Mbah Jaonah, Penerima Vaksin Tertua di Tegal yang Berjalan Kaki ke Puskesmas
Di Kota Tegal, Jawa Tengah, sejumlah warga lansia bersemangat mengikuti vaksinasi. Salah satu di antaranya Jaonah (91) yang datang ke puskesmas dengan berjalan kaki.
Oleh
KRISTI D UTAMI
·5 menit baca
Vaksinasi bagi warga lanjut usia masih terus dikejar cakupannya. Di Kota Tegal, Jawa Tengah, misalnya, sebanyak 22.925 lansia menjadi sasaran vaksinasi. Dari jumlah itu, sebanyak 10.862 atau 47,38 persennya sudah divaksin dosis pertama, sedangkan 6.968 (30,39 persen) sudah mendapat dosis lengkap.
Salah satu lansia itu adalah Jaonah (91), warga Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan. Di saat sejumlah orang menolak, Jaonah malah bersemangat mendatangi puskesmas dengan berjalan kaki demi vaksin. Ia merupakan lansia tertua di Kota Tegal yang sudah dua kali divaksin Covid-19.
Tidak mau merepotkan orang lain adalah alasan Jaonah tetap memilih berjalan kaki.
Saat didatangi Samari, Ketua RT di lingkungannya, Senin (21/6/2021) siang, Jaonah sedang membatik di teras rumah. Samari menginformasikan bahwa vaksinasi Covid-19 bagi warga lansia akan dimulai. Ia pun meminta Jaonah bersiap-siap jika sewaktu-waktu dijemput.
Tak mau menunggu lama, Jaonah langsung mendatangi Puskesmas Bandung di Kecamatan Tegal Selatan, sehari setelahnya, Selasa (22/6). Ibu enam anak itu memilih berjalan kaki 800 meter dari rumahnya menuju ke puskesmas.
”Saya sudah bilang, nanti ada petugas yang menjemput. Kalau tidak, saya yang akan mengantar. Tanpa sepengetahuan saya, Mbah Jaonah malah berangkat sendiri. Saya juga kaget tiba-tiba ditelepon Lurah Bandung, katanya ada warga saya, usia 91 tahun, datang ke puskesmas sendirian,” tutur Samari, Sabtu (28/8).
Setelah menjalani penapisan, Jaonah yang dinyatakan layak divaksin itu mendapat suntikan Sinovac dosis pertamanya. Ia kemudian diobservasi sebelum akhirnya diizinkan pulang karena tidak ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang timbul.
Saat keluar dari pintu gerbang puskesmas, Jaonah didatangi Samari yang hendak mengantar warganya itu pulang menggunakan sepeda motor. Kendati demikian, Jaonah menolak dan memaksa agar ia pulang dengan berjalan kaki.
”Beliau ngeyel, tidak mau diantar. Maunya jalan kaki. Namun, saya paksa supaya mau diantar karena kalau habis divaksin, kan, tidak boleh beraktivitas berat,” tutur Samari.
Sesampainya di rumah, Jaonah yang tinggal berdua dengan anak bungsu yang memiliki gangguan kejiwaan itu tidak langsung beristirahat. Ia malah menyiapkan sejumlah peralatan membatiknya, kemudian lanjut membatik.
Jaonah sudah diingatkan untuk tidak bekerja dulu, tetapi ia tidak mau menurut dan berkukuh membatik demi mendapat uang.
Vaksinasi dosis kedua Jaonah dijalaninya di puskesmas yang sama pada Rabu (21/7). Lagi-lagi, Jaonah datang berjalan kaki. Tidak mau merepotkan orang lain adalah alasan Jaonah tetap memilih berjalan kaki.
Hingga vaksin dosis keduanya, Jaonah tidak mengalami KIPI dalam bentuk apa pun. Perempuan yang sudah dua tahun belakangan daya dengarnya turun itu mengaku tidak ada perbedaan kondisi tubuh antara sebelum dan sesudah divaksin.
”Rasanya biasa saja, tidak sakit sama sekali. (Saya divaksin) supaya sehat, tidak terkena penyakit korona,” ujarnya dalam bahasa Jawa dialek Tegal.
Tak hanya Jaonah, di Kecamatan Tegal Selatan ada lansia tertua lain di Kota Tegal yakni, Tarmi (102), yang juga antusias mendatangi puskesmas untuk menjalani vaksinasi. Sayangnya, ibu yang sehari-hari berjualan makanan di salah satu taman pendidikan Al Quran di Kelurahan Kalinyamat Wetan itu tidak lolos penapisan. Tekanan darahnya di atas ambang batas aman yang ditentukan Kementerian Kesehatan.
Kendati gagal pada percobaan pertama, Tarmi tetap mencoba datang ke puskesmas di lain hari untuk mengikuti penapisan. Namun, lagi-lagi tekanan darahnya dinilai terlalu tinggi hingga akhirnya gagal divaksin.
”Beliau semangat sekali untuk divaksin. Sayangnya, kondisinya tidak memungkinkan. Jadi, dokter juga tidak berani memvaksin,” kata Camat Tegal Selatan Sartono.
Patut dicontoh
Menurut Sartono, semangat Jaonah dan Tarmi patut dicontoh. Di saat sejumlah orang memilih tidak mau divaksin, dua warga lansia itu justru antusias. Hingga Jumat (27/8), sebanyak 2.183 warga lansia di Kecamatan Tegal Selatan sudah divaksin. Jumlah itu sekitar 41 persen dari target sasaran sebanyak 5.311 orang.
Untuk meningkatkan cakupan vaksinasi warga lansia, Pemerintah Kecamatan Tegal Selatan melakukan sejumlah upaya, seperti vaksinasi dari pintu ke pintu, menjemput dan mengantar warga lansia yang akan divaksin, membuka layanan vaksinasi malam hari bagi warga lansia yang keluarganya ada kesibukan di siang hari, hingga membagikan bantuan pangan kepada warga lansia yang telah divaksin. Upaya itu akan digencarkan demi mendongkrak capaian vaksinasi warga lansia.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari mengatakan, ada kendala dalam giat vaksinasi di Kota Tegal. ”Kendala vaksinasi lansia kebanyakan lebih kepada keluarganya tidak memberi izin untuk menjalani vaksinasi. Kalau terkait akses, saya kira tidak ada karena kami sudah berupaya dengan program antar-jemput dan mendekatkan layanan vaksinasi,” kata Prima.
Dalam kunjungannya ke Brebes, Jumat siang, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, warga lansia menjadi salah satu kelompok yang rentan menderita gejala berat, bahkan meninggal, apabila terpapar Covid-19. Yuli menyebut, vaksinasi warga lansia di Jateng seharusnya bisa selesai April 2021. Namun, hingga saat ini, capaiannya baru 31 persen.
Sebagai salah satu upaya memperluas cakupan vaksinasi terhadap warga lansia, Pemerintah Provinsi Jateng dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan memulai vaksinasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis atau Prolanis. Melalui program itu, lansia dan penderita penyakit penyerta bisa mendapatkan vaksinasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
”Kalau FKTP berarti yang paling dekat dengan masyarakat, seperti klinik, tempat praktik dokter, dan puskesmas. Ini (perlu dilakukan) dalam rangka menurunkan angka kematian akibat Covid-19. Kita tahu kematian akibat Covid-19 ini mayoritas adalah lansia, pralansia dan penderita komorbid atau penyakit penyerta,” katanya.
Sebagai kelompok rentan, warga lansia perlu dilindungi melalui vaksinasi. Keluarga dan orang-orang yang ada di sekitarnya memiliki tanggung jawab memastikan mereka tervaksin. Di tengah berbagai penolakan, langkah kaki renta Mbah Jaonah dan antusiasme Mbah Tarmi adalah lebih dari sekadar contoh. Mereka adalah teladan.