Ditemukan Kasus Positif Covid-19, Empat SD di Surakarta Ditutup Sementara
Empat sekolah dasar di Kota Surakarta, Jawa Tengah, ditutup sementara setelah ditemukan kasus positif Covid-19. Penutupan sementara bertujuan untuk mencegah penularan dalam sekolah makin meluas.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Empat sekolah dasar di Kota Surakarta, Jawa Tengah, ditutup sementara setelah ditemukan kasus positif Covid-19. Penutupan sementara bertujuan untuk mencegah penularan dalam sekolah semakin meluas. Penerapan protokol kesehatan perlu diperketat agar tidak terjadi penularan di lingkungan sekolah.
Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa menuturkan, kasus positif Covid-19 ditemukan lewat surveilans pembelajaran tatap muka di beberapa sekolah. Bentuk surveilans adalah pengetesan dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) guna mengetahui kondisi penularan dari kegiatan itu.
”Hasilnya ada empat SD yang ditemukan kasus positif Covid-19 waktu sampling (pengetesan). Maka, empat sekolah itu ditutup sementara,” kata Teguh, saat ditemui di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (18/10/2021).
Sekolah tersebut ialah SD Kristen Manahan, SD Al Islam 2 Jamsaren, SD Negeri Mangkubumen Kidul, dan SD Negeri Semanggi Lor.
Dari empat SD itu, lanjut Teguh, kasus positif paling banyak ditemukan di SD Kristen Manahan. Total sudah ada 28 kasus yang ditemukan setelah penelusuran kontak dilakukan. Untuk ketiga SD lainnya, hasil penelusuran kontak belum diketahui.
Biar clear sekolah itu, pemerintah tidak berani berisiko. Maka, menurut Pak Wali Kota, 30 hari ditutup. (Teguh Prakosa)
Teguh mengungkapkan, dari hasil rapat, penutupan sementara disepakati berlangsung selama satu bulan. Awalnya, penutupan sekolah hanya akan berlangsung selama dua pekan. Namun, durasi satu bulan dipilih agar perluasan penularan bisa dicegah lebih efektif. Ini didasari dari banyaknya kasus yang ditemukan dari salah satu sekolah.
”Biar clear sekolah itu, pemerintah tidak berani berisiko. Maka, menurut Pak Wali Kota, 30 hari ditutup,” kata Teguh.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih menjelaskan, program surveilans pembelajaran tatap muka merupakan arahan dari Kementerian Kesehatan. Kota Surakarta menjadi salah satu daerah yang dipilih dalam program tersebut. Total ada sekitar 29 sekolah yang ditunjuk untuk diawasi.
”Kita sudah jalan mulai tanggal 13 Oktober 2021. Sasarannya ada 29 sekolah tersebar dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Ada yang sekolah swasta, negeri, juga dari Kemenag (Kementerian Agama). Jadi semua unsurnya terwakili,” kata Wahyuningsih.
Lebih lanjut, Wahyuningsih mengatakan, sasaran pengetesan berjumlah 33 orang untuk setiap sekolah. Sasaran tes terdiri dari guru dan siswa. Sekolah tidak melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka selama hasil tes belum keluar.
Ditemui secara terpisah, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, penutupan hanya dilakukan pada sekolah yang terdapat kasus positif Covid-19 di dalamnya. Sekolah lain yang tidak ada temuan kasus masih diperbolehkan menggelar pembelajaran tatap muka. Namun, protokol kesehatan ketat harus terus dilakukan.
”Kami tidak ingin menghambat PTM (pembelajaran tatap muka) ini. Jalan terus saja dengan SOP (prosedur operasi standar) yang diperketat. Sekolah-sekolah yang dinyatakan tidak ada kasus jalan terus saja,” kata Gibran.
Gibran meminta agar kesadaran akan pentingnya penerapan protokol kesehatan ketat terus ditingkatkan. Khususnya oleh guru-guru yang menjadi teladan bagi para muridnya. Jangan ada lagi guru yang justru melanggar protokol kesehatan. Misalnya, tidak mengenakan masker dengan baik dan benar. Pelanggaran protokol kesehatan dikhawatirkan meningkatkan risiko terjadinya penularan Covid-19 dari pembelajaran tatap muka.