Kasus Covid-19 di Surabaya menurun pesat, salah satunya karena gotong royong yang dilakukan sejumlah elemen dari pemerintah sampai warga.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA
Salah satu mural di Kota Surabaya, Jawa Timur, berupa ajakan bagi warga untuk selalu patuh protokol kesehatan karena penularan Covid-19 belum juga reda, dan hingga Senin (5/7/2021), pasien di rumah sakit rujukan sangat penuh dan antrean untuk dilayani oleh tenaga kesehatan semakin panjang.
Setelah berjibaku di zona merah penularan Covid-19 selama tiga bulan terakhir, Kota Surabaya kini memasuki zona oranye. Berbagai sarana kesehatan yang menampung pasien Covid-19 berangsur kosong. Namun, jalan menuju babak akhir pandemi masih panjang.
RSUD Dr M Soewandhie, salah satu rumah sakit yang dikelola Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (21/8/2021), tidak lagi didominasi pasien Covid-19. Tempat tidur, deretan tabung oksigen, dan kursi roda, yang semula digunakan untuk merawat pasien Covid-19, kini justru tertumpuk memenuhi lorong-lorong rumah sakit.
”Ayo yang cepat, sebentar lagi ada pasien Covid-19," begitu kata dokter di ruang Ultrasonografi (USG) kepada tenaga kesehatan yang sedang mengantarkan pasien. Dokter perempuan itu pun minta maaf kepada pasien jika dirinya harus mengenakan alat pelindung diri secara lengkap karena selepas ini ada beberapa pasien Covid-19 menjalani USG.
Situasi di RSUD Soewandhie sekarang sangat kontras dengan kondisi dua bulan terakhir, yang penuh dengan pasien terpapar Covid-19. Saking membeludaknya kasus virus korona di Surabaya, Pemkot membuka Rumah Sakit Lapangan yang operasionalnya diampu oleh Soewandhi.
”Lumayan ini, mulai bisa cuti, kan sejawat yang selama ini tugas di RSLT sudah aktif kembali,” kata seorang perawat di ruang perawatan di lantai 3.
Apresiasi bagi warga Kota Surabaya dari Ikatan Dokter Indonesia Cabang Surabaya, Jumat (20/8/2021).
Gelombang kedua merebaknya Covid-19 di Kota Surabaya benar-benar membuat semua pemangku kebijakan di kota berpenduduk 2,8 juta jiwa ini merapatkan barisan untuk mengendalikan penularan. Gerakan ”Surabaya Memanggil" digulirkan dengan melibatkan semua warga kota untuk bersama-sama memutus penularan.
Surabaya Memanggil
Sukarelawan dari berbagai kalangan terketuk untuk bergabung dalam Gerakan Surabaya Memanggil. Ada yang menjadi pengemudi ambulans, petugas pemakaman, membantu distribusi tabung oksigen, menjemput pasien, menjadi tenaga pemulasaran jenazah, sampai pendampingan anak korban Covid-19. Dari gerakan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya hingga hari ini masih terus menerima berbagai sumbangan dan bantuan dari semua warga, mulai pelajar hingga pengusaha.
Pemerintah Kota Surabaya pun selalu bertindak dan membuat kebijakan penanganan Covid-19 sesuai dengan saran dan masukan dari grup Pentahelix atau multipihak yang terdiri dari pemerintah, media, komunitas, pengusaha, akademisi, organisasi, dan berbagai elemen masyarakat.
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Sebanyak 22 Mobil Respon Cepat Vaksin Keliling Kota Surabaya yang diluncurkan pada Senin (16/8/2021) segera akan menjemput bola warga yang hendak divaksin.
Wali Kota Surabaya Eri menyampaikan, pihaknya terus melakukan langkah-langkah percepatan, baik percepatan untuk berubah dari zona oranye menuju zona kuning, termasuk pula percepatan vaksinasi Covid-19. ”Kami mohon arahan dan masukan dari para narasumber dan semua elemen masyarakat untuk langkah apa saja yang harus dilakukan dalam rangka percepatan ini,” katanya dalam webinar bertema ”Surabaya Menuju Zona Kuning”, Rabu (18/8/2021).
Sejumlah pakar menjadi pembicara, di antaranya epidemiolog sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Santi Martini; epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair, Windhu Purnomo; Ketua IDI Cabang Surabaya Brahmana Askandar; serta Pembina Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Estiningtyas Nugraheni.
Saran dan masukan semua elemen di Surabaya, menurut Eri, sangat penting. Pemkot Surabaya bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Surabaya bertekad mewujudkan perbaikan tingkat risiko penularan dari zona oranye ke kuning dalam jangka waktu satu bulan ke depan.
Menyasar
Eri Cahyadi pun sangat yakin bisa mengubah zona dan mempercepat vaksinasi jika dikerjakan secara bersama-sama. Apalagi, dalam kebersamaan itu juga ada semua partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang ada di Surabaya, semua ormas, dan semua elemen masyarakat lainnya.
”Kalau bersama-sama turun memberikan pengertian dan sosialisasi, perubahan itu bisa segera terwujud dan perekonomian bisa segera bergerak kembali,” ujarnya. Ia menambahkan, dengan kebersamaan dan gotong royong dari semua elemen masyarakat, menurut dia, pandemi bisa segera terlewati.
Kami mohon arahan dan masukan dari para narasumber dan semua elemen masyarakat untuk langkah- apa saja yang harus dilakukan dalam rangka percepatan ini.
Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, saat ini posisi Surabaya masuk dalam level 4 sesuai dengan asesmen level situasi. Tentunya, ini harus terus diturunkan. ”Dilihat dari situasinya, sudah banyak yang bagus karena terus terjadi penurunan,” katanya.
HUMAS PEMKOT SURABAYA
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama Pentahelix atau multipihak yang terdiri dari pemerintah, media, komunitas dan pengusaha, akademisi, serta berbagai elemen masyarakat, Rabu (18/8/2021).
Ia juga mengapresiasi pelaksanaan testing, tracing, treatment (3T) yang terus digencarkan di Kota Surabaya. Meski begitu, ia meminta semua orang yang sudah berhasil dilacak harus dites semuanya. Surabaya mampu melakukan hal ini.
Selain itu, ia juga mengapresiasi vaksinasi di Kota Surabaya. Kini warga yang sudah vaksin mencapai 1,7 juta dari 2,8 juta jiwa. Meski begitu, semua elemen tidak cepat puas dan berhenti di sini saja.
Paling utama lagi segera merealisasikan kekebalan kelompok dengan menggeber vaksinasi hingga 100 persen. Dengan demikian, Surabaya bisa segera memasuki zona hijau. Kekebalan komunitas diharapkan bakal segera terwujud karena Pemkot Surabaya bersama elemen lain terus menggeber vaksinasi dengan menerapkan sistem jemput bola dan dari pintu ke pintu.