Dampak banjir rob sebagai efek perubahan iklim sudah terasa di Pontianak, Kalimantan Barat. Pemerintah Kota Pontianak menyiapkan upaya meminimalisasinya mulai dari normalisasi parit hingga rencana jangka panjang.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Setiap terjadi banjir rob, wilayah Kota Pontianak, Kalimantan Barat, yang tergenang semakin luas. Pontianak merupakan daerah rawan banjir karena berada di dataran rendah. Jika terjadi air pasang, hampir 50 persen wilayah Pontianak tergenang.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, Senin (16/8/2021), mengatakan, pemkot telah mengantisipasi untuk meminimalisasi dampak banjir rob pada masa depan. Edi mengakui bahwa dampak perubahan iklim di daerahnya saat ini cukup terasa. Menurut dia, saat ini seharusnya sudah musim kemarau, tetapi ternyata masih turun hujan.
Edi mengakui bahwa wilayahnya memang rawan banjir karena berada di dataran rendah. ”Jika air pasang, bisa menggenangi hampir 50 persen wilayah Pontianak. Apalagi, saat dibarengi curah hujan tinggi. Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak terus mengantisipasinya,” katanya.
Namun, untuk mengatasi secara permanen tidak bisa dalam waktu singkat karena diperlukan biaya besar. Secara bertahap Pemkot selalu berupaya agar dampak banjir rob tidak mengganggu aktivitas perekonomian.
”Contohnya, meninggikan permukaan jalan. Selain itu, baik secara rutin maupun berkala pemkot menormalisasi saluran primer, sekunder, dan tersier,” ujar Edi.
Berdasarkan Keputusan Wali Kota Pontianak Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penetapan Inventaris Saluran di Kota Pontianak, jumlah saluran primer di Pontianak 32, sekunder 63, dan tersier 565. Kemudian saluran primer panjangnya 131.870 meter, saluran sekunder 127.220 meter dan tersier 345.715 meter sehingga total panjangnya 604.805 meter. Pontianak juga dikenal sebagai ”kota seribu parit”.
Edi mengatakan, baik pembuatan maupun pemeliharaan drainase Pemkot Pontianak menyiapkan hampir Rp 80 miliar per tahun. Berfungsinya drainase dengan baik diharapkan bisa mempercepat aliran air banjir surut sehingga meminimalisasi dampak banjir.
Upaya jangka panjang akan dibuat ”auto ring” kanal, kanal-kanal dan pintu air. Sudah ada rencana strategis dari pemerintah pusat yang disebut ”Kota Pontianak Tangguh Bencana”. Pemkot Pontianak juga sudah ada program jangka panjang.
”Banjir rob di Pontianak secara rutin terjadi Desember-Januari. Pada bulan Juni lalu juga pernah terjadi. Apalagi, jika disertai hujan lebat, dampaknya sangat terasa,” ungkapnya.
Banjir rob di Pontianak secara rutin terjadi Desember-Januari. Pada bulan Juni lalu juga pernah terjadi. Apalagi, jika disertai hujan lebat, dampaknya sangat terasa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak Haryadi S Triwibowo mengatakan, Pontianak termasuk dataran rendah (delta). Pontianak sejak Januari hingga pertengahan Agustus 2021 sering terjadi banjir. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Banjir sebelumnya hanya menggenangi daerah-daerah tertentu saja, misalnya sepanjang Sungai Kapuas.
Namun, kini, saat terjadi hujan beberapa jam saja dan ada pasang laut dan sungai, wilayah yang digenangi banjir rob hampir semua wilayah Kota Pontianak.
Untuk mengatasi banjir di Pontianak, ada proyek dengan Bank Dunia mulai tahun 2022. Bentuknya, termasuk kanalisasi, normalisasi parit dan pembuatan pintu-pintu air. Hal itu untuk mengantisipasi dampak buruk banjir ke depan.
”Akhir-akhir ini, hujan tiga jam saja hampir semua wilayah Pontianak tergenang. Ketinggian banjir sudah ada yang setengah meter dari permukaan daratan. Jalan-jalan utama tergenang,” ucapnya.
BPBD juga terus melakukan kesiapsiagaan bersama komunitas dan pemangku kebijakan lainnya. Masyarakat juga diimbau jangan membuang sampah ke saluran air atau parit agar tidak memperparah kondisi saluran sehingga dapat meminimalisasi dampak banjir.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale menilai, dampak perubahan iklim sudah dirasakan di Kalbar, termasuk di Pontianak, yakni banjir rob. Hal itu terasa terutama di daerah-daerah pesisir pantai.
Akhir-akhir ini, hujan tiga jam saja hampir semua wilayah Pontianak tergenang. Ketinggian banjir sudah ada yang setengah meter dari permukaan daratan. Jalan-jalan utama tergenang.
Dalam perencanaan pada masa kolonial di Pontianak dibuat kanalisasi. Kanal bisa berkontribusi meminimalisasi dampak banjir rob, terutama sebagai jalur aliran air untuk kembali ke sungai/laut. Kanalisasi, jika dioptimalkan, bisa berkontribusi meminimilasasi dampak banjir rob. Namun, fungsi parit/kanal belum maksimal.
”Maka, Pemkot Pontianak perlu menormalisasi parit sebagai upaya jangka pendek,” kata Nikodemus.