PTM di Kota Magelang Dilaksanakan dengan Sejumlah Pelonggaran
Pembelajaran tatap muka di Kota Magelang dilaksanakan dengan sejumlah kelonggaran. Sekalipun berisiko memicu penularan, kelonggaran tetap diberlakukan karena kondisi tersebut sulit dihindari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka atau PTM di Kota Magelang, Jawa Tengah, dilaksanakan dengan sejumlah kelonggaran. Sekalipun diakui memberi risiko penularan Covid-19, pelonggaran diberlakukan karena tidak mungkin dihindari akibat sejumlah alasan.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Kustomo mengatakan, salah satu bentuk kelonggaran yang diberikan kepada para siswa peserta PTM adalah mereka tetap diizinkan berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum.
Kebijakan tersebut diakuinya sangat dilematis. ”Di satu sisi, kami menyadari penggunaan angkutan umum, berdekatan dengan banyak orang lain, membuat siswa berisiko tertular Covid-19. Namun, di sisi lain, kami tidak punya pilihan lain karena banyak orangtua juga beralasan tidak bisa mengantar jemput putra-putri mereka,” ujarnya, Rabu (29/9/2021).
Selain karena alasan bekerja, sebagian orangtua juga mengaku kesulitan mengantar karena sekolah anak mereka berjarak cukup jauh, sedangkan orangtua sendiri merasa tidak punya waktu atau tidak punya kendaraan untuk kebutuhan akomodasi anaknya. Masalah jarak ini biasanya dikeluhkan orangtua murid yang merupakan warga luar daerah, seperti Kabupaten Magelang.
Terkait hal ini, Kustomo mengatakan, pihaknya hanya bisa berharap agar pada situasi sekarang, pengemudi ataupun pengusaha angkutan umum untuk tetap menjalankan protokol kesehatan. ”Kami berharap pengemudi angkutan umum tetap memperhatikan masalah menjaga jarak aman dan tidak terfokus untuk mengangkut banyak penumpang,” ujarnya.
Selain itu, bentuk kelonggaran lainnya adalah PTM di setiap sekolah boleh dilaksanakan dengan melibatkan murid-murid dari luar daerah. Menurut Kustomo, hal ini tidak bisa dihindari karena banyak sekolah di daerah perbatasan, sebagian besar muridnya berasal dari Kabupaten Magelang.
”Pembatasan asal daerah murid tidak mungkin diberlakukan karena di salah satu SMP negeri saja, jumlah muridnya yang berasal dari Kota Magelang hanya tujuh orang,” ujarnya.
Saat ini, PTM di Kota Magelang sudah dilaksanakan oleh 23 SMP dan madrasah tsanawiyah (MTs) negeri dan swasta, 77 SD dan madrasah ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, serta 106 lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), TK dan kelompok bermain.
Di tingkat SD, MI, SMP dan MTs, pembelajaran dilaksanakan setiap hari, dengan jumlah peserta PTM hanya 50 persen dari total murid. Adapun setiap hari siswa hanya mengikuti empat mata pelajaran, dengan durasi waktu setiap mata pelajaran 30 menit.
Di tingkat PAUD, TK ataupun kelompok bermain, jumlah peserta PTM dibatasi hanya 33 persen dari jumlah siswa. Pembelajaran di sekolah hanya berlangsung dua atau tiga hari dalam seminggu karena kebanyakan orangtua masih khawatir.
Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Magelang Joko Budiyono mengatakan, pelaksanaan PTM akan terus dievaluasi. Untuk selanjutnya, uji petik juga akan dilakukan di SD dan SMP pelaksana PTM. Dalam kegiatan uji petik tersebut, Dinas Kesehatan Kota Magelang akan melakukan tes usap antigen kepada puluhan siswa yang dipilih sebagai sampel.
”Hasil tes usap dari sampel anak tersebut akan menjadi indikator apakah PTM tersebut aman untuk dilaksanakan atau tidak,” ujarnya. Di setiap kecamatan, uji petik nantinya akan dilakukan secara acak di satu SD dan satu SMP.