Atlet Batu dan Malang Bawa Jatim Juara Umum Paralayang PON Papua
Meski berlaga di medan yang baru dikenal, atlet paralayang Batu dan Malang mengharumkan nama Jawa Timur di PON Papua. Mereka menyabet enam mendali emas, dua perak, dan dua perunggu.
Oleh
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Enam atlet paralayang Batu dan dua dari Malang berhasil membawa Jawa Timur mempertahankan posisi sebagai juara umum cabang olahraga paralayang pada Pekan Olahraga XX di Papua. Mereka menyabet enam medali emas, dua perak, dan dua perunggu.
Capaian ini sesuai dengan target juara umum sebagaimana ditetapkan sebelum mereka berangkat ke Papua. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Jawa Barat, kontingen paralayang Jawa Timur berhasil mengantongi 4 emas, 3 perak, dan 3 perunggu.
Dari 12 nomor lomba yang dipertandingkan kali ini, atlet Jawa Timur berhasil menyabet medali dari sembilan nomor lomba. Adapun raihan medali emas, antara lain, diperoleh dari kelas ketepatan mendarat putra, ketepatan mendarat tandem putra beregu, cross country putri beregu, dan cross country perorangan putri.
Pelatih PON paralayang Jawa Timur, Sugeng Santoso, Rabu (13/10/2021), mengatakan, atlet Jawa Timur berhasil merebut separo dari jumlah emas yang disediakan. Adapun posisi kedua diduduki Jawa Barat.
”Alhamdulillah targetnya tercapai (memertahankan juara umum). Kita meraih separo dari total 12 emas yang disediakan. Lainnya direbut provinsi yang lain. Sementara Jawa Barat menempati posisi kedua dengan dua emas,” ujar Sugeng di Papua saat dihubungi dari Batu.
Menurut Sugeng, medan paralayang di Papua, Bukit Gracia, menjadi kendala utama. Bentuk medan yang seperti mangkuk membuat tingkat kestabilan angin tidak menentu. Apalagi jarak antara titik tolak (take off) dan pendaratan hanya 500 meter, tidak sejauh Gunung Banyak di Batu yang mencapai 1 kilometer.
Kita meraih separo dari total 12 emas yang disediakan.
Medan itu relatif baru bagi hampir semua atlet, kecuali atlet dari Papua. Namun, berbekal pemusatan latihan selama empat tahun terakhir, akhirnya para atlet bisa mengatasi kendala yang ada.
”Medannya baru. Semua daerah merasakan kendala yang sama. Jadi kita, ya, optimistis saja, tetap semangat dan akhirnya berhasil. Atlet tuan rumah hanya dapat satu perak dan satu perunggu,” katanya.
Jumlah kontingen paralayang asal Jawa Timur sebanyak 15 orang, 8 orang di antaranya atlet dan sisanya ofisial. Mereka adalah Joni Effendi, M Rizky Darmawan, Roni Pratama, Jafro Megawanto, Permadi Chandra B, Gigih Iman Nurdiansyah, Rika Wijayanti, dan Ike Ayu Wulandari.
Dihubungi secara terpisah, atlet yang mendapatkan medali emas dari kelas ketepatan mendarat perorangan, Roni Pratama, mengatakan, berbeda dengan arena paralayang di tempat lain, arena di PON Papua memiliki banyak turbulensi di dekat lokasi pendaratan.
”Kesannya seru. Tempatnya baru, belum pernah ada yang mencoba. Kondisi medannya banyak turbulensi. Seperti mangkuk, lokasi pendaratan banyak dikelilingi pohon,” ujar Roni yang membenarkan bahwa lokasi pendaratan juga berada di dekat tempat penangkaran buaya, tetapi hal itu tidak menyiutkan mental.
Ini adalah mendali emas pertama yang diraih Roni dari kelas perorangan ketepatan mendarat pada acara multievent. Sebelumnya, pada PON Jawa Barat, Rony mendapat emas untuk kelas tandem. Adapun di Asean Games 2018 mendaoat emas beregu di kelas ketepatan mendarat.