Hendak Melayat, Tiga Penumpang Mobil Tewas Tenggelam di Konawe
Hendak melayat, mobil yang ditumpangi sebuah keluarga terjatuh saat akan menaiki rakit untuk menyeberangi Sungai Konaweha, Sulawesi Tenggara. Tiga orang meninggal tenggelam.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Tiga orang yang masih mempunyai hubungan keluarga tewas tenggelam setelah mobil yang mereka tumpangi terjatuh ke Sungai Konaweha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Minggu (19/9/2021). Mereka tidak sempat menyelamatkan diri saat mobil terjatuh dari rakit yang hendak menyeberangkan mereka melintasi sungai. Pengawasan dan keamanan rakit perlu menjadi perhatian serius pemerintah.
Peristiwa itu terjadi di Desa Lalonggaluku, Kecamatan Bondoala, sekitar pukul 11.50 Wita. Mobil yang dikendarai Murdoko (48) ini ditumpangi tujuh anggota keluarganya. Keluarga dari Kabupaten Konawe Selatan ini diketahui hendak menuju Kabupaten Konawe Utara untuk melayat anggota keluarga yang meninggal.
Anas (50), pengemudi rakit, menuturkan, mobil tersebut adalah mobil kedua yang naik ke rakitnya. Saat berjalan di atas rakit, mobil tidak juga berhenti sehingga terjatuh dari rakit yang masih tertambat di tepian sungai. ”Saya tahan belakangnya, tidak juga berhenti. Padahal, mobil itu pelan-pelan jalannya. Kata sopirnya, remnya tidak berfungsi,” ucap Anas.
Bersama warga lainnya, ia lalu berusaha mengejar mobil yang mulai tenggelam di sungai selebar 70 meter tersebut. Lima penumpang berhasil menyelamatkan diri. Sementara itu, tiga orang lainnya tidak sempat keluar hingga mobil karam ke dasar sungai.
Kepala Kepolisian Sektor Bondoala Inspektur Satu Kadek Sujayana menyampaikan, ratusan warga bersama aparat dan tim SAR lalu melakukan pencarian di sungai. Memakai perahu karet dan rakit yang ada, pencarian dilakukan hingga radius ratusan meter.
Sekitar pukul 15.40 Wita, mobil tersebut ditemukan terseret arus sekitar 500 meter dari lokasi kejadian. Tiga penumpang yang terjebak di dalam mobil ditemukan dalam kondisi meninggal.
”Tiga korban ini merupakan anak, istri, juga mertua dari sopir mobil naas tersebut. Korban lalu dibawa pulang ke kampung halaman untuk dimakamkan. Mereka sebenarnya mau ke Konawe Utara untuk melayat keluarga yang meninggal di sana,” katanya.
Terkait kejadian ini, tambah Kadek, pihaknya tetap akan melakukan pemeriksaan dan juga meminta keterangan sejumlah saksi. Terlebih lagi, kejadian kendaraan terjatuh dari rakit bukan kali ini saja terjadi.
Sejauh ini, faktor keselamatan rakit memang sangat minim. Sebab, rakit tanpa pagar pembatas, alat keselamatan, atau instrumen pelengkap lainnya yang diperlukan dalam transportasi air. Hal ini perlu diperhatikan agar menghindari kejadian yang sama terulang.
Terlebih lagi, tambah Kadek, ribuan kendaraan menggunakan layanan penyeberangan ini setiap hari. Para pekerja dari Kendari yang akan menuju kawasan industri di Konawe atau warga Konawe yang ingin ke Kendari menjadikan rakit ini sebagai alat transportasi utama melintasi sungai.
Anwar (62), warga sekitar, menuturkan, rakit digunakan warga untuk menyeberang sejak tahun 1980-an. Penyeberangan dengan rakit menyingkat waktu dari dan menuju Kendari dibandingkan melalui jalan utama yang harus memutar jauh. ”Saat itu hanya bisa dilalui motor. Baru tahun 1990-an mobil bisa naik. Ini transportasi kami sehari-hari untuk menyeberang. Saat ini sedang dibangun jembatan, tapi baru untuk motor. Kami bingung juga,” ucapnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, tambahnya, peristiwa kendaraan terjatuh dari rakit beberapa kali terjadi. Akan tetapi, baru kali ini yang menimbulkan korban jiwa. Ia pun berharap pemerintah memberikan perhatian agar masyarakat terjaga keselamatannya saat melintasi sungai ini dengan rakit.