Kasus Melandai, Tes Massal Acak Tetap Digencarkan di Pekalongan
Meski jumlah kasus Covid-19 aktif di Kota Pekalongan, Jateng, menurun, pemerintah tetap menggencarkan tes acak. Melalui tes tersebut, pemerintah berharap mendapatkan gambaran terkait kondisi penularan di masyarakat.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Jumlah kasus Covid-19 aktif di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terus melandai seiring dengan adanya pembatasan mobilitas masyarakat. Kendati demikian, pemerintah setempat tetap menggencarkan tes usap acak secara massal di sejumlah titik sebagai upaya deteksi dini.
Berdasarkan data pantauan Covid-19 Kota Pekalongan, jumlah kasus aktif di wilayah tersebut pada Senin (30/8/2021) sebanyak 31 orang, terdiri dari 27 orang menjalani isolasi mandiri dan empat orang dirawat di rumah sakit. Jumlah itu 10 kali lipat lebih sedikit dibanding jumlah kasus aktif pada pertengahan Juli, yakni 275 orang.
Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menuturkan, penurunan jumlah kasus aktif di wilayahnya tidak lantas membuat pihaknya lengah. Seiring dengan penurunan kasus aktif, pengetesan secara acak di tempat-tempat keramaian malah digencarkan.
”Walaupun ada penurunan kasus, kami tetap perlu menggencarkan tes massal secara acak. Hal ini sebagai langkah deteksi dini sekaligus upaya memetakan kondisi penularan Covid-19 di masyarakat,” kata Afzan dalam keterangannya, Senin.
Pada Senin pukul 09.00-11.00, Pemerintah Kota Pekalongan menggelar tes usap acak kepada masyarakat yang melintas di Jalan Wilis, Kelurahan Podosugih, Kecamatan Pekalongan Barat. Selain di Kecamatan Pekalongan Barat, tes serupa juga digelar di tiga kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Pekalongan Timur, Pekalongan Utara, dan Pekalongan Selatan.
Dalam tes usap di Kecamatan Pekalongan Barat, sebanyak 497 orang dites usap antigen. Hasilnya, satu orang yang merupakan warga luar Kota Pekalongan positif. Petugas kemudian berkoordinasi dengan anggota satuan tugas di daerah orang tersebut dan memintanya untuk menjalani isolasi mandiri.
Menurut Afzan, tes usap acak pada pagi hari baru pertama kali digelar Senin. Sebelumnya, tes usap acak dilakukan pada malam hari di sejumlah titik keramaian seperti, di Monumen Djoeang 45 dan Masjid Pringlangu.
"Pada tes usap acak malam hari, kami hanya menemui 1 - 2 orang yang positif dari 200 - 300 orang yang dites. Sehingga, kami mencoba menyelenggarakan tes pagi - siang, untuk melihat, apakah ada perbedaan tren antara hasil tes acak pada malam hari dan siang hari. Kalau yang dites banyak yang negatif begini, harapannya, kita bisa segera turun ke zona kuning dan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2," tuturnya.
Walaupun ada penurunan kasus, kami tetap perlu menggencarkan tes massal secara acak. Hal ini sebagai langkah deteksi dini sekaligus upaya memetakan kondisi penularan Covid-19 di masyarakat
Sebelumnya, Pemerintah Kota Pekalongan juga sudah menurunkan tarif tes antigen dan tes reaksi berantai polimerase di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan untuk mengurangi beban masyarakat. Dengan demikian, jumlah tes diharapkan bisa terdongkrak. Kendati demikian, jumlah tesnya malah menurun.
”Pada saat peak kasus Juli lalu, rata-rata jumlah tes harian mencapai 200 - 400 orang dengan persentase kasus positif sebesar 20 - 40 persen. Belakangan ini, jumlah tes harian menurun menjadi 50 - 60 orang dengan persentase kasus positif sebesar 5-10 persen," ucap Direktur Utama RSUD Bendan Junaedi Wibawa.
Menurut Junaedi penurunan jumlah tes harian terjadi karena banyak warga yang kini memanfaatkan fasilitas pelacakan kontak erat gratis di puskesmas. Selain itu, warga juga bisa memanfaatkan tes usap acak yang digelar secara massal oleh pemerintah setempat dalam rangka deteksi dini.
Protokol kesehatan
Selain menggencarkan tes acak, Pemerintah Kota Pekalongan juga menggencarkan operasi penegakan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya pelonggaran dalam penerapan protokol kesehatan di masyarakat seiring dengan penurunan kasus yang terjadi.
”Berdasarkan pengalaman, jika jumlah kasus sedang tinggi, jumlah pelanggar cenderung menurun. Namun, ketika jumlah kasusnya agak melandai, jumlah pelanggarnya naik. Mungkin, masyarakat lengah karena merasa aman,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekalongan Sri Budi Santoso.
Budi mencontohkan, pada saat puncak kasus Covid-19 Juli, pelanggar protokol kesehatan di Kota Pekalongan sebanyak 328 dalam sebulan. Jumlah itu lebih sedikit dibanding jumlah pelanggar pada Juni, yakni 1.756 orang. Adapun jumlah pelanggar sepanjang Agustus saat kasus mulai menurun sebanyak 950 orang.
Budi berharap kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan tetap terjaga kendati jumlah kasus menurun. Dengan begitu, tidak ada lagi ledakan-ledakan kasus di masa mendatang.