150 Ton Kopi Senilai Rp 14 Miliar asal Subang Diekspor ke Arab Saudi
Sebanyak 50 ton kopi arabika asal Subang, Jawa Barat, akan diekspor ke Arab Saudi dalam setahun ke depan. Ekspor ini menandakan geliat komoditas pertanian dan perkebunan di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SUBANG, KOMPAS — Sebanyak 150 ton kopi arabika asal Kabupaten Subang, Jawa Barat, akan diekspor ke Arab Saudi dalam satu tahun ke depan. Ekspor dari koperasi petani kopi tersebut bernilai 1 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 14,26 miliar.
Ekspor perdana dilakukan dengan mengirimkan satu kontainer berisi 18 ton kopi senilai Rp 2 miliar. Ekspor tersebut menjadi momentum kebangkitan koperasi berbasis komoditas pertanian dan perkebunan di tengah pandemi Covid-19.
”Ini menjadi bukti kualitas kopi Indonesia, khususnya yang memiliki Indikasi Geografis (IG) Java Preanger dari Jabar, dapat memenuhi standar kualitas buyer (pembeli) di luar negeri,” ujar Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki saat melepas ekspor kopi produksi Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah di Subang, Jumat (17/9/2021).
Teten menyebutkan, ekspor tersebut menjadi contoh konkret peran koperasi dalam meningkatkan skala ekonomi dan memenuhi permintaan pembeli di luar negeri. Petani yang semula menanam kopi masing-masing di lahan terbatas mampu mengembangkan hasil produksinya lewat koperasi.
”Kita perlu dorong koperasi berperan sebagai konsolidator sekaligus agregator. Di samping konsolidasi petani dan lahan, koperasi juga menjadi offtaker pertama yang membeli hasil panen, mengolah, dan menjalin kemitraan usaha dengan buyer,” katanya.
Ekspor tersebut diharapkan menjadi momentum bagi koperasi menangkap peluang pasar yang sangat luas untuk produk pangan. Namun, tingginya biaya kontainer (pengiriman), terutama saat pandemi, masih menjadi kendala bagi koperasi dalam mengekspor.
Ekspor tersebut menjadi contoh konkret peran koperasi dalam meningkatkan skala ekonomi dan memenuhi permintaan pembeli di luar negeri. Petani yang semula menanam kopi sendiri-sendiri di lahan terbatas mampu mengembangkan hasil produksinya lewat koperasi.
”Ini sedang sama-sama kami teliti dan dipelajari. Bagaimana di negara lain juga mengalami kesulitan ekspor terkait kontainer. Apakah nanti akan ada insentif atau seperti apa,” katanya.
Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah Miftahudin Shaf berterima kasih atas pendampingan dari Kemenkop dan UKM, termasuk dalam mengakses pembiayaan. Pihaknya juga didukung oleh Bank Indonesia Jabar untuk menjadi agregator kopi sehingga dapat memasok bahan baku dari daerah lain di Jabar.
”Kami juga difasilitasi berbagai sertifikasi untuk ekspor. Setelah ini kami rencana prospek ekspor ke Belanda,” katanya.
Kepala BI Jabar Herawanto mengatakan, ekspor tersebut turut berkontribusi dalam pemulihan ekonomi melalui ekspor komoditas unggulan. Sejak 2018, pihaknya telah mengembangkan kluster mitra produksi kopi di sembilan wilayah, yaitu Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Bogor, Subang, Majalengka, serta Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.
”Berbagai program dilakukan untuk mempercepat pengembangan komoditas ekspor kopi, dari hulu hingga hilir. Di antaranya berbentuk bantuan teknis berupa pelatihan budidaya, pemanfaatan pupuk MA 11, Q-grader, dan studi banding peningkatan produktivitas,” katanya.
Ekspor kopi asal Subang tersebut semakin menandakan geliat ekspor komoditas pangan di Jabar saat pandemi. Oktober 2020, 16 ton kopi arabika senilai Rp 1,3 miliar asal Kabupaten Bandung dikirim ke Australia.
Komoditas pangan lainnya, seperti ubi jalar, juga diminati pasar luar negeri. Kamis (16/9/2021), Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum melepas pengiriman 55 ton ubi jalar asal Sumedang ke Singapura.
Ubi jalar varietas rancing ini akan dikirim bertahap setiap bulan dengan total ekspor mencapai 8.037 ton senilai 6,6 juta dollar AS. Uu berharap, ke depan Jabar tidak hanya mengekspor umbinya, tetapi juga produk pangan berbasis ubi jalar.