Pelepasliaran penyu terus digencarkan. Diharapkan masyarakat terlibat aktif menjaga lingkungan terutama tidak membuang sampah sembarangan demi keseimbangan alam khususnya kelestarian penyu.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Presiden Joko Widodo melepasliarkan 1.500 ekor tukik atau anak penyu jenis lekang atau Lepidochelys olivacea dan penyu hijau atau Chelonia mydas di Pantai Kemiren, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021). Diharapkan pelepasliaran ini mendukung pelestarian penyu di alam sehingga tercipta keseimbangan ekosistem. Peran serta masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan diperlukan.
”Saya berada di Pantai Kemiren, Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap dalam rangka melepas 1.500 tukik penyu untuk melestarikan satwa penyu yang semakin menurun populasinya dan kita harapkan agar tidak punah,” kata Presiden, Kamis.
Presiden mengatakan, dengan melepasliarkan penyu tersebut diharapkan bisa tercipta ekosistem laut yang sehat dan menjaga kesimbangan lingkungan di pesisir pantai serta laut. ”Saya mengharapkan dengan kegiatan ini ada kesadaran, ada kepedulian, ada partisipasi dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan penyu agar penyu semakin banyak dan meningkat,” tuturnya.
Menurut Presiden, program pelepasliaran tukik itu tidak hanya dilakukan di Cilacap, tapi juga akan dilakukan di seluruh daerah di Nusantara.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja Cilacap Jumawan mengatakan, penyu ini diambil dari sejumlah lokasi konservasi, mulai dari kawasan Jawa Timur, Yogyakarta, juga Kebumen, dan area konservasinya di Pantai Sodong, Adipala, Cilacap. ”Penyu ini berusia mulai dari tiga hari hingga satu bulan. Dari tempat kami ada sekitar 100 ekor tukik yang ikut dilepaskan di sini,” kata Jumawan.
Menurut Jumawan, kondisi pantai yang bersih dan alami berpotensi jadi lokasi penyu bertelur. Oleh karena itu, lewat pelepasliaran ini diharapkan masyarakat kian teredukasi untuk menjaga kebersihan lingkungan demi lestarinya penyu-penyu ini.
”Sebaiknya masyarakat tidak membuang sampah sembarangan seperti di sungai karena bisa mencemari lautan. Apalagi, penyu tidak bisa membedakan mana sampah atau bukan, jadi sampah bisa berpotensi termakan penyu,” tuturnya.
Kepala BKSDA Resor Konservasi Wilayah Cilacap Dedi Rusyanto mengatakan, pendampingan bagi kelompok masyarakat sadar lingkungan terutama untuk pelestarian penyu terus dilakukan. Di wilayah Jateng bagian selatan terdapat tiga kelompok konservasi penyu, yaitu di Jogosimo dan Puring, Kabupaten Kebumen, serta di Sodong, Cilacap.
Terkait adanya sejumlah temuan bangkai penyu di wilayah pesisir Cilacap dua tahun terakhir, Dedi menyampaikan untuk mengetahui penyebab pastinya butuh kajian mendalam. Namun, dari beberapa sampel bangkai penyu yang diperiksa tidak ditemukan sampah di dalamnya.
”Faktornya bisa karena perubahan iklim atau juga mungkin tersangkut jaring nelayan. Edukasi terus dilakukan supaya nelayan tidak menangkap penyu karena itu dilindungi,” kata Dedi.
Ketua Kelompok Nelayan Kemiren Sudir menyampaikan, para nelayan secara umum sudah mengetahui bahwa penyu dilindungi dan akan melepasnya jika ada penyu yang tertangkap. ”Nelayan di sini kalau dapat penyu langsung dilepaskan dan juga itu dilindungi pemerintah,” tutur Sudir.
Selain mendukung pelestarian penyu, menurut Sudir, para nelayan juga mengharapkan pemerintah turun tangan membantu membuatkan pemecah ombak dengan panjang 500 meter ke arah pantai lalu belok ke arah barat menuju
Nusakambangan sejauh 1 kilometer untuk mengurangi tinggi gelombang laut. ”Ada lebih dari 100 nelayan di sini, tetapi sekitar 70 orang pindah ke pantai lain karena takut dengan ombak yang besar. Ombak di sini bahaya sekali, bisa lebih dari 2-4 meter dan kami sebenarnya takut melaut dengan ombak setinggi itu,” tutur Sudir.
Menurut Sudir, ombak besar juga menyebabkan abrasi pantai kian terasa. ”Abrasi pantai dalam dua bulan ini sudah menggerus sampai 25 meter. Pohon-pohon cemara juga bertumbangan. Jadi kami berharap ada pemecah ombak untuk mengurangi kuatnya ombak ke pantai ini. Ini demi mencari makan buat keluarga,” paparnya.
Sudir juga menyampaikan, sampah yang banyak terdampar di Pantai Kemiran berasal dari aliran sungai-sungai terutama Sungai Serayu. Dia pun berharap masyarakat di hulu sungai ikut menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Seperti diketahui, Pantai Kemiren menjadi salah satu pantai yang kotor dari sampah organik dan anorganik. Sampah paling banyak didominasi sandal bekas. Sebelum kedatangan Presiden, panitia dan Paspampres pun turun tangan membersihkan pantai ini.