Angka Kasus Aktif di Klaten Tinggi, Isolasi Terpusat Dioptimalkan
Tingginya angka kasus positif di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diantisipasi pemerintah dengan mengoptimalkan isolasi terpusat. Isolasi tepusat diharapkan mencegah sedini mungkin meluasnya penularan Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Pemerintah mengantisipasi tingginya angka kasus aktif di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan mengoptimalkan isolasi terpusat bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Isolasi terpusat penting untuk mencegah perluasan penularan Covid-19 dengan pemisahan sedini mungkin warga terkonfirmasi positif.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito mengungkapkan, isolasi terpusat menjadi salah satu langkah efektif mencegah perluasan penularan. Pasien terkonfirmasi positif Covid-19 perlu sesegera mungkin dipisahkan dengan yang belum terpapar Covid-19. Dengan begitu, potenis meluasnya penularan bisa dicegah secepat mungkin.
”Prinsip isolasi dan karantina itu, kan, memisahkan antara yang sakit dan tidak sakit,” kata Ganip, dalam kunjungannya ke shelter isolasi terpusat, di Gedung Olahraga Gelarsena, Kabupaten Klaten, Rabu (28/7/2021).
Ganip menambahkan, isolasi terpusat digunakan untuk pasien Covid-19 tanpa gejala maupun gejala ringan. Lewat mekanisme isolasi terpusat, ia menyatakan, kondisi pasien dapat terpantau lebih baik. Meski bergejala ringan, bisa saja terjadi pemburukan kondisi apabila tidak mendapat penanganan medis yang baik. Pemulihan juga berpotensi lebih cepat dengan pantauan ketat dari tenaga kesehatan yang bertugas.
Gedung Olahraga Gelarsena merupakan salah satu tempat isolasi terpusat yang dikelola Pemerintah Kabupaten Klaten. Kapasitasnya mencapai 101 orang. Dari jumlah tersebut, yang terisi baru sekitar 59 tempat tidur. Fasilitasnya mulai dari tempat tidur terpisah, pengecekan kesehatan, hingga ketersediaan tabung oksigen.
Adapun di Kabupaten Klaten, total kapasitas isolasi terpusat berjumlah sekitar 1.000 tempat tidur. Tempat isolasi terpusat tersebar di berbagai wilayah. Ada yang dikelola pemerintah kabupaten, kecamatan, hingga desa. Kapasitas masing-masing tempat mulai dari 20 tempat tidur hingga 100 tempat tidur.
Kepala Dinas Kesehatan Klaten Cahyono Widodo mengungkapkan, dari total 1.000 tempat tidur isolasi terpusat yang tersedia, yang diisi baru sekitar 400 tempat tidur. Artinya, baru ada sekitar 400 orang pasien Covid-19 tanpa gejala dan bergejala ringan yang baru menjalani isolasi terpusat.
Dilihat dari jumlah itu, tempat tidur yang digunakan untuk menjalani isolasi terpusat tidak sampai 50 persen dari total tempat tidur yang tersedia. Padahal, kasus aktif Covid-19 di Kabupaten Klaten jumlahnya mencapai 3.794 kasus hingga Selasa (27/7/2021) sore.
”Itu 3.000 kasus jumlahnya tidak bersamaan. Ada yang sudah 14 hari isolasi. Ada yang sudah isolasi 10 hari. Yang 400 kasus ini, baru-baru ini kami ajak isolasi terpusat. Harapannya ini memecah kepadatan di rumah sakit, karena yang bergejala ringan bisa juga dirawat di isolasi terpusat,” kata Cahyono.
Bupati Klaten Sri Mulyani menyampaikan, kluster keluarga menjadi penyumbang dominan dalam lonjakan kasus Covid-19 di daerahnya. Hal itu diduga disebabkan oleh isolasi mandiri yang tak berjalan efektif. Masih ditemukan sebagian warga yang menjalani isolasi mandiri bersama dengan anggota keluarganya yang negatif.
Sementara itu, upaya peningkatan kapasitas rumah sakit di wilayah Surakarta Raya juga dilakukan dengan membuat RS Darurat Covid-19. Rumah sakit darurat didirikan dengan mengubah fungsi salah satu bangunan di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Selama ini, asrama tersebut sudah digunakan untuk mengisolasi pasien Covid-19 tanpa gejala.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Selasa, menyampaikan, progres pembangunan rumah sakit darurat tersebut sudah mencapai 40 persen. Ditargetkan, awal Agustus, rumah sakit tersebut sudah bisa dimanfaatkan. Nantinya bakal ada 344 tempat tidur isolasi dan delapan high care unit. Rumah sakit tersebut akan dimanfaatkan untuk merawat pasien dengan gejala ringan hingga sedang di wilayah Surakarta Raya.