Tidak banyak orang yang tahu kalau flora maskot Kota Banjarmasin adalah bunga teratai. Baru dua tahun belakangan ini warga Banjarmasin membangkitkan komunitas teratai untuk mempercantik sungai-sungai dengan teratai.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
Di kota seribu sungai dan berawa-rawa, masih jarang terlihat keindahan bunga teratai. Tidaklah mengherankan jika banyak orang tidak tahu kalau flora maskot Kota Banjarmasin adalah bunga teratai. Baru dua tahun belakangan ini warga Banjarmasin membangkitkan komunitas teratai.
Ada pemandangan berbeda saat menyusuri Jalan HKSN (Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional) di Kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di Sungai Taluk Kubur, yang berada persis di tepi jalan tersebut, mulai terlihat bunga teratai putih bermekaran. Jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.
Di antara tanaman teratai di sungai yang lebarnya hanya 4-5 meter itu dipasang tiang pancang dengan berbagai tulisan, seperti ”Mari Kita Perindah Sungai dengan Teratai”, ”Teratai Bukan Gulma”, dan ”Mari Kita Lestarikan Teratai”.
Muhammad Murjani (57), warga Banjarmasin, perlahan-lahan turun ke Sungai Taluk Kubur untuk membersihkan sampah dan gulma di antara tanaman teratai. Beberapa rekannya kemudian menyusul untuk melakukan hal yang sama. ”Kami mau menanam teratai yang berbeda warna bunganya supaya ada variasi,” ujarnya, Sabtu (7/8/2021).
Murjani kemudian mengambil tanaman teratai yang dibawa rekannya untuk ditanam di Sungai Taluk Kubur. Teratai yang mau ditanam itu sudah berbunga. Bunganya berwarna merah muda. Ia lalu mencari lokasi yang cocok untuk menanam teratai itu. Akhirnya, ada juga bunga teratai merah di antara bunga teratai putih.
Ketua Komunitas Teratai Banjarmasin Nurul Aulia Badar mengatakan, tanaman teratai cocok ditanam di sungai yang airnya tenang dan tidak dilintasi perahu. ”Perawatannya juga mudah dan murah,” ujarnya.
Menurut Aulia, penanaman teratai sudah dilakukan di beberapa sungai kecil di Banjarmasin sejak tahun lalu. Namun, fokus penanaman saat ini dilakukan di Sungai Taluk Kubur. Selain karena lokasinya strategis di dalam kota, penanamannya juga didukung oleh Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah (PD PAL) Kota Banjarmasin.
”Untuk sementara, kami fokus menanam teratai di Sungai Taluk Kubur. Setelah teratainya bagus dan rapi, baru kami pindah ke tempat yang lain,” katanya.
Wakil Ketua Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjarmasin Mohammad Ary mengatakan, kehadiran komunitas teratai Banjarmasin bakal membuat sungai di Banjarmasin jadi indah. Setelah Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin, Melingai, dan Perkumpulan Hijau Daun Banjarmasin turun untuk membersihkan sungai, komunitas teratai menghiasinya dengan bunga teratai.
”Misi kami di Melingai ada tiga. Pertama, observasi terhadap sungai-sungai yang ada. Kedua, edukasi bersama FKH dan komunitas lainnya. Ketiga, aksi bersih sungai dan menanami teratai serta pepohonan di bantaran sungai,” tuturnya.
Sungai kecil
Berdasarkan data Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Banjarmasin, ada 102 sungai di Banjarmasin dengan total panjang 185,30 kilometer. Sungai itu terbagi menjadi sungai besar (3 sungai) dengan lebar lebih dari 50 meter, sungai sedang (45 sungai) dengan lebar 15-50 meter, dan sungai kecil (54 sungai) dengan lebar kurang dari 15 meter.
Aulia mengatakan, komunitas teratai yang terbentuk pada November 2019 hanya akan fokus ke sungai-sungai kecil yang bukan merupakan jalur transportasi. ”Fokus penanaman teratai hanya di sungai kecil yang airnya tenang dan berada di tengah kota,” ujarnya.
Komunitas teratai akan turun seminggu sekali untuk merawat tanaman teratai yang sudah ditanam. Jika di suatu lokasi sudah mulai penuh dengan teratai, sebagian tanaman teratai akan dipindah ke lokasi yang lain supaya sungainya tetap mengalir dengan lancar.
”Janganlah menganggap teratai sebagai gulma. Jika ada sungai yang sudah dipenuhi teratai, jangan dibabat habis, tetapi segera beri tahu kami. Nanti kami yang akan merapikannya supaya tetap indah,” katanya.
Menurut Aulia, flora maskot Banjarmasin juga harus ditonjolkan, seperti halnya ikan kelabau sebagai fauna maskot Banjarmasin. Tugu ikan kelabau sudah dibangun di Jalan MT Haryono. ”Potensi sungai untuk tanaman teratai di Banjarmasin sangat besar. Kalau dirawat dengan baik, ikan-ikan juga akan berkembang biak di bawah tanaman teratai,” tuturnya.
Jadi obat
Sekretaris FKH Banjarmasin Hasan Zainuddin mengatakan, mereka yang berkecimpung di dalam komunitas peduli lingkungan, termasuk komunitas teratai, adalah orang-orang yang gila terhadap lingkungan. ”Kami ingin lingkungan Banjarmasin menjadi obat di saat pandemi ini. Kalau lingkungan indah, sejuk, dan rindang, maka bisa menjadi obat,” katanya.
Kami ini ibarat kapal yang terus berlayar. Kami persilakan kalau mau melompat ke dalam kapal kami dan kami persilakan juga kalau mau melompat keluar kapal. Pokoknya, kapal kami jalan terus sampai masyarakat sadar bahwa lingkungan adalah segala-galanya.
Sampai saat ini, menurut Hasan, banyak yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi pada lingkungan. Anggota aktif berjumlah sekitar 100 orang dan berasal dari berbagai kalangan, antara lain dosen, guru, aparatur sipil negara, karyawan swasta, pedagang, hingga pengusaha. Sementara simpatisan peduli lingkungan di media sosial mencapai 2.500 orang.
”Kami ini ibarat kapal yang terus berlayar. Kami persilakan kalau mau melompat ke dalam kapal kami dan kami persilakan juga kalau mau melompat keluar kapal. Pokoknya, kapal kami jalan terus sampai masyarakat sadar bahwa lingkungan adalah segala-galanya,” tuturnya.
Di luar Banjarmasin, tepatnya di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, bunga teratai atau biasa disebut talipuk sudah diolah menjadi tepung. Selanjutnya tepung bunga teratai itu diolah menjadi kukis dengan aneka rasa. Jika komunitas teratai Banjarmasin konsisten dengan aksinya, maka teratai di Banjarmasin tak hanya enak dipandang mata, tetapi juga enak di lidah.