Inovasi Pertanian Bawa Lampung Raih Penghargaan Nasional
Inovasi mesin pengolah hasil pertanian yang diberi nama lesung millennium itu tidak menghasilkan limbah sekam. Selain mengasilkalkan beras, mesin langsung mengubah kulit padi menjadi dedak yang bisa dijual.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
NURHADI UNTUK KOMPAS
Mesin serbaguna yang dikembangkan Nurhadi, warga Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, meraih penghargaan dalam Gelar Teknologi Tepat Guna XXII Nasional 2021 di Jakarta pada Senin (20/9/2021).
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Inovasi di bidang pertanian yang digagas warga Kabupaten Tulang Bawang dan Lampung Timur membawa Provinsi Lampung meraih penghargaan Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional. Inovasi tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan secara luas sehingga bisa memajukan sektor pertanian di Lampung.
Penghargaan juara umum dalam ajang lomba inovasi bidang pertanian tanaman padi tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar kepada Gubernur Lampung Arinal Djunaidi di Jakarta pada Senin (20/9/2021).
Dalam ajang itu, Lampung menyabet dua penghargaan, yaitu peringkat pertama untuk kategori inovasi teknologi tepat guna dan peringkat ketiga untuk kategori teknologi unggulan.
Pada kategori inovasi teknologi tepat guna, inovasi dihasilkan oleh Santoso, warga Desa Sadar Sriwijaya Bandar Sribhawono, Lampung Timur. Ia merancang sistem pengolah diversifikasi produk berbasis maggot. Adapun untuk kategori teknologi unggulan, Nurhadi, warga Desa Batang Hari, Rawa Pitu, Tulang Bawang, membuat mesin pengolah serbaguna.
KOMPAS/VINA OKTAVIA
Petani di Desa Bumisari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Lampung, memanen padi Kamis (16/4/2020).
Terkait dengan penghargaan itu, Gubernur Arinal Djunaidi menyatakan ucapan terima kasih kepada pemerintah pusat. Menurut dia, capaian itu akan mendorong Pemerintah Lampung untuk berinovasi di sektor pertanian.
Sebelumnya, Lampung juga mendapat penghargaan dari Kementerian Pertanian karena mampu meningkatkan produksi padi. Pada 2020, produksi padi di Lampung mencapai 2,65 juta ton. Adapun produksi tahun 2019 sebanyak 2,1 juta ton.
Nurhadi (44) mengatakan, inovasi mesin pengolah hasil pertanian yang dia beri nama lesung millennium itu mempunyai fungsi utama untuk menggiling padi menjadi beras. Mesin itu mampu memproduksi beras dengan kualitas premium.
Mesin bekerja lebih efektif karena tidak menghasilkan limbah sekam. Selain beras, mesin langsung mengubah kulit padi menjadi dedak yang bisa dijual untuk pakan ternak.
Selain itu, mesin tersebut juga bisa dipakai untuk menggiling jagung, beras, geplek, dan ikan kering.
Foto udara panen padi di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020). Harga gabah kering panen (GKP) dari petani Rp 4.500 per kilogram, sedangkan beras dari penggilingan dijual Rp 8.000 per kilogram. Gangguan distribusi serta lesunya permintaan selama pandemi Covid-19 telah menekan harga hasil panen petani.
Pengembangan mesin
Selama ini, Nurhadi mendapat keluhan dari banyak petani yang mengaku rugi jika menjual produk pertanian dalam bentuk beras karena ongkos giling yang cukup tinggi. Hal itu membuat banyak petani menjual gabah kepada tengkulak.
Kondisi itulah yang mendorong ia menciptakan penggilingan mini yang bisa digunakan oleh petani. Dengan mesin itu, dia berharap lebih banyak petani yang bisa mengolah hasil pertanian secara mandiri sehingga mendapat nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Harapan saya, pemerintah provinsi dan kabupaten dapat mengembangkan mesin penggilingan padi mini ini agar petani di Lampung mendapat nilai tambah ekonomi.
Hingga saat ini, dia sudah menjual 81 mesin penggiling dengan spesifikasi berbagai macam. Mesin tersebut dijual seharga Rp 7,5 juta hingga Rp 10,5 juta, tergantung dari jenis mesin penggeraknya.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Gabah dijemur di salah satu penggilingan padi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (19/2/2020).
”Harapan saya, pemerintah provinsi dan kabupaten dapat mengembangkan mesin penggilingan padi mini ini agar petani di Lampung mendapat nilai tambah ekonomi,” kata Nurhadi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Wan Abbas Zakaria mengatakan, Lampung sudah memiliki modal yang baik untuk bisa menjadi daerah penyuplai pangan. Tahun ini saja, pemerintah pusat merampungkan pembangunan dua bendungan, yakni Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu dan Bendungan Marga Tiga di Lampung Timur.
Satu bendungan, yakni Way Sekampung, sudah beroperasi. Sementara pembangunan Bendungan Marga Tiga ditargetkan akan selesai pada akhir 2021.
LUKAS - BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Kamis (2/9/2021).
Dia menilai, petani di Lampung juga membutuhkan pendampingan kelembagaan. Petani harus dilatih agar mampu mengatur, menyimpan, dan mengolah padi menjadi beras.
Kelompok tani juga harus didorong untuk membangun industri pengolahan padi menjadi beras secara mandiri. Dengan kelembangaan yang kuat dan kualitas panen yang bagus, petani Lampung berpeluang untuk bisa mengekspor beras.