Tanpa Tambahan Dosis, Vaksinasi di Kendari Terancam Berhenti Pekan Ini
Meski animo masyarakat mengikuti vaksinasi tinggi, jumlah vaksin tersisa di Kendari hanya 2.800 dosis. Ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi paling lama hingga lima hari ke depan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Stok vaksin Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, tersisa sekitar 2.800 dosis, atau hanya cukup untuk paling lama lima hari ke depan. Meski animo warga tinggi, vaksinasi terpaksa dihentikan pekan ini jika stok vaksin tidak segera ditambah.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum mengatakan, hingga Senin (26/7/2021), jumlah dosis vaksin yang tersisa sekitar 280 vial atau 2.800 dosis. Jumlah ini hanya cukup memenuhi kebutuhan vaksinasi paling lama untuk lima hari ke depan.
Dalam sehari, ia melanjutkan, jumlah warga yang menjalani vaksinasi sekitar 500 orang. Jumlah ini fluktuatif dan cenderung meningkat saat akhir pekan. ”Stok pada Sabtu kemarin sekitar 320 vial. Hari ini dipakai sekitar 50 vial atau 500 dosis, jadi yang tersisa sekitar 280 vial atau 2.800 dosis. Kami telah ajukan kebutuhan vaksin, yang datang hanya 20 vial kemarin,” kata Rahminingrum di Kendari, Senin siang.
Vaksinasi yang berlangsung saat ini, Rahminingrum melanjutkan, hanya difokuskan untuk tahap kedua. Adapun vaksinasi tahap pertama bagi masyarakat telah dihentikan sekitar dua pekan terakhir seiring rendahnya stok vaksin yang tersedia.
Di sisi lain, animo masyarakat untuk mengikuti vaksinasi sangat tinggi. Selain ratusan hingga ribuan warga yang menjalani vaksinasi tahap kedua, sejumlah warga rutin datang ke posko vaksinasi untuk melakukan pendaftaran vaksinasi tahap pertama. Namun, stok yang terbatas membuat vaksinasi tidak bisa dilakukan.
”Kami hanya berharap vaksin tambahan segera tiba agar vaksinasi tidak berhenti total. Sebelumnya, kami sudah bersurat kepada pemerintah untuk kebutuhan vaksin di wilayah ini,” kata Rahminingrum.
Jumlah warga Kendari yang telah menjalani vaksinasi tahap pertama sebanyak 80.472 orang, atau sekitar 35 persen dari target 227.079 orang. Sementara itu, jumlah yang telah menjalani vaksin kedua baru sebanyak 33.420 orang. Dalam kata lain, masih ada sekitar 47.000 orang yang harus menjalani vaksinasi tahap kedua hingga beberapa pekan mendatang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanganan Penyakit Dinkes Sultra dr Ridwan menjelaskan, vaksin tambahan telah tiba di Sultra pada Minggu (25/7/2021). Total ada 2.130 vial vaksin yang datang untuk didistribusikan ke 17 kabupaten dan kota.
Vaksin yang tiba ini terbagi dua merek, yaitu 250 vial vaksin AstraZeneca dan 1.880 vial vaksin Sinovac. Untuk vaksin AstraZeneca diserahkan kepada pihak TNI-Polri, yang memang dikhususkan memakai vaksin merek ini.
“Sementara itu, untuk Sinovac, 1.140 vial juga dibagi kepada TNI-Polri. Dinas Kesehatan hanya terima 740 vial, yang akan dibagi ke 17 daerah. Jadi, kami lihat stoknya, yang sedikit kami bagi lebih banyak. Seperti Kendari, masih ada 300-an vial, kami bagi 20 vial. Mau tidak mau begitu, biar semua cukup,” kata Ridwan.
Hal ini karena pemerintah memfokuskan vaksinasi di wilayah Jawa dan Bali yang jumlah kasusnya terus melonjak.
Saat ini, ia menambahkan, jumlah dosis vaksin yang tiba memang tidak sebanyak sebelumnya. Hal ini karena pemerintah memfokuskan vaksinasi di wilayah Jawa dan Bali yang jumlah kasusnya terus melonjak. Diharapkan, pada Agustus mendatang jumlah stok yang diberikan ke daerah lebih banyak agar vaksinasi berlangsung massal.
Percepatan vaksinasi telah diupayakan sejumlah daerah di Sultra. Setelah awalnya menemui berbagai kendala, animo masyarakat meningkat dan mulai berbondong-bondong untuk mengikuti program ini.
Di sisi lain, kasus Covid-19 terus melonjak, yang mencapai kisaran 200-300 kasus setiap hari. Pada Senin ini, jumlah tambahan kasus baru mencapai 311, dengan sembilan orang meninggal. Total kasus mencapai 15.260 orang, di mana 2.889 orang masih dalam perawatan.
Vaksinasi menjadi salah satu cara ampuh untuk menciptakan kekebalan bersama di masyarakat. Akan tetapi, menurut sejumlah epidemiolog, program ini harus disertai dengan upaya penelusuran kasus dan pembatasan ketat.
Lonjakan kasus membuat sejumlah daerah masuk dalam zona kuning. Di Sultra, sebanyak 15 daerah masuk dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3. Dua daerah lainnya, yaitu Buton dan Buton Selatan, masuk dalam kategori PPKM level 2.