Gempa Kembali Guncang Tojo Una-Una, Satu Anak Tewas
Gempa bermagnitudo 5,8 mengguncang Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, Kamis (26/8/2021). Gempa mengakibatkan satu anak meninggal tertimpa reruntuhan bangunan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
AMPANA, KOMPAS - Gempa bermagnitudo 5,8 mengguncang Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, Kamis (26/8/2021). Gempa mengakibatkan satu anak meninggal tertimpa reruntuhan bangunan. Sejumlah rumah dan fasilitas di daerah itu juga rusak. Terhitung tiga gempa kuat melanda kabupaten tersebut dalam sebulan terakhir.
Gempa M 5,8 tersebut terjadi pada pukul 10.14 Wita di laut bagian dari Teluk Tomini dengan episenter 0,83 derajat lintang selatan dan 121,51 derajat bujur timur. Lokasi tersebut berjarak 12 kilometer barat laut Ampana, ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una, di kedalaman 10 kilometer.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tojo Una-Una Iksan Badwi, saat dihubungi dari Palu, menyatakan, berdasarkan data sementara, satu anak perempuan meninggal di Kelurahan Bailo, Kecamatan Ampana. Dia meninggal tertimpa reruntuhan bangunan.
Selain itu, lanjut Iksan, sebanyak 16 rumah rusak ringan, 1 rumah rusak sedang, dan dua rumah rusak berat. Pada sektor fasilitas publik, dilaporkan ada kerusakan di RSUD Ampana. Petugas masih terus mendata dan menerima laporan dari warga terkait dampak gempa.
“Sebagian warga juga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi,” ujar Iksan. Meski begitu, dia tak menjelaskan berapa banyak warga yang mengungsi.
Warga Tojo Una-Una, terutama di Ampana, merasakan guncangan gempa yang cukup kuat. “Gempa kali ini terasa cukup kuat dari yang terjadi pada sebulan lalu. Warga berhamburan keluar rumah,” ujar Haris (38), warga Ampana.
Ia menyatakan, warga di sekitar pantai langsung mengungsi ke tempat yang lebih tinggi setelah gempa terjadi. Mereka, antara lain, warga Desa Lahuan, Desa Saluaba, dan Desa Padang Tunbuo di Kecamatan Ampana Tete. Jarak pengungsian sekitar 500 meter dari rumah mereka.
“Warga jaga-jaga untuk gempa susulan yang bisa saja disusul dengan dampak lainnya, seperti tsunami,” tutur Haris, yang tak mengungsi karena rumahnya berjarak 500 meter dari pantai.
Sebelumnya, gempa juga melanda Tojo Una-Una pada 26 Juli 2021 atau tepat sebulan lalu. Dua kali gempa mengguncang, yakni bermagnitudo 5,8 pada pukul 11.52 Wita dan M 6,5 pada pukul 20.00 Wita. Satu warga meninggal saat gempa pada malam hari karena kaget (shock). Selain itu, tak ada kerusakan berarti baik rumah maupun bangunan lainnya.
Gempa kali ini menimbulkan kerusakan karena pusat gempa lebih dekat dengan Ampana, yakni hanya 12 kilometer. Sementara, saat gempa M 5,8 dan M 6,5 sebulan lalu, pusat gempanya berjarak cukup jauh, sekitar 58 kilometer.
Dari segi intensitas, berdasarkan rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa kali ini dan gempa M 6,5 sebulan lalu sama-sama berskala MMI IV untuk Ampana dan Kabupaten Tojo Una-Una pada umumnya. Artinya, semua penduduk merasakan guncangan gempa.
Warga agar menghindar dari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.
Daerah sekitar juga turut merasakan gempa, seperti Kabupaten Poso dengan MMI IV yang artinya sebagian besar orang di dalam rumah merasakan gempa. Baik gempa lalu maupun gempa saat ini juga terasa sampai ke Palu, ibu kota Sulteng, yang berjarak sekitar 420 kilometer.
Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno, dalam rilisnya, meminta warga tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tak dapat dipertanggungjawabkan. "Warga agar menghindar dari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Periksa dan pastikan juga bangunan atau tempat tinggal apakah tahan gempa ataukah tidak, yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke rumah,” ujarnya.
Pada gempa bermagnitudo 6,5 sebulan lalu, BMKG sempat mengingatkan warga agar meninggalkan pantai untuk mengantisipasi kejadian ikutan, seperti tsunami. Pada waktu itu, sebagian warga memang sudah meninggalkan daerah pesisir.
Dalam langkah pengurangan risiko (mitigasi), warga dianjurkan meninggalkan kawasan pantai untuk minimal empat jam setelah gempa terjadi. Ini untuk menjaga kemungkinan adanya tsunami atau gempa susulan yang bisa jadi lebih besar dengan disertai tsunami.
Tojo Una-Una memiliki banyak permukiman di pesisir. Ampana, ibu kota Tojo Una-Una, terletak di pinggir laut. Permukiman warga di sejumlah kecamatan di dalam kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean juga berada di pinggir laut, bahkan ada yang di laut dengan bentuk rumah panggung. Lokasi wisata dan resor juga bertebaran di pinggir laut di pulau-pulau di kawasan taman nasional tersebut.
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, Palu, Abdullah, menyatakan, upaya mitigasi perlu digalakkan di Tojo Una-Una. Ini mengingat kerentanan akan gempa dan banyak permukiman di pesisir pantai di daerah itu dan umumnya di Sulteng.
Menurut Abdullah, yang juga pengamat kebencanaan itu, upaya tersebut harus menyentuh dan melibatkan warga, baik dalam bentuk mitigasi struktural (rumah tahan gempa) maupun nonstruktural (sosialisasi dan simulasi).