BPS Bali: Masih Ada Kekhawatiran terhadap Efektivitas Vaksin Covid-19
Khawatir akan efek samping vaksinasi dan tidak percaya efektivitas vaksin menjadi alasan responden belum vaksin Covid-19. Hal itu diperoleh dari survei terkini BPS Bali tentang perilaku masyarakat di masa pandemi.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Hasil survei Badan Pusat Statistik tentang perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 menunjukkan masih ada masyarakat yang belum mengikuti vaksinasi Covid-19 dengan sejumlah alasan. Selain karena mengkhawatirkan efek samping, sejumlah responden yang disurvei juga menyatakan tidak mau vaksin karena tidak percaya efektivitasnya.
Dalam pemaparan hasil survei tentang perilaku masyarakat di masa pandemi, khususnya selama penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) periode Juli 2021 di Provinsi Bali, Kamis (5/8/2021), Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Hanif Yahya menyebutkan, tingkat kepatuhan mengikuti protokol kesehatan pada masa PPKM di Provinsi Bali sudah tergolong baik.
Sebanyak 12.891 responden mengikuti survei secara di dalam jaringan (daring/online) yang dilaksanakan BPS Provinsi Bali dalam kurun seminggu, mulai 13 Juli sampai 20 Juli 2021. Survei ini juga berangkaian dengan survei serupa secara nasional yang digelar BPS dalam kurun yang sama. Adapun secara nasional, jumlah responden yang mengikuti survei perilaku masyarakat itu mencapai 212.762 orang.
Adapun survei perilaku masyarakat pada masa pandemi Covid-19 dinyatakan menggunakan cara non-probability sampling. Informasi yang dihasilkan dari survei itu dinyatakan merupakan gambaran individu yang berpartisipasi secara sukarela dalam survei dan tidak mewakili kondisi seluruh masyarakat suatu daerah atau seluruh Indonesia.
Dari responden yang disurvei BPS Provinsi Bali itu, menurut Hanif dalam pemaparannya secara daring, Kamis (5/8), terdapat responden yang belum divaksin dengan sejumlah alasannya.
Sebanyak 37,4 persen responden menyatakan sudah menjadwalkan vaksin, tetapi belum waktunya. Lainnya, belum vaksin karena faktor kesehatan (35,6 persen) dan belum vaksin karena masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksin (18,2 persen).
Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 6,7 persen responden belum vaksin karena tidak mau atau khawatir terhadap efek samping vaksin dan sebanyak 2 persen responden belum vaksin karena tidak percaya efektivitas vaksin.
Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Bali Umar Ibnu Alkhatab mengatakan, akses publik mendapatkan vaksin Covid-19 sudah cukup bagus. Di Bali, vaksinasi Covid-19 juga dilaksanakan di banjar atau desa. Capaian vaksinasi Covid-19 tahap pertama di Provinsi Bali dinyatakan sudah melampaui target. ”Saat ini, publik sedang mengakses vaksinasi tahap kedua,” kata Umar kepada Kompas, Kamis (5/8).
Protokol kesehatan
Di Provinsi Bali, responden yang mengikuti survei BPS itu dibagi dalam dua kategori, yakni responden dari kawasan metropolitan Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan (Sarbagita) dengan persentase 34,7 persen dari total responden dan responden dari luar kawasan Sarbagita dengan persentase 65,3 persen dari 12.891 orang.
Saat ini, publik sedang mengakses vaksinasi tahap kedua.
Hasil survei BPS Provinsi Bali menunjukkan, tingkat ketaatan responden di Bali mengikuti arahan protokol kesehatan di masa PPKM sudah tergolong baik, baik dalam kepatuhan memakai satu masker, memakai dua masker, mencuci tangan memakai sabun, dan menjaga jarak, maupun menghindari kerumunan. Kepatuhan terhadap protokol kesehatan juga meningkat selaras dengan keikutsertaan responden mengikuti vaksinasi Covid-19.
Kepatuhan memakai satu masker, misalnya, mencapai 91,3 persen dari seluruh responden untuk wilayah Bali, sebesar 94,1 persen di wilayah Sarbagita, dan sebesar 90,7 persen di luar wilayah Sarbagita. Namun, dalam pemakaian dua masker, menurut hasil survei BPS Provinsi Bali itu, tingkat kepatuhan responden dari luar wilayah Sarbagita masih lebih rendah dibandingkan dengan responden dari wilayah Sarbagita.
Hasil survei juga menunjukkan lebih dari 64 persen responden, atau mayoritas responden, merasa sudah jenuh karena harus berdiam di rumah selama masa PPKM darurat. Adapun kegiatan yang banyak dilakukan selama di rumah, di antaranya, adalah berkomunikasi dengan keluarga atau teman secara daring, berolahraga, dan beribadah.
Terkait hasil survei itu, Umar menyatakan, kepatuhan masyarakat di Bali mengikuti protokol kesehatan sudah baik. Umar menyatakan, dengan kondisi keterbatasan sumber daya aparatur untuk mengawasi penerapan protokol kesehatan, disarankan pengawasan protokol kesehatan difokuskan di kawasan Sarbagita. Hal itu juga berkaitan dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di kawasan Sarbagita yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan di luar kawasan Sarbagita.