Stok Tersisa 2.430 Dosis, Kendari Hentikan Vaksinasi Tahap Pertama
Pemerintah Kota Kendari menghentikan sementara vaksinasi tahap pertama seiring stok vaksin yang hanya tersisa untuk 2.430 sasaran.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Stok vaksin Covid-19 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, tersisa 2.430 dosis saja. Jumlah yang sangat terbatas itu membuat Pemerintah Kota Kendari menghentikan sementara vaksinasi tahap pertama. Stok bahkan tidak cukup untuk vaksinasi dosis kedua bagi 40.550 orang. Pemerintah pusat diharap segera menyalurkan vaksin agar vaksinasi tidak terhenti.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum menuturkan, pihaknya terpaksa menghentikan sementara vaksinasi tahap pertama karena semakin menipisnya stok vaksin. Saat ini, hanya tersisa 243 vial vaksin, atau hanya cukup untuk 2.430 sasaran.
”Makanya, sejak dua hari lalu kami terpaksa hentikan dulu. Kalau kami teruskan, warga yang telah menjalani vaksinasi tahap kedua akan terhenti juga,” kata Rahminingrum, di Kendari, Rabu (14/7/2021).
Sejauh ini, tambah Rahminingrum, capaian vaksinasi dosis pertama di Kendari sebanyak 69.417 orang. Jumlah ini setara 30,57 persen dari total 227.079 sasaran, baik itu tenaga kesehatan, pelayan publik, warga lanjut usia, masyarakat rentan, hingga masyarakat umum.
Sementara itu, capaian vaksinasi dosis kedua baru mencapai 28.867 orang, atau 12,71 persen dari target. Hal itu berarti masih ada 40.550 orang yang belum menjalani vaksinasi dosis kedua.
”Dengan tersisa 2.430 dosis, pasti tidak akan cukup. Kami hanya bisa berharap distribusi vaksin segera tiba untuk bisa diberikan ke masyarakat, utamanya untuk yang dosis kedua dahulu,” katanya.
Beruntung kami dapat bantuan dari pihak TNI yang mengupayakan 300 vial.
Menurut Rahminingrum, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir telah bersurat ke Pemprov Sultra agar meminta tambahan vaksin ke pemerintah pusat. Tidak hanya itu, juga meminta instansi lain, khususnya Polri, untuk mengupayakan stok vaksin. Sebelumnya, Polri, melalui Polda Sultra dan Polres Kendari, mengadakan vaksinasi massal di wilayah ini.
Beberapa bulan terakhir, ia melanjutkan, distribusi vaksin dilakukan oleh distributor, tidak lagi oleh Pemerintah Provinsi Sultra. Pemerintah daerah mengajukan kebutuhan vaksin melalui aplikasi, lalu akan disalurkan. Akan tetapi, stok vaksin belum juga tiba dua pekan terakhir.
Tidak hanya di Kendari, stok vaksin di Kabupaten Kolaka juga menipis. Jumlah vaksin yang tersisa saat ini hanya 100 vial atau hanya cukup untuk 1.000 orang sasaran. Padahal, jumlah yang akan menjalani vaksinasi tahap kedua di wilayah ini sekitar 16.000 orang.
”Beruntung kami dapat bantuan dari pihak TNI yang mengupayakan 300 vial. Karena itu, vaksinasi tahap pertama tidak kami tunda, tapi tetap lanjutkan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kolaka Harun Masiri.
Sementara itu, lanjut Harun, untuk vaksinasi tahap kedua, karena waktu injeksi sasaran tidak bersamaan, pihaknya berharap vaksin segera datang. Hal itu untuk menjaga kesinambungan vaksinasi di tengah animo masyarakat yang tinggi.
Sejak awal, sejumlah kendala mengambat vaksinasi di Sultra. Vaksinasi warga lansia, misalnya, sampai saat ini baru mencapai 76.969 orang dari sasaran sebanyak 190.498 orang.
Jumlah total sasaran di wilayah Sultra mencapai 2 juta orang, dari total 2,7 juta penduduk. Sasaran vaksinasi ini mencakup tenaga kesehatan, pelayan publik, masyarakan umum dan rentan, hingga remaja.
Di sisi lain, jumlah kasus positif di Sultra terus melonjak. Hingga Selasa, total kasus positif mencapai 12.995 orang, dengan kasus harian lebih dari 100 kasus. Sebanyak 2.072 orang masih dalam perawatan dan 263 orang meninggal. Bahkan, pada Selasa sore, istri Gubernur Sultra, Agista Ariani Ali Mazi, meninggal karena terpapar Covid-19.
Sejumlah akademisi dan elemen masyarakat mendorong agar pemerintah menggiatkan vaksinasi di tengah lonjakan kasus dan kekhawatiran masuknya varian baru Covid-19. Terlebih lagi, daerah ini baru didatangi ribuan orang dari seluruh Indonesia dalam helatan Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) akhir Juni lalu.
”Vaksinasi membantu menciptakan kekebalan tubuh sehingga saat terpapar Covid-19, dampaknya tidak seperti sebelum divaksin. Oleh karena itu, vaksinasi harus disegerakan,” kata Ramadhan Tosepu, epidemiolog Universitas Halu Oleo.
Dengan lonjakan kasus saat ini, ia menjabarkan, vaksinasi menjadi hal utama yang bisa melindungi masyarakat. Belum lagi dengan indikasi telah menyebarnya varian Delta, yang penyebaran dan daya rusaknya lebih besar dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Ramadhan mengatakan, seiring dengan vaksinasi yang berlangsung, pemerintah diharapkan melakukan penelusuran kasus yang masif. Tidak hanya itu, juga konsisten dalam melakukan pengawasan dan penegakan protokol kesehatan.