Kondisi Pandemi Membaik, 205 Sekolah di Palembang Mulai Gelar PTM Terbatas
Sebanyak 205 sekolah setingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama di Palembang mulai menggelar pembelajaran tatap muka terbatas. Kebijakan ini diambil setelah kondisi pandemi di Palembang membaik.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak 205 sekolah setingkat pendidikan anak usia dini sampai sekolah menengah pertama di Palembang mulai menggelar pembelajaran tatap muka terbatas, Senin (6/9/2021). Langkah ini diterapkan mengingat kondisi pandemi di Palembang yang sudah membaik dibandingkan akhir Juli 2021 lalu.
Wali Kota Palembang Harnojoyo saat meninjau Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Palembang, Senin (6/9/2021), mengatakan, pembukaan sekolah dengan skema pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas merupakan upaya pemerintah untuk menghadirkan kembali situasi belajar kepada siswa. ”Hampir dua tahun, mereka tidak belajar di sekolah,” katanya.
Untuk hari pertama ini, ada sekitar 205 sekolah yang dibuka untuk melaksanakan PTM terbatas. Sekolah itu terdiri dari 90 sekolah dasar (SD) dan 61 sekolah menengah pertama (SMP), baik negeri maupun swasta.
Sementara untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) pun dibatasi di mana dalam satu kecamatan hanya ada tiga PAUD yang diizinkan dibuka. Artinya, ada sekitar 54 PAUD se-Palembang yang menggelar PTM di tahap awal ini. Selanjutnya, pembukaan sekolah akan diterapkan secara bertahap sesuai dengan hasil verifikasi dan evaluasi dari tim satgas Covid-19 Kota Palembang.
Pemerintah kota Palembang memutuskan membuka PTM terbatas karena berdasarkan pemantauan situasi pandemi di ibu kota Sumatera Selatan ini sudah mereda dibandingkan akhir Juli 2021. Hal ini terlihat dari status Palembang yang sudah menurun dari zona merah menjadi oranye.
Ditambah lagi untuk skala risiko, lanjut Harnojoyo, Palembang sudah turun ke level III. ”Kami masih menunggu keputusan pemerintah pusat mengenai status terkini Palembang,” kata Harnojoyo.
Salah satu sekolah yang sudah mengadakan PTM terbatas adalah SMP Negeri 7 Palembang yang terletak di Kawasan Jakabaring. Semua proses pembelajaran menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Siswa yang datang harus memakai masker, mencuci tangan, dan mengukur suhu tubuh. Orangtua pun hanya boleh mengantar di depan sekolah saja.
Sesampainya di kelas, mereka tidak boleh melepas masker dan duduk berjarak. Jumlah kursi pun dibatasi, dari yang semula 30-34 siswa per kelas menjadi hanya 10-12 siswa per kelas. Waktu belajar pun dibagi dalam tiga shift dengan waktu belajar masing-masing sekitar 2 jam.
”Langkah ini diambil agar sepanjang proses pembelajaran berlangsung tidak ada kasus konfirmasi positif baru,” kata Harnojoyo. Satgas Covid-19 di tingkat sekolah, lanjut Harnojoyo, telah melakukan pemantauan dan mengatur siswa agar mengikuti arahan. Tidak hanya kepada siswa, guru pun harus menjalankan protokol kesehatan dengan benar. ”Guru harus menjadi contoh bagi para siswa nya,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang Ahmad Zulinto menuturkan, pembukaan sekolah untuk PTM terbatas akan dilakukan secara bertahap. ”Masih ada sekolah yang belum diizinkan dibuka karena menunggu hasil pemeriksaan satgas, terkait kesiapan masing-masing sekolah,” katanya.
Pada satu minggu ini, kata Zulinto, pihaknya akan melakukan verifikasi dan evaluasi kegiatan. Kemungkinan pekan depan, semua SMP di Palembang akan mulai dibuka untuk PTM terbatas.
Izin orangtua
Sebelum sebuah sekolah dibuka, jelas Zulinto, pihak sekolah lebih dulu memberikan surat pernyataan kepada orangtua siswa apakah setuju untuk mengadakan PTM terbatas. ”Bagi orangtua yang belum setuju anaknya belajar di sekolah, kami tetap membuka pembelajaran secara daring,” katanya.
Untuk menekan risiko penularan, lanjut Zulinto, pihaknya sudah bekerja sama dengan dinas kesehatan kota Palembang untuk melakukan langkah antisipasi ketika ditemukan gejala pada anak maupun guru. ”Sekolah harus berkoordinasi dengan puskesmas terdekat di mana saat ditemukan siswa atau guru yang bergejala segera diperiksa untuk memastikan apakah mereka terjangkit atau tidak,” ucapnya.
Tidak hanya itu, upaya vaksinasi pada siswa pun terus didorong. Zulinto memastikan dari sekitar 17.000 guru yang mengajar di berbagai sekolah di Palembang sekitar 86 persen di antaranya sudah divaksinasi.
Adapun untuk siswa di Palembang dengan rentang usia 12-17 tahun, ada sekitar 12.000 anak yang sudah divaksin. Jumlah itu masih sangat kecil dan akan terus berlanjut. ”Harapannya, baik siswa maupun guru dapat divaksinasi segera agar risiko penularan bisa diminimalisasi,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurany mengatakan, dari hasil pendapatan Kementerian Kesehatan, tidak ada lagi daerah di Sumsel yang berstatus risiko level empat. ”Yang ada hanya tinggal level III dan II. Namun kami masih menunggu keputusan dari Kementerian Dalam Negeri,” katanya.
Meski demikian, cakupan vaksinasi di Sumsel masih rendah karena keterbatasan vaksin. Secara keseluruhan untuk tahap satu masih sekitar 20 persen, sementara untuk dosis dua baru 12 persen.
Sementara untuk masyarakat rentan umum, termasuk anak remaja (12-17 tahun), dari 846.683 orang yang sudah mendapatkan penyuntikan dosis kedua masih 2,31 persen. ”Ke depan akan vaksinasi di Sumsel akan terus didorong agar segera Sumsel mencapai kekebalan komunal,” katanya.