Plasma Konvalesen di Banyumas Defisit, Penyintas Didorong Aktif Mendonor
Kebutuhan plasma konvalesen bagi pasien Covid-19 di Banyumas selalu tinggi, tetapi tidak bisa dicukupi akibat minimnya stok. Para penyintas Covid-19 didorong aktif berdonor demi kemanusiaan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Ketersediaan plasma konvalesen sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit Covid-19 di PMI Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, selalu defisit. Jumlah permintaan meningkat, tetapi tidak demikian dengan pendonor. Para penyintas Covid-19 diharapkan aktif mendonorkan plasma konvalesen dan kerja sama lintas instansi diperlukan untuk mengatasi defisit ini.
”Peningkatan kebutuhan tidak sebanding dengan jumlah pendonor plasma konvalesen sehingga terdapat antrean plasma konvalesen di mana pada 27 Juli 2021 tercatat ada 72 kantong untuk 50 pasien yang belum terpenuhi. Setiap hari, kami menerima banyak telepon dari keluarga pasien yang butuh plasma konvalesen. Kami risau karena belum bisa memenuhinya,” kata Wakil Ketua PMI Banyumas Dibyo Yuwono, dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Rabu (28/7/2021).
Dibyo menyampaikan, Unit Donor Darah PMI Banyumas adalah salah satu dari tiga unit donor darah di Jawa Tengah, selain Solo dan Semarang, yang bisa menyediakan plasma konvalesen. Hingga kini, PMI Banyumas tercatat telah memproduksi 2.133 kantong plasma konvalesen yang didistribusikan pada 1.824 pasien yang di Banyumas dan sekitarnya.
Kepala Unit Donor Darah PMI Banyumas dokter Ivone Rusyandari menambahkan, berdasarkan data bulanan, jumlah ketersediaan plasma konvalesen tidak pernah mencukupi permintaan. Ia mencontohkan, pada April 2021, ada permintaan sebanyak 296 kantong, tetapi hanya bisa dipenuhi 196 kantong.
Sementara pada Mei 2021, permintaan ada 298 kantong, tetapi pemenuhan hanya 223 kantong. Adapun Juni 2021, jumlah permintaan mencapai 812 kantong, tetapi hanya bisa dipenuhi 319 kantong. Demikian juga pada Juli ini, kebutuhan tercatat 923 kantong, tetapi hanya tersedia 435 kantong.
Menurut Ivone, sejumlah kendala yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan plasma konvalesen, antara lain, adalah banyak calon donor penyintas Covid-19 yang masih trauma dan banyak pendonor yang titer (konsentrasi) antibodinya rendah. Selain itu, terkadang, beberapa pendonor penyintas masih mengalami gejala sisa, seperti sesak napas, batuk, diare, mual, dan pusing.
”Ada pula pendonor yang takut jarum dan ada yang mau donor jika hanya ada yang membutuhkan. Padahal, proses ini memakan waktu dan pasien sudah dalam kondisi gawat,” tuturnya.
Sejumlah upaya, lanjut Ivone, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan itu. Misalnya, menyebarkan informasi lewat media sosial dan media massa, bekerja sama dengan rumah sakit rujukan Covid-19, menghubungi dinas kesehatan hingga memberikan cenderamata kepada para pendonor berupa sembako.
Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso menyampaikan, sivitas akademika UMP yang juga merupakan penyintas Covid-19 terdorong untuk berbagi plasma konvalesen demi kemanusiaan. Mereka yang telah sembuh dari Covid-19 telah memiliki wadah komunikasi lewat grup WA dan akan dikoordinir untuk berdonor.
Ketua Satgas Covid-19 UMP Umi Solikhah menambahkan, di UMP ada sekitar 50 penyintas Covid-19 dan 36 orang di antaranya sudah bergabung ke dalam grup WA para penyintas Covid-19. Pihaknya akan berupaya mendorong para penyintas untuk berdonor karena tingginya permintaan plasma konvalesen di PMI Banyumas.
Berdasarkan data yang dihimpun dari PMI Banyumas pada Rabu pukul 07.45, stok plasma konvalesen untuk semua golongan darah adalah nol atau kosong. Padahal, terdapat permintaan 30 kantong plasma konvalesen untuk 21 pasien bergolongan darah A, 26 kantong untuk 16 pasien bergolongan darah B, 27 kantong untuk 20 pasien bergolongan darah O, serta 10 kantong untuk enam pasien bergolongan darah AB.