Pengelolaan yang dilakukan secara terintegrasi diharapkan membuat upaya restorasi Sungai Martapura bisa lebih cepat. Fungsi, nilai, dan keindahan Sungai Martapura harus dikembalikan agar bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membuat kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Banjar dan Pemerintah Kota Banjarmasin dalam pengelolaan Sungai Martapura. Adanya kesepakatan itu diharapkan membuat upaya restorasi Sungai Martapura bisa terintegrasi dan lebih cepat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel Hanifah Dwi Nirwana lewat keterangan tertulis di Banjarmasin, Jumat (20/8/2021), menyampaikan, penandatanganan nota kesepakatan tentang percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan Subdaerah Aliran Sungai Martapura melalui Program Sungai Martapura Bungas (Bersih, Unggul, dan Asri) sudah dilakukan.
Sehari sebelumnya, di Banjarmasin, Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA menandatangani nota kesepakatan terkait pengelolaan Sungai Martapura bersama Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina dan Bupati Banjar Saidi Mansyur.
Kami ingin mengembalikan Sungai Martapura sebagai urat nadi ekonomi di tengah kompleksitas persoalannya dari hulu ke hilir.
Hanifah mengatakan, Program Sungai Martapura Bungas telah diluncurkan Pemprov Kalsel pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Sabtu (5/6). Program tersebut bertujuan untuk mengembalikan fungsi, nilai, dan keindahan Sungai Martapura (restorasi dan rediscovery).
”Pekerjaan rumah yang berat terkait pengelolaan Sungai Martapura ada di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. Maka, perlu kehadiran pemprov untuk menginisiasi kerja sama supaya program pengelolaan terintegrasi,” katanya.
Sungai Martapura termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Panjang sungainya 95,64 kilometer (km). Sungai ini melintasi wilayah Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin. Bagian hulunya di Riam Kiwa, Kecamatan Pengaron, Banjar, sedangkan bagian hilirnya hingga bermuara ke Sungai Barito di Banjarmasin.
Sub-DAS Martapura memiliki berbagai permasalahan dari hulu hingga hilir. Permasalahan di hulu adalah hilangnya sumber resapan air karena penggundulan hutan dan alih fungsi hutan. Di tengah, ada pencemaran dari berbagai kegiatan domestik, sedangkan di hilir terdapat permukiman kumuh serta pencemaran dari limbah domestik dan industri.
”Kami ingin mengembalikan Sungai Martapura sebagai urat nadi ekonomi di tengah kompleksitas persoalannya dari hulu ke hilir,” ujar Hanifah.
Menurut Safrizal, kerja sama Pemprov Kalsel dengan Pemkab Banjar dan Pemkot Banjarmasin dalam rangka percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan Sungai Martapura melalui revitalisasi akan melibatkan beberapa pekerjaan. Kegiatannya mulai dari lingkungan hidup, kesehatan, transportasi, pariwisata, serta pembangunan permukiman dan masyarakat desa.
”Lewat program (Sungai Martapura Bungas) ini, kami ingin meminimalkan jamban-jamban yang tidak teratur. Kemudian, desa-desa di tepi sungai menjadi desa tematik yang indah menghadap sungai,” katanya.
Obyek wisata
Safrizal mengatakan, program Sungai Martapura Bungas juga bertujuan untuk membuat Sungai Martapura menjadi obyek wisata yang terkenal. Jika sudah bersih, kegiatan-kegiatan wisata dan kegiatan kearifan lokal lain yang memanfaatkan sungai akan ditambah, misalnya lomba perahu.
”Kami ingin Sungai Martapura seperti Sungai Chao Phraya di Thailand yang sangat populer bagi wisatawan. Rencana itu hanya bisa terwujud apabila ada kolaborasi yang baik dari semua pihak yang terkait,” ujarnya.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina menyambut baik kerja sama dalam pengelolaan Sungai Martapura yang diinisiasi oleh Pemprov Kalsel. ”Selayaknya inisiatif memang dilakukan pemprov karena Sungai Martapura melintasi Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar,” katanya.
Di Banjarmasin saat ini sudah terlihat hasil penataan Sungai Martapura. Kawasan bantaran yang dulunya kumuh dibuat menjadi kampung tematik dan menghadap sungai, misalnya Kampung Hijau di Kelurahan Sungai Bilu dan Kampung Biru di Kelurahan Melayu. Selain itu, ada juga pusat kuliner di tepi sungai dan rumah lanting bercorak kekinian.
Bupati Banjar Saidi Mansyur juga berkomitmen mendukung program Sungai Martapura Bungas. Koordinasi di internal pemkab segera dilakukan untuk menjalankan program tersebut. ”Pemkab Banjar sudah punya program bebas jamban di sungai. Program itu tentunya bisa disinergikan dengan program pemprov,” katanya.