Hangat-hangat Jahe Merah Isoman
Gerakan solidaritas warga bantu warga yang isolasi mandiri terus menular hingga ke daerah. Kali ini di Kota Palangkaraya beberapa pengusaha UMKM yang sedang terimpit pandemi menyisakan semangatnya untuk membantu sesama.
Pandemi yang menyesakkan melumpuhkan banyak usaha hingga korban jiwa. Namun, masih ada kelompok sukarelawan dan pengusaha UMKM yang meski usahanya sedang tertekan pandemi, justru membantu mengirimkan kehangatan bagi para warga yang tengah isolasi mandiri. Mereka saling menjaga, saling menguatkan.
Paulus Alfons bergegas menekan gas pada mobil di atas aspal, Senin (26/7/2021) siang, di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Sebuah kertas yang berisi alamat ia baca lalu kembali bergegas. Rumah pertama ia kunjungi, seorang perempuan paruh baya dengan ragu membuka pintu.
”Siapa ya?” tanya perempuan itu.
”Ini mau nganterin minuman jahe yang dipesan,” jawab Paulus. Lalu, karena ibu itu masih mengernyitkan dahi, ia buru-buru menambahkan, ”gratis, kok, Bu.”
Dengan berhati-hati perempuan itu mengambil dua kantong berisi empat botol minuman jahe dan selembar kertas berisi kata-kata penyemangat. Dua kantong untuk dua orang yang artinya ada dua orang sedang berisolasi mandiri atau isoman di rumah itu.
Si ibu yang sedang isoman karena terpapar Covid-19 itu melongok ke kertas yang tulisannya kira-kira begini “Untukmu: Hati yang gembira adalah obat. Semoga lekas sembuh.” Matanya kemudian berbinar, senyum hangat merekah, dan ucapan terima kasih pun dilontarkan.
Paulus kemudian melanjutkan kembali perjalanannya. Sebelumnya, Paulus hampir tidak pernah keluar rumah karena rasa takut. Banyaknya informasi yang berhamburan di sosial media tidak membuat ia teredukasi. Semua justru membuatnya stres lantaran khawatir karena ia dan keluarga masih harus beraktivitas keluar rumah.
Ia kemudian mencari informasi sendiri bersama dokter dan peneliti yang kebetulan kawan lamanya. Setidaknya ia bisa sedikit tenang dan bisa yakin terhadap informasi yang ia kumpulkan sendiri.
Gerakan rakyat bantu rakyat itu merupakan cara untuk mengkritisi demokrasi yang saat ini sedang diuji. Rakyat kecewa dengan kondisi pandemi tetapi kebijakan yang dikeluarkan tidak berjalan maksimal
Kini dosen kajian politik pembangunan di Universitas Palangka Raya itu berani keluar rumah untuk membantu orang-orang yang melakukan isolasi mandiri. Ia membawa bekal di tas punggungnya, ia menyiapkan beberapa cairan pembersih tangan, dua botol infus, dan seutas selang, lalu sebotol minuman jahe.
Botol infus yang ia bawa ia gunakan untuk mencuci bagian dalam hidungnya, prakteknya sama seperti membersihkan lendir pada hidung bayi. Fungsinya untuk membuang kuman dan juga beragam jenis virus.
Minuman jahe pun ia buat sendiri.Ia dan istrinya membuat ramuan jahe merah, dicampur lengkuas dan daun serai. “Polanya 1-3-1, satu jari jahe, tiga batang serai, dan satu jari lengkuas direbus untuk satu liter minuman sehat, itu protokol kesehatan versi rakyat,” katanya.
Dari jahe merah itu lah yang memunculkan inisiatif untuk berbagi bersama para isoman. Awalnya, jahe merah merupakan inisiatif para ibu-ibu rumah tangga yang bergelut di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kota Palangkaraya. Mereka tergabung dalam kelompok Huma Gawin Ikei (HGI).
Di HGI, para ibu-ibu di suatu siang sedang ngobrol ringan, lalu keresahan dimulai karena banyaknya tekanan bisnis selama pandemi. Namun ada yang lebih meresahkan. Teman-teman mereka satu per satu mulai isolasi mandiri karena terpapar.
Baca juga: Buruh Suarakan Rakyat Bantu Rakyat
Di HGI itu juga ada istri Paulus, Nindita Nareswari, dan kawannya Cucu Damayanti. Keduanya memiliki usaha kuliner juga minuman herbal seperti jamu dan jahe. Cucu mulai resah dengan situasi pandemi karena banyaknya korban yang meninggal maupun yang terpapar. Lalu ia berinisiatif memberikan minuman jahenya ke mereka. Semua dilakukan atas dasar rasa ingin membantu.
Awalnya Ia membayar sendiri kurir untuk mengantarkan jahe penghangat tenggorokan dan perut itu. Kemudian, Paulus menawarkan diri untuk mengantarkannya, begitu juga teman-teman lainnya. Tak hanya jahe, makanan pun disajikan, donatur dari para pengusaha UMKM itu mulai bertambah, apalagi permintaan juga makin banyak. Setidaknya sudah seminggu lebih gerakan itu berjalan.
Gerakan serupa juga ada di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat yang jarak tempuhnya 14 jam perjalanan darat dari Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng. Di sana ada Bagas Dwi Nugrahanto (30) yang kesehariannya bekerja sebagai jurnalis juga bekerja di salah satu Non-Government Organization (NGO) di kota itu. Mereka menamai gerakannya Saling Bantu-Saling Jaga, di media sosial mereka menggunakan akun bernama @rakyatbanturakyat_pbun.
Selama bulan Juli ini, ia dan 10 temannya mendampingi 14 orang yang terpapar Covid-19 yang tersebar di beberapa desa. Mulai dari memberikan makanan 3xsehari, hingga menyediakan kebutuhan obat.
“Awalnya saya posting di IG, untuk jalan sendiri kemudian banyak teman mau bantu, mulai dari teman seprofesi hingga teman-teman di PMI,” kata Bagas.
Baca juga: Berkat Kalian Kami Tak Sendirian
Bagas begitu prihatin karena banyak isoman yang tidak terurus terutama karena tidak memiliki keluarga, perantau, atau yang takur distigma. “Masih ada kepala desa atau RT setempat yang tidak tahu kalau punya warga yang terpapar, itu kan ironis,” katanya.
Tugas para relawan itu, lanjut Bagas, memastikan mereka yang isoman untuk tidak keluar rumah dan sebisa mungkin menyediakan kebutuhan mereka. Bagas sadar yang ia bantu itu bisa orang miskin atau kaya, namun ia tidak peduli ia tahu semua orang saat isoman butuh dibantu atau akan berbahaya bagi orang lain ketika mereka mulai keluar rumah.
“Semua kami bantu, tetapi kami tetap memastikan bahwa mereka memang butuh bantuan dan sedang menjalankan isoman, biasanya kami tanya-tanya dulu,” kata Bagas.
Bentuk kritikan
Gerakan yang dilakukan para pengusaha UMKM di Kota Palangkaraya maupunn Bagas di Pangkalan Bun dilakukan atas dasar kasih sayang, rasa ingin membantu. Namun, keduanya sepakat jika gerakan itu merupakan bentuk protes terhadap minimnya kebijakan yang solutif.
Paulus menjelaskan, gerakan rakyat bantu rakyat itu merupakan cara untuk mengkritisi demokrasi yang saat ini sedang diuji. Rakyat kecewa dengan kondisi pandemi tetapi kebijakan yang dikeluarkan tidak berjalan maksimal.
“Data minim sekali yang dibuka, jumlah isoman saja tidak pernah bisa dideteksi. Lalu informasi simpan siur, kebijkan di pusat yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan di daerah, dan masih banyak lagi. Sementara mereka yang isoman ini membutuhkan bantuan,” kata Paulus.
Baca juga: Realisasi Anggaran Penanganan Covid-19 di Kalteng Masih Rendah
Begitu juga Bagas. Menurutnya, memastikan warga tetap sehat dan kebutuhannya terpenuhi itu merupakan tanggung jawab pemerintah. “Masih ada warga yang memberikan stigma pada mereka yang Covid-19,ada yang takut untuk melapor karena khawatir diusir dari kampungnya, ini perlu diperhatikan,” kata Bagas.
LWY (34), warga Kota Palangkaraya yang saat ini melakukan isolasi mandiri mengaku jika dirinya khawatir akan keselamatannya karena tidak pernah dikunjungi tenaga kesehatan meski sudah melapor ke pemerintah setempat mulai dari RT hingga lurah. Namun, ia lebih khawatir tidak bisa makan karena pekerjan sehari-harinya berjualan. Gerakan relawan sangat membantu. “Mungkin pemerintah juga sibuk dan memiliki prioritas,” ujarnya.
Dari data Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalimantan Tengah, terdapat 3.380 orang dalam perawatan. Sedangkan jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 di seluruh Kalimantan Tengah berjumlah lebih kurang 1.184 tempat tidur. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul, sebagian masyarakat melakukan isolasi mandiri namun tetap dikontrol tenaga kesehatan.
Sampai saat ini, penggunaan tempat tidur di rumah sakit di seluruh Kalteng belum melewati 50 persen bahkan cenderung di bawahnya karena pasien keluar masuk. “Penanganan dilakukan semaksimal mungkindan hingga kini belum ada kelebihan kapasitas,” kata Suyuti.
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menegaskan kepada semua kepala daerah untuk memaksimalkan dan merealisasikan anggaran penanganan Covid-19. Sampai saat ini penggunaan anggaran tersebut, untuk insentif temaga kesehatan lebih kurang baru 24 persen.
Baca juga: Angka Kematian dan Kasus Terkonfirmasi di Kalteng Terus Melonjak
Tahun lalu, dari catatan Kompas, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun yang dibagi ke 14 kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Sugianto berharap anggaran tersebut digunakan secara bijak untuk kepentingan rakyat.
“Jangan ada lagi laporan insentif perawat yang dipotong, itu hak mereka. Mereka merupakan salah satu garda terdepan memerangi virus ini,” kata Sugianto.
Paulus dan Bagas melawan rasa takutnya untuk menjaga para isoman, Cucu dan kawan-kawannya di HGI melupakan tekanan bisnis mereka di masa pandemi dengan membantu para isoman. Mereka semua memastikan, orang-orang yang isoman tidak sendiri sekaligus melayangkan kritikan kepada pemerintah. Mereka mengkritik dengan menunjukkan jalan keluar.