Tiga tempat wisata di Batu, Jawa Timur, diujicobakan untuk dibuka mulai 7 September hingga13 September. Penyaringan pengunjung menggunakan aplikasi Pedulil Lindungi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Setelah dua bulan lebih tidak beroperasi, pelaku wisata di Kota Batu, Jawa Timur, bersiap melakukan uji coba pembukaan obyek wisata menyusul relaksasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Hasil evalusi PPKM Jawa Bali 31 Agustus-6 September menyebut periode 7-13 September terdapat 20 tempat wisata di kota level 3 di Pulau Jawa yang akan dibuka dengan protokol kesehatan ketat dan implementasi aplikasi Peduli Lindungi.
Sementara tempat wisata di daerah level 2 akan diwajibkan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi (sebelumnya tempat wisata di level 2 bisa dibuka dengan kapasitas 25 persen). Pemerintah mendorong persiapan pariwisata berkualitas dari luar negeri begitu Bali siap dilakukan pembukaan.
Dari 20 tempat wisata luar ruang yang akan menjalani uji coba tersebut, empat di antaranya ada di Jawa Timur. Dari empat lokasi di Jatim, tiga di antaranya ada di Batu, yakni Taman Rekreasi Selecta, Jatim Park 2, Batu Night Spectacular, dan satu tempat lainnya di Lamongan, yaitu Maharani Zoo dan Goa.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Sujud Hariadi, yang dihubungi secara terpisah, membenarkan soal uji coba ini. Menurut Sujud, ada desakan dari pelaku wisata, dalam hal ini Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (Putri), agar bisa beroperasi kembali setelah lebih dari dua bulan tutup.
”Alhamdulillah kita mendapat kesempatan uji coba. Kemarin Pak Luhut (Luhut Binsar Pandjaitan) meminta kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif karena desakan melalui asosiasi Puteri, kok taman rekreasi belum bisa buka setelah 2 bulan lebih? Akhirnya kemarin dari Pak Menko uji coba dulu saja berapa,” ujarnya.
Pelaku wisata di Batu belum bisa memulai uji coba karena masih menunggu QR Code. Sujud yang menjabat sebagai Direktur Taman Rekreasi Selecta mengatakan sudah mengajukan untuk mendapatkan QR Code tetapi hingga kini belum turun.
”Kami nanti diberi ID dan password setelah itu baru membuat QR Code sendiri. QR Code untuk aplikasi Peduli Lindungi sehingga bisa menyaring wisatawan yang (berstatus) merah. Kuning dan hijau masih bisa masuk,” ucapnya.
Sembari menunggu QR Code, menurut Sujud, pihaknya secara prinsip sudah siap menerapkan wisata sesuai protokol dan ketentuan. Hal itu di antaranya menyiapkan wastafel di 50 lebih lokasi, aturan jaga jarak, dan menebar hand sanitizer.
QR Code untuk aplikasi Peduli Lindungi sehingga bisa menyaring wisatawan yang (berstatus) merah
Aplikasi Peduli Lindungi juga dinilai bisa menyaring wisatawan. Tidak semua wisatawan bisa masuk. Kapasitas total Selecta 10.000 orang per hari.
Disinggung soal tamu yang menginap di hotel dan mengunjungi tempat kuliner di Batu—setelah PPKM turun menjadi level 3—Sujud mengatakan sudah ada geliat dibandingkan ketika PPKM darurat dan level 4. Pada akhir pekan kondisi hotel sudah mencapai 50 persen.
”Hotel dan restoran sudah ada peningkatan, khususnya saat akhir pekan. Memang Batu bergantung penuh sama wisatawan dari luar daerah, seperti Surabaya dan Pasuruan. Pasuruan sendiri sudah level 2 sehingga banyak orang ke Batu, belanja bunga, nginap di hotel,” katanya.
Terkait Pasuruan yang sudah level 2, pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyatakan, dua hari terakhir sudah ada wisatawan masuk meski jumlahnya belum banyak. Obyek dan daya tarik wisata TNBTS dibuka sejak 6 September setelah beberapa waktu tutup akibat PPKM.
”Sudah ada wisatawan tetapi jumlahnya masih sedikit. Mungkin nanti akhir pekan ada peningkatan,” ujar Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar TNBTS Sarif Hidayat, saat dihubungi secara terpisah.
TNBTS dibuka hanya tiga titik dengan jumlah pengunjung terbatas, yakni Titik Pandang Pananjakan 222 orang, Bukit Kedaluh 107 orang, dan Bukit Cinta 31 orang. Adapun akses masuk yang dibuka baru di Pasuruan, untuk tiga akses lainnya dari Probolinggo, Malang, dan Lumajang masih ditutup.
Sarif mengatakan, obyek dan daya tarik wisata TNBTS dibuka dengan kapasitas maksimal 25 persen dan menerapkan protokol kesehatan ketat serta wajib menggunakan aplikasi Peduli Lindungi.
Seperti diketahui, kawasan TNBTS mulai ditutup untuk wisatawan ketika empat daerah penyangga kawasan di sekitarnya menerapkan PPKM darurat. Sebelumnya, selama pandemi, kawasan ini beberapa kali mengalami buka tutup kawasan dengan maksud membatasi penyebaran Covid-19, antara lain pada 13-23 Mei atau selama masa libur Idul Fitri 1442 H.
Adapun saat libur pergantian tahun 2020-2021, selain mewajibkan wisatawan membawa hasil tes cepat antigen, pihak BBTNBTS kala itu juga membatasi kuota wisatawan 30 persen dari daya tampung atau 1.001 orang per hari. Misalnya Bukit Cinta 35 orang, Pananjakan 214 orang, Bukit Kedaluh 107 orang, Savana Teletubies atau Lautan Pasir 520 orang, dan Mentigen 125 orang.
Selama ini TNBTS menjadi salah satu wisata unggulan Jawa Timur, termasuk Indonesia. Berdasarkan catatan Kompas jumlah kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo tahun 2019 mencapai 721.082 orang. Dari jumlah tersebut, 699.021 adalah wisatawan domestik dan 22.061 merupakan wisatawan mancanegara.
Angka ini lebih kecil dibandingkan 2018 yang mencapai 825.206 orang, terdiri dari wisatawan domestik 800.130 dan wisatawan asing 25.076 orang. Adapun tahun 2020 wisatawan anjlok akibat pandemi, yakni hanya 196.268 orang terbagi atas wisatawan lokal 193.733 dan 2.658 wisatawan mancanegara.