Ekonomi Kalteng Tetap Tumbuh di Masa Pandemi, UMKM Masih Tertatih-tatih
Di tengah pandemi, kondisi ekonomi Kalimantan Tengah perlahan membaik. Meski demikian, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menemui banyak kesulitan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Di tengah tekanan pandemi Covid-19, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah triwulan II-2021 tumbuh 5,56 persen ditopang peningkatan sejumlah sektor, seperti kelapa sawit, industri olahan, dan pertambangan. Sebaliknya, sektor ekonomi rakyat termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah masih tertatih-tatih.
Dalam paparan Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekonomi Kalimantan Tengah pada Triwulan II-2021 tumbuh sebesar 5,56 persen (year on year) dibandingkan periode sama tahun 2020. Beberapa sektor menopang pertumbuhan ekonomi selama pandemi.
Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran dalam Rapat Koordinasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Provinsi Kalteng menjelaskan, beberapa sektor yang menopang antara lain pertanian disumbang oleh produksi tandan buah sawit, karet, dan kelapa.
”Produksi perkebunan kelapa sawit, karet, dan kelapa meningkat. Harga karet naik sehingga banyak petani mulai menyadap karet,” kata Sugianto, Kamis (12/8/2021).
Selain pertanian, lanjut Sugianto, sektor pertambangan dan penggalian disumbang peningkatan produksi batubara. Namun, produksi bauksit menurun cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pada industri pengolahan, produksi minyak mentah atau CPO serta minyak goreng dan turunannya meningkat hingga 9 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year-on-year). Sementara produksi kayu olahan, baik plywood maupun olahan rakyat, turun.
Menurut Sugianto, hampir seluruh sektor perekonomian di Kalteng mampu beradaptasi untuk bertahan di tengah pandemi. Dukungan pemerintah pusat melalui instrumen kebijakan PEN juga sangat membantu perekonomian di daerah. ”Kami juga terus memberi bantuan sosial ke masyarakat dan stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha yang terdampak pandemi,” ujarnya.
Dukungan pemerintah pusat melalui instrumen kebijakan PEN juga sangat membantu perekonomian di daerah.
Selama masa pandemi Covid-19, data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalteng, setidaknya terdapat 2.466 pekerja dirumahkan, bahkan diberhentikan di Kalteng. Pandemi membuat sektor usaha kecil babak belur.
Di Palangkaraya, Ketua Kelompok Huma Gawei Ikei (HGI) Kota Palangkaraya Nindita Nareswari mengungkapkan, pelaku UMKM merasakan dampak dari pandemi. Apalagi, sebagian besar pelaku UMKM bertopang pada penghasilan harian. Sektor kuliner, menurut dia, yang paling mampu bertahan. Sementara sektor lainnya, seperti kerajinan tangan dan kriya, paling terdampak; mulai dari tutup lapak, menunda beroperasi, hingga kehabisan modal.
”Bahkan, beberapa teman yang berjualan di sektor kerajinan tangan beralih ke bidang kuliner. Mereka (pelaku UMKM) yang bertahan adalah yang memiliki produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti frozen food, pedagang kaki lima, hingga kafe-kafe,” tutur Nindita.
Menurut Nindita, kondisi pandemi bagai seleksi alam bagi pelaku UMKM. Mereka yang mampu bertahan dengan mengikuti perkembangan digital akan bertahan, bahkan bisa meningkat omzetnya jika memahami cara berjualan daring dengan tepat sasaran.
Pelaku usaha, lanjut Nindita, memang mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Ia mengaku mendapatkan bantuan dari Presiden RI senilai Rp 1,2 juta, lalu dari pemerintah kota melalui Dinas Koperasi dan UMKM. Di awal pandemi, pelaku usaha juga mendapatkan bantuan Rp 500.000, tetapi dirinya tidak mendapatkannya.
”Ada juga bantuan pengajuan peralatan produksi, kami sudah mengajukan, tetapi belum bisa dipastikan karena prosesnya melalui proposal yang belum tentu diterima,” kata Nindita.