Surabaya Tunjuk 5.425 Pelajar sebagai Anggota Satuan Tugas Sekolah Tangguh
Pemerintah Kota Surabaya melibatkan siswa dan siswi sebagai Satuan Tugas Sekolah Tangguh untuk persekolahan dalam masa pandemi Covid-19 dengan harapan memelihara penerapan protokol kesehatan secara disiplin.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya menunjuk 5.425 siswa-siswi SD-SMP sebagai anggota Satuan Tugas Sekolah Tangguh. Keberadaan gugus ini untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka dalam masa pandemi Covid-19 yang direncanakan dimulai pada Senin (6/9/2021).
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Jumat (3/9/2021), telah ditetapkan 475 satuan yang anggotanya mencapai 5.425 siswa-siswi mulai dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. ”Mereka anak-anak terpilih yang diharapkan membantu gugus tugas dari tenaga pendidikan dalam pembelajaran tatap muka (PTM) yang sesuai protokol kesehatan,” katanya.
Eri mengatakan, para pelajar yang ditunjuk menjadi satuan kebanyakan yang berperan di unit kesehatan sekolah. Mereka dianggap lebih memahami kesehatan dan diharapkan menjaga penerapan protokol kesehatan ketika persekolahan berlangsung. Protokol amat penting untuk menekan risiko penularan.
Hal yang sederhana adalah mengingatkan teman-teman mereka untuk tetap berpelindung diri minimal masker dengan pemakaian yang benar dan tepat. Sivitas pun diingatkan agar rutin menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan. Selain itu, para pelajar juga perlu diingatkan untuk tidak berkerumun dan menjaga jarak dengan sesama sebagai salah satu protokol menghindari penularan.
”Tim sekolah amat berperan mengawasi serta menjaga kedisiplinan diri dan teman-temannya dalam menerapkan protokol kesehatan,” ujar Eri.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Supomo mengatakan, sementara ini ada 63 SMP yang telah diperkenankan untuk melaksanakan persekolahan hibrida, yakni luar jaringan (offline) dan dalam jaringan (online). Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya bersama Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan juga masih menempuh penilaian terhadap sekolah lainnya yang mengajukan diri untuk PTM.
Selain SMP, ada 264 SD yang telah mengikuti penilaian kesiapan PTM. Namun, dinas pendidikan belum mengumumkan berapa banyak yang boleh PTM. Sekolah juga perlu tetap berkomunikasi dengan komite dan terutama orangtua atau wali pelajar. Hanya pelajar yang telah vaksin, sehat, dan mendapat izin keluarga yang bisa datang ke sekolah.
Tim sekolah amat berperan mengawasi serta menjaga kedisiplinan diri dan teman-temannya dalam menerapkan protokol kesehatan.
Supomo mengingatkan, persekolahan akan ditempuh secara terbatas. Meski saat ini Surabaya berada di zona kuning atau risiko rendah penularan Covid-19, PTM yang diperkenankan dihadiri maksimal 25 persen dari kapasitas siswa dan siswi. Pelajaran diberikan maksimal tiga jam tanpa istirahat. Pelajar mengikuti PTM tidak setiap hari ke sekolah karena pembatasan kapasitas. Dalam sepekan, kehadiran di sekolah setidaknya 2-3 kali.
Setiyono (35), warga Surabaya, mengatakan mengizinkan anak sulung yang berada di kelas IX untuk mengikuti PTM jika sekolah mengadakannya. ”Saya tekankan pentingnya nanti disiplin protokol, jangan sampai euforia ketemu teman-temannya terus lupa dan sembrono. Saya izinkan mengikuti PTM karena keinginan anak yang sudah merasa tertekan kalau harus online terus,” katanya.
Menurut Setiyono, PTM bukan berarti persekolahan daring tidak atau kurang efektif. Dalam situasi pandemi saat ini, persekolahan secara hibrida menjadi solusi terbaik untuk menekan risiko penularan sekaligus tetap memberikan kesempatan kepada anak-anak bersekolah.
”Sebelumnya tidak perah terpikirkan bahwa sekolah bisa online meski dengan segala kelebihan dan kekurangannya,” ujarnya.
Mengutip laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/, situasi pandemi di Surabaya belum mereda. Namun, status risiko penularannya telah menjadi zona kuning atau risiko rendah. Sehari ini, kasus bertambah 95 kasus sehingga akumulasi sejak Maret 2020 menjadi 65.676 kasus terkonfirmasi. Sebanyak 62.712 kasus atau mayoritas sudah dinyatakan sembuh.
Kematian bertambah 11 orang dalam sehari menjadi totalnya 2.467 orang. Kasus aktif atau pasien yang masih ditangani sebanyak 497 orang. Tingkat kesembuhan 95,5 persen, sedangkan fatalitas atau kematian 3,7 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, dalam situasi pandemi yang sedang menurun, kewaspadaan tidak boleh berkurang. Satgas terus menggencarkan tes, telusur, tangani atau program 3T. Sosialisasi bahaya Covid-19 dan protokol kesehatan terus ditempuh. Percepatan dan perluasan vaksinasi juga dilaksanakan.
Sampai saat ini, hampir 1,348 juta jiwa warga Surabaya telah mendapatkan vaksinasi dosis 1 dan dosis 2. Jumlah itu setara dengan 60,74 persen dari sasaran vaksinasi. Salah satu sasaran ialah kalangan pelajar berusia minimal 12 tahun. Untuk pelajar atau remaja baru 58.724 orang yang mendapat vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 atau belum 12 persen.
”Kami akan dorong perluasan vaksinasi untuk pelajar, tetapi tidak mengabaikan kelompok umum lainnya,” kata Febria.