Lima Remaja Terseret Ombak Pantai di Cianjur Selatan
Seorang remaja hilang dan empat lainnya selamat akibat terseret ombak di Pantai Cieurih, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (12/8/2021). BMKG mengingatkan gelombang tinggi masih mengancam dalam beberapa hari ke depan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lima remaja terseret ombak saat berenang di Pantai Cieurih, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (12/8/2021). Empat orang selamat dan satu lainnya belum ditemukan. Gelombang tinggi di Cianjur selatan masih mengancam dalam beberapa hari ke depan.
Keempat korban selamat adalah Apep (17), Gunawan (13), Rio (15), dan Ilham (17). Rekan mereka, Hilman (15), masih dicari tim gabungan dari sejumlah instansi. Para korban merupakan warga Desa Kertasari, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah menyebutkan, Hilman sempat diingatkan temannya untuk tidak berenang terlalu jauh dari pantai. ”Namun, sebelum korban bisa menepi, ia diterjang gelombang tinggi dan terseret arus,” ujarnya.
Kejadian itu dilaporkan Kepolisian Sektor Sindangbarang kepada Kantor SAR Bandung sekitar pukul 11.30. Deden menyampaikan, pihaknya telah mengirim tim pencari yang diperkirakan tiba pukul 18.50. ”Tim membawa rescue car, satu perahu karet LCR, peralatan pencarian dan pertolongan, alat komunikasi, serta peralatan medis,” ujarnya.
Pantai Cieurih berjarak 124 kilometer dari Kota Bandung dan 120 km dari Cianjur kota. Di garis pantai yang sama juga terdapat sejumlah pantai lainnya yang menjadi tempat wisata, di antaranya Pantai Apra dan Pantai Sereg.
Berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, pantai di Cianjur selatan umumnya bergelombang tinggi. Apalagi di sekitarnya tidak terdapat pulau-pulau sehingga ombak dari laut lepas langsung menghantam bibir pantai.
Gelombang tinggi masih mungkin terjadi hingga puncak kemarau terlampaui. Warga di sekitar pesisir selatan Jabar diminta mewaspadainya dan disarankan tidak berenang, terutama saat angin kencang.
Angin kencang yang dapat memicu gelombang tinggi di selatan Jabar sering terjadi saat memasuki puncak musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di kawasan tersebut dan sejumlah perairan lainnya.
Gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi melanda selatan Jabar pada 12-13 Agustus. Empat hari berikutnya diperkirakan masih akan dilanda gelombang setinggi 3,5 meter.
Prakirawan BMKG Bandung Muhamad Iid Mujtahidin mengatakan, gelombang tinggi di Cianjur selatan dipicu angin kencang yang bisa mencapai 27 knot atau sekitar 50 km per jam. Berdasarkan skala Beaufort, angin sekencang itu dapat menyebabkan gelombang tinggi.
Menurut Iid, angin kencang di perairan selatan dikarenakan Jabar mulai memasuki puncak kemarau pada Agustus-September. Saat periode tersebut, perbedaan tekanan udara antara Australia (musim dingin dan tekanan udara tinggi) dengan Benua Asia (musim kemarau dan tekanan rendah) semakin besar.
”Karena perbedaan tekanan semakin signifikan, maka gaya gradien tekanan juga kian besar yang pada akhirnya angin akan lebih kencang,” ujarnya.
Iid mengatakan, gelombang tinggi masih mungkin terjadi hingga puncak kemarau terlampaui. Warga di sekitar pesisir selatan Jabar diminta mewaspadainya dan disarankan tidak berenang, terutama saat angin kencang.
Berdasarkan catatan Kompas, gelombang tinggi di selatan Jabar telah berulang kali merenggut korban jiwa. Maret lalu, seorang remaja tewas akibat terseret arus di Pantai Simpangsari, Kecamatan Cidaun, Cianjur. Mei 2017, empat wisatawan tewas digulung ombak di Pantai Cidora, Rancabuaya, Kabupaten Garut. Arus pecah (rip current) yang sering tidak disadari juga rentan terjadi di selatan Jabar.
Arus pecah merupakan gelombang datang yang membentur pantai dan kembali ke laut. Arus itu menjadi kuat karena biasanya terbentuk dari akumulasi pertemuan dua atau lebih gelombang datang.