Bertemu Presiden, Said Aqil Janji Muktamar NU Terapkan Prokes Ketat
Setelah 1,5 tahun terhambat pandemi, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj akhirnya bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta. Berbagai apresiasi NU untuk pemerintah disampaikan dalam pertemuan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama direncanakan digelar di Lampung pada 23-25 Desember 2021. Muktamar dengan agenda utama pemilihan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu akan digelar dengan memperhatikan protokol kesehatan serta izin Satuan Tugas Penanganan Covid-19 nasional dan lokal.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj kepada pers seusai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/10/2021). ”Pertama, kedatangan saya ini kangen-kangenan. Sudah lama, ya, semenjak Covid-19 ini baru dua kali ini—jadi, satu setengah tahun ini baru dua kali ini—kita bertemu langsung dengan Bapak Presiden,” katanya.
Said bertemu dengan Presiden untuk melaporkan hasil Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU yang digelar tanggal 25-26 September 2021. Hasil dimaksud adalah bahwa NU akan melaksanakan Muktamar pada 23-25 Desember 2021.
”Presiden pun, ya, agak tanda tanya: ’Apakah sudah mungkin melihat kondisi Covid-19 masih seperti ini, apalagi di Lampung’. Ya, nanti kita lihat, Pak. Itu pun dengan syarat memperhatikan prokes (protokol kesehatan) dan izin dari satgas nasional dan satgas lokal,” ujar Said Aqil mengungkapkan isi pertemuannya dengan Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan itu, Said juga menyampaikan apresiasi NU terhadap Presiden yang dinilai sukses melaksanakan vaksinasi Covid-19. Saat ini Indonesia merupakan negara kelima di dunia yang dinilai paling sukses dalam program vaksinasi dan mampu mengendalikan penularan Covid-19. Apresiasi juga diberikan atas pemberian vaksin bagi kalangan pesantren, termasuk untuk para kiai.
”Kemudian, dalam masalah menanggulangi terorisme radikalisme, pembubaran HTI, pembubaran FPI, dan terus Densus melaksanakan tugasnya dengan baik, terutama setelah terbunuhnya Ali Kalora itu, itu juga kita apresiasi kepada Presiden yang tidak terjadi sebelumnya seperti ini,” kata Said Aqil.
Begitu pula menyangkut infrastruktur. ”Bahkan saya katakan, Bapak (Jokowi) ini Presiden Infrastruktur. Pak Jokowi ini Bapak Infrastruktur. (Hal) yang semuanya kita nikmati keberhasilan pembangunan infrastruktur Bapak Presiden, bukan hanya di Jawa atau Indonesia barat, tetapi juga Indonesia tengah dan Indonesia timur,” katanya.
Apresiasi juga diberikan terhadap penyelenggaraan PON XX Papua 2021 yang dapat dikatakan sangat sukses. ”Kita semua khawatir, semua prihatin, ngeri, PON dilaksanakan di Papua ternyata aman, damai, dan Bapak Presiden pun tidak hanya membuka PON, tetapi juga berkunjung ke beberapa daerah,” ujar Said Aqil.
Sehubungan dengan kemandirian, Said Aqil melanjutkan, NU dan Presiden Jokowi sama-sama berpendapat untuk menjaga kemandirian. ”Jangan sampai kita terpengaruh kepentingan luar. Sikapnya Indonesia terhadap sikap Palestina, Israel, masih tetap jelas keberpihakan terhadap Palestina. Selama Israel tidak mengakui Negara Palestina, maka Indonesia juga tidak akan mengakui Negara Israel secara politik,” katanya.
Said Aqil mengatakan, dua tahun lalu NU ditawari berkunjung ke Israel. ”Saya tolak. Selama Israel belum mengakui Palestina, saya tidak akan .... Kalau sudah saling mengakui, ayo. Dan, hal-hal lain yang sifatnya secara umum saja, keadaan bangsa pada keseluruhannya. Hasil pembicaraan selama satu jam ini sangat positif,” ujarnya.
Ditanya apakah Presiden Jokowi akan hadir ke Muktamar NU, Said Aqil menuturkan hal ini belum dibicarakan. ”(Hal tersebut) karena ini ada kemungkinan hybrid (digelar secara luring dan daring). Tidak mungkin luring 100 persen. Saya kira hybrid ini,” katanya.
Mengenai bursa kandidat ketua umum PBNU, Said Aqil mengatakan hal itu pun tidak disinggung. ”Pokoknya silakan kompetisi. Kader-kader NU siapa pun yang ingin maju, silakan maju. Beberapa kiai sepuh, antara lain Tuan Guru Turmudzi Lombok, Kiai Hasan Cirebon, Kiai Muhtadi Banten, meminta kepada saya agar maju lagi. Kiai-kiai sepuh dan beberapa teman,” katanya.
Said Aqil mengatakan pada pertemuan dengan Presiden Jokowi dirinya belum membicarakan masalah pencalonan. ”(Pembicaraan) dengan Presiden hanya masalah penyelenggaraan muktamar, sukses, berhasil, dan mohon dukungan. Bukan dukungan calon, bukan, (melainkan) dukungan muktamar agar lancar, aman, dan nyaman,” katanya.
Ditanya terkait banyaknya permintaan dari wilayah agar dirinya maju kembali, Said Aqil menuturkan bahwa apabila banyak permintaan maka dirinya siap. “Kalau banyak permintaan, ya, saya siap dong, yang namanya kader harus siap kalau sudah banyak permintaan. Walaupun, sampai sekarang, saya secara resmi belum men-declare. Tapi memang permintaan sangat banyak, sudah sangat banyak,” katanya.
Ketika ditanya mengenai kekecewaannya beberapa waktu lalu terhadap pemerintah yang tidak melibatkan NU dalam vaksinasi, Said Aqil menyampaikan alasan pemerintah bahwa waktu itu stok vaksin belum banyak. Setelah stok vaksin cukup banyak, masyarakat sipil, baik NU maupun yang lain-lain, diajak untuk menyukseskan vaksinasi.
Ditanya apakah pada kondisi sekarang dirinya puas, Said Aqil menjawab, ”Alhamdulillah. Dan, terbukti, menurun, kan, melandai sekali. Berat lho. Coba ke Singapura kayak apa. (Kasus Covid-19 di) Singapura meningkat tajam, (di) China juga masih muncul lagi. Di kita, alhamdulillah, melandai dan mudah-mudahan seterusnya.”
Perkembangan di Indonesia
Sebelumnya, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa (5/10/2021) petang, mengatakan perkembangan Covid-19 di Indonesia. ”Untuk pertama kali kasus aktif kita berada di bawah 1 persen, yaitu 0,86 persen, di minggu terakhir. Ini adalah perkembangan yang sangat baik mengingat pada lonjakan kasus kemarin, kasus aktif kita sempat mencapai hampir 19 persen,” katanya.
Bahkan, Wiku mengatakan, rata-rata dunia pun tidak pernah mencapai kasus aktif di bawah 1 persen. Saat ini, kasus aktif dunia sebesar 7,77 persen. ”Terlebih, penurunan yang sangat drastis ini berhasil kita capai dalam lebih kurang 2 bulan saja,” ujarnya.
Namun, pada kesempatan tersebut, Wiku tetap menyampaikan lima provinsi dengan kasus aktif yang masih tinggi. Provinsi tersebut adalah Kalimantan Utara dengan kasus aktif 8,83 persen, Papua 5,33 persen, Aceh 4 persen, Kalimantan Tengah 3,08 persen, dan Lampung 2,63 persen.
Wiku pun menjelaskan berbagai faktor penyebab lonjakan kasus atau gelombang Covid-19. Pada awalnya, kemunculan lonjakan kasus pertama Covid-19 di hampir seluruh negara terjadi akibat masih rendahnya pengetahuan banyak pihak, termasuk para ahli dan ilmuwan di bidang penyakit menular, akan penyakit ini.
Penyebaran Covid-19 dari Wuhan, China, ke negara-negara lain terjadi akibat mobilitas yang besar antarnegara saat itu sehingga menyebabkan pandemi. ”Meningkatnya jumlah kasus-kasusnya, khususnya kasus perawatan di rumah sakit, disebabkan belum ditemukannya obat-obat atau vaksinasi yang mendukung upaya kuratif saat itu,” kata Wiku.
Timbulnya variant of concern, seperti Alfa, Beta, Gamma, dan Delta, di beberapa negara, seperti Inggris, Afrika Selatan, dan India, menyebabkan kemunculan gelombang kedua. ”VoC atau variant of concern yang tidak disertai dengan penjagaan mobilitas antarnegara menyebabkan gelombang ikutan ke negara-negara tetangga, bahkan negara di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Indonesia,” ujarnya.
Jangan serta-merta melupakan pentingnya proteksi protokol kesehatan, baik memakai masker, menjaga jarak, maupun menjauhi kerumunan. Kepatuhan ini merupakan kunci mencegah timbulnya gelombang baru.
Wiku menuturkan, gelombang ketiga yang terjadi di Kentucky, Amerika Serikat, disebabkan distribusi varian baru, yaitu R1 dan varian Mu di Kolombia. ”Selain itu, pembukaan sektor sosial ekonomi yang tidak disertai kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi menyebabkan lonjakan kasus di Singapura, beberapa negara di Eropa, dan Afrika,” katanya.
Walaupun saat ini Indonesia telah mulai melakukan kegiatan produktif secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut, Wiku mengatakan, masyarakat harus tetap berhati-hati dalam beraktivitas. ”Jangan serta-merta melupakan pentingnya proteksi protokol kesehatan, baik memakai masker, menjaga jarak, maupun menjauhi kerumunan. Kepatuhan ini merupakan kunci mencegah timbulnya gelombang baru,” ujar Wiku.