Galeri Pusat Pemasaran Produk Hasil Hutan Nonkayu Hadir di Papua
Sedikitnya 95 produk hasil hutan nonkayu dari 1 kota dan 14 kabupaten di Papua dipasarkan di Galeri Kreatif Kehutanan di Jayapura. Produknya berupa kerajinan tangan, kuliner, dan obat-obatan herbal.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua secara resmi membuka fasilitas Galeri Kreatif Kehutanan di Kota Jayapura, Rabu (18/8/2021). Tempat itu dibuka untuk memasarkan produk hasil hutan nonkayu milik para petani dari 28 kabupaten dan 1 kota di Papua.
Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Yan Yaap Ormuseray yang ditemui seusai peresmian mengatakan, tempat ini membantu para petani yang selama ini mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil hutan nonkayu.
”Dengan adanya galeri ini, petani terbantu untuk mendapatkan penghasilan sehari-hari. Upaya kami sesuai dengan visi dan misi Gubernur Lukas Enembe, yakni Papua bangkit mandiri sejahtera dan berkeadilan,” kata Yan.
Selain itu, hadirnya galeri tersebut juga untuk memotivasi masyarakat selaku pemilik hak ulayat agar lebih fokus mengelola hasil hutan nonkayu daripada menebang pohon.
Galeri Kreatif Kehutanan telah memasarkan 95 produk hasil hutan nonkayu yang berasal dari 1 kota dan 14 kabupaten di Papua. Produknya berupa kerajinan tangan, kuliner, dan obat-obatan herbal.
Ada sekitar 50 kelompok usaha masyarakat yang menyuplai 95 produk yang dipasarkan itu. Satu kelompok terdiri atas 4 hingga 10 orang.
Galeri Kreatif Kehutanan juga menyediakan fasilitas produksi produk kuliner berbahan hasil hutan nonkayu bagi pengunjung, misalnya kue dari sagu. Fasilitas itu tersedia di lantai dua galeri.
Deforestasi
Data Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua menunjukkan, sekitar 3.000 hektar lahan di kawasan Cagar Alam Cycloop dan penyangganya terdegradasi. Penyebabnya, perambahan dan faktor alam.
Sementara Koalisi Indonesia Memantau melaporkan angka deforestasi nasional periode 2015-2019 mencapai 2,81 juta hektar atau turun 590.000 hektar dibandingkan dengan periode 2010-2014 yang mencapai 3,4 juta hektar. Namun, angka deforestasi di 10 provinsi mengalami kenaikan 50.000 hektar dari 1,80 juta hektar pada periode 2010-2014 menjadi 1,85 juta hektar pada 2015-2019.
Sepanjang 2015-2019, separuh lebih deforestasi yang terjadi di 10 provinsi tersebut disumbang oleh Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Papua, dan Sulawesi Tengah.
Jika dibandingkan dengan periode 2010-2014, lonjakan laju deforestasi 2015-2019 terjadi di Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Papua.
”Kami berharap, galeri ini mendorong masyarakat lebih bersemangat untuk mengelola hasil hutan nonkayu. Kami tidak hanya memasarkan produk mereka di galeri, tetapi juga secara daring,” tutur Yan.
Kami tidak hanya memasarkan produk mereka di galeri, tetapi juga secara daring. (Yan Yaap Ormuseray)
Menurut rencana, lanjut Yan, aneka produk di Galeri Kreatif Kehutanan ini akan dipasarkan sebagai suvenir dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional XX di Papua pada 2-15 Oktober 2021.
Kepala Bidang Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Aries Toteles Ap mengatakan, galeri dikelola oleh Koperasi Rimbawan Papua. Harga setiap produk berkisar dari Rp 20.000 hingga Rp 1 juta.
Adapun syarat bisa memasarkan produk di galeri tersebut, petani harus memiliki legalitas atas hasil hutan nonkayunya. Petani juga tidak dipungut biaya.
”Koperasi ini milik Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua. Mudah-mudahan hadirnya galeri dapat mencegah perambahan hutan di Papua,” kata Aries yang juga Ketua Koperasi Rimbawan Papua.
Magdalena Toto (41), warga Jayapura, mengaku sangat bersyukur dapat memasarkan produknya di Galeri Kreatif Kehutanan. Selama ini ia hanya berjualan kue berbahan sagu di rumah.
”Saya berharap produk kue sagu yang dipasarkan di galeri lebih banyak diketahui masyarakat. Jumlah keuntungan yang diraih dari penjualan produk ini pun makin meningkat,” ujar Magdalena.