mengawasi lebih ketat pembelajaran tatap muka yang berlangsung di sekolah. Ia berencana mendatangi sejumlah sekolah untuk menyaksikan sendiri pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Pihaknya mengingatkan segenap masyarakat untuk tak mengendurkan penerapan protokol kesehatan.
”Sama-sama menjagalah. Sudah turun ke level 2 (PPKM), sayang kalau naik lagi. Pokoknya SOP (prosedur standar operasi) yang kami anjurkan itu tidak menyulitkan warga, tetapi untuk melindungi warga,” katanya.