Merindu Denyut Budaya Balai Pemuda
Warga Surabaya, Jawa Timur, masih perlu bersabar karena masih belum bisa menikmati gegap gempita seni budaya di Balai Pemuda. Sebagai pelipur rindu atraksi budaya dunia maya menjadi alternatif kala pandemi belum mereda.
Sampai dengan Kamis (5/9/2021), seni budaya belum berdenyut lagi dari Balai Pemuda, jantung Surabaya, ibu kota Jawa Timur, karena pandemi Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) dan atau mutasinya, yakni varian Alpha, Beta, Gamma.
Warga ”Bumi Pahlawan”, julukan Surabaya, sebenarnya sudah amat rindu untuk bisa berkehidupan merdeka. Namun, pandemi yang belum mereda memaksa warga mengekang dan terkekang keadaan. Keterkekangan ini menjadi ironi menjelang perayaan 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia yang akan berlangsung kurang dari dua pekan. Sunggung, warga Surabaya merindu berkesenian.
Di Balai Pemuda, kegiatan terakhir sebelum kembali sepi seperti kuburan adalah pameran lukisan karya Yayak Yatmaka dan rangkaian kegiatan dalam jaringan dan luar jaringan. Kegiatan bertema Gambar Sebagai Senjata Rakyat Merdeka berlangsung kurun 21-31 Mei 2021 di Galeri Dewan Kesenian Surabaya.
Dari sana juga diadakan lokakarya, webinar, dan diskusi bagi peminat untuk meningkatkan kemampuan memformulasikan realitas sosial dalam berkarya. Peminat juga didorong mempertontonkan karya-karya visual meski di ruang virtual sebagai bagian dari menyuarakan aspirasi, ide, gagasan atau ”senjata rakyat merdeka”.
Baca juga: Parade Seni Budaya Surabaya Dialihkan ke Ruang Virtual
Yayak, seniman dari Yogyakarta, memamerkan 120 lukisan dari tahun 1990-2020. Pameran sebenarnya ingin direalisasikan tahun lalu. Namun, pandemi ketika itu memburuk sehingga kegiatan terpaksa ditunda setahun. Pameran di Surabaya, menjadi upaya Yayak untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Selain itu, memeriahkan hari jadi Surabaya yang diperingati setiap 31 Mei. ”Saya datang bukan sebagai siapa-siapa,” katanya ketika itu.
Dampak
Serangan pandemi sejak Maret 2020 memaksa perubahan besar seluruh sisi kehidupan termasuk aktivitas seni budaya. Memang, kehidupan tidak mati, tetapi masih bisa berdenyut jika disiplin protokol kesehatan. Masalahnya, kegiatan seni budaya nyaris selalu beririsan dengan potensi pelanggaran yang meningkatkan risiko penularan yakni keberadaan massa.
Sebelum pandemi, di Balai Pemuda rutin diadakan pementasan ludruk, ketoprak, wayang orang, karawitan, teater, pentas musik. Hiburan itu berlangsung setiap akhir pekan atau Sabtu dan Minggu malam sebagai suguhan cuma-cuma bagi warga. Di akhir pekan juga diadakan kursus bagi anak-anak yang ingin berketerampilan tari, lukis, bahasa, musik, dan teater. Balai Pemuda menjadi jantung kehidupan warga Surabaya untuk memelihara jiwa seni budaya.
Namun, semua menjadi bubrah dan bubar akibat pandemi menyerang. Wabah juga melumpuhkan aktivitas seni budaya di Taman Hiburan Rakyat dan Taman Budaya Jawa Timur. Penghidupan seniman budayawan melemah dan mati. Setengah tahun pandemi berjalan, Pemerintah Kota Surabaya beberapa kali diterjang gelombang protes seniman, budayawan, pekerja tempat hiburan, pariwisata karena penghidupan mereka meredup.
Baca juga: Seni Tetap Bersemi di Masa Pandemi Covid-19
Arisan, ulang tahun, seminar, pernikahan, syukuran terpaksa berhenti total demi memutus penularan Covid-19. Senada dialami hajatan besar tahunan misalnya Festival Surabaya Cross Culture Internasional, Hari Jadi Surabaya, bahkan kegiatan hari besar keagamaan dimana gegap gempita terpaksa diredupkan.
Di sinilah kemudian pandemi menimbulkan pukulan besar bagi kehidupan masyarakat Surabaya. Mereka seolah mengulang Pertempuran Surabaya November 1945. Ketika itu, warga bertahan mati-matian melawan tentara sekutu. Kini, warga mati-matian melawan virus yang berukuran jauh lebih kecil daripada “sekutu”.
Pindah
Menurut Ketua Bengkel Muda Surabaya (BMS) Heroe Boediarto, pandemi melumpuhkan segala kegembiraan seni budaya di Balai Pemuda. Di tempat yang dahulu bernama De Simpangsche Societeit ini, adalah wadah interaksi seniman budayawan.
”Nama-nama besar seniman budayawan misalnya Gombloh, Leo Kristi, Franky Sahilatua tidak bisa dilepaskan dari kehidupan mereka di sini,” kata Heroe.
Bengkel Muda Surabaya sejak 1972 menjadi bagian integral dari Balai Pemuda untuk kegiatan sastra, teater, tari, seni rupa, film. Balai Pemuda telah menjadi rumah bersama warga Surabaya pelestarian seni budaya.
Untuk tetap melestarian kehidupan seni budaya, BMS memindahkan kegiatan ke ruang virtual atau dalam jaringan alias daring (online). Sepanjang Juli 2021, diadakan Bulan Puisi BMS yang dapat diikuti di media sosial Youtube. Tahun lalu, di kanal tersebut juga diadakan Pekan Monolog, Seri Diskusi Surabaya Jangan Ambyar, Parade Puisi, dialog seni rupa, bedah buku, dan kesaksian-kesaksian.
Heroe mengatakan, persiapan untuk suatu konten selalu diadakan melalui aplikasi virtual yakni Zoom. Ada keunggulan dari persiapan secara virtual itu yakni bisa diikuti oleh seluruh anggota dan pendukung meski mereka terpencar di seluruh Nusantara. Sebelum pandemi, persiapan tentu diadakan dengan rangkaian pertemuan dan latihan di suatu tempat yang terkadang tanpa dihadiri sejumlah orang karena situasi tertentu.
Lihat juga: Upacara HUT Ke-728 Kota Surabaya
”Aplikasi untuk tatap layar seperti Zoom itu mengatasi kendala ketidakhadiran. Anggota kami di Solo, Jakarta, Depok, Jogja bisa bertemu dan menjadi dekat kembali,” katanya.
Dalam pertemuan, mereka berbagi peran atau tugas yang kemudian berlanjut dengan latihan dan perekaman aktivitas. Di Surabaya, bagian editing mempercantik hasil rekaman sehingga diharapkan memuaskan penonton ketika tayang di saluran media sosial BMS.
Bertahan
Di satu sisi pandemi melumpuhkan aktivitas di Balai Pemuda yang berdekatan dengan Gedung Negara Grahadi, rumah dinas Gubernur Jatim, DPRD Kota Surabaya dan Balai Kota Surabaya sebagai bagian dari kawasan bangunan tinggalan masa Hindia-Belanda bercorak Eropa. Namun, di sisi lain, khusus untuk Balai Pemuda, pandemi menjadi kesempatan bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk melaksanakan sejumlah proyek.
Antara lain, pemugaran sebagian kawasan Balai Pemuda yang dilengkapi dengan air mancur, lapangan terbuka. Kompleks ini telah memiliki ruang bawah tanah dari Jalan Pemuda ke Jalan Yos Soedarso yang nantinya untuk kegiatan seni. Kompleks ini di masa pemerintahan Wali Kota Tri Rismaharini yang kini menjabat Menteri Sosial diperkenalkan sebagai Alun-Alun Surabaya. Gedung Balai Pemuda menjadi satu kesatuan dengan penataan ruang tersebut.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, situasi pandemi yang sempat memburuk memaksa aparatur belum bisa mengadakan lagi perhelatan seni budaya di Alun-Alun Surabaya. Aparatur cemas jika suatu pergelaran diadakan dan diserbu masyarakat akan kembali meningkatkan risiko penularan Covid-19 yang kemudian berkontribusi terhadap perburukan situasi pandemi.
”Situasi dinamis, jika memungkinkan diadakan kegiatan meski harus protokol kesehatan dan diyakini tidak membahayakan tentu akan kami dukung,” ujar Eri. Aparatur masih disibukkan dengan upaya pengendalian dan penanganan pandemi sehingga masyarakat diharapkan maklum karena kegiatan seni budaya belum kembali dimaksimalkan.
Menurut Eri, pengendalian pandemi misalnya dengan percepatan dan perluasan vaksinasi penting untuk kekebalan kelompok (herd immunity). Jika situasi itu tercapai yakni minimal 80 persen populasi sudah vaksin, risiko buruk penularan Covid-19 diyakini bisa teratasi.
Lihat juga: Taman Baru di Balai Pemuda Surabaya
Lihatlah, perhelatan akbar Olimpiade Tokyo yang sebentar lagi berakhir juga diadakan dengan penerapan protokol kesehatan ketat bahkan tanpa penonton dari wisatawan mancanegara. Piala Eropa yang belum lama berakhir yang membolehkan kehadiran penonton ternyata berdampak terhadap peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara di Eropa.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, situasi pandemi yang sempat memburuk membuat aparatur memang pikir-pikir betul untuk memaksimalkan kembali Balai Pemuda sebagai jantung seni budaya di lokasi atau luar jaringan (luring/offline).
”Kami tentu akan melanjutkan program seni budaya misalnya menghidupkan lagi parade virtual,” kata Antiek.
Parade Seni Budaya Surabaya secara virtual penah diadakan kurun September-Desember 2020 dimana pemerintah melibatkan 500 seniman budayawan untuk setiap akhir pekan pentas. Meski tidak bisa hadir ke Balai Pemuda atau lokasi-lokasi pementasan, tetapi hiburan bisa dinikmati di rumah melalui media sosial, seperti kerinduan sebagian kita menonton sepak bola terobati dengan Piala Eropa dan Copa America di televisi.
Bersabarlah warga Surabaya, situasi belum memungkinkan.