Menjalin Harapan lewat Vaksinasi di Kendari
Warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, antusias menjalani vaksinasi Covid-19. Mereka mendatangi sentra-sentra vaksinasi yang tersedia di sejumlah tempat.
Berbondong-bondong, masyarakat berbagai kalangan datang ikuti vaksinasi serentak di Kendari, Sulawesi Tenggara. Meski sebagian besar tidak begitu paham manfaat vaksin, mereka ingin menabung harapan di tengah gejolak pandemi yang kian hari kian mengkhawatirkan.
Menggandeng Akila (3) anak sulungnya, Mudali (57) keluar dari kantor Kelurahan Korumba, Mandonga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (21/6/2021). Gerimis yang mulai turun membuat ayah tiga anak ini mempercepat langkahnya.
Selembar kertas bertuliskan Kartu Vaksinasi Covid-19 dipegangnya erat di tangan kanannya. Tangan kirinya tidak melepaskan tangan si bungsu. Istrinya, Dewi Kusmanisa (42), mengikut di belakang, masih memegangi lengan.
”Tadi sudah vaksin. Istri saya juga, itu di belakang baru selesai. Pokoknya datang saja dulu biar dapat vaksin,” kata Mudali, yang sehari-hari beraktivitas sebagai pemulung.
Sejak pukul 03.00 Wita, Mudali telah keluar rumah untuk memulung sampah. Membawa gerobak kayu, sejumlah bak sampah di jalan-jalan utama Kendari disasarnya. Biasanya, ia baru pulang ke rumah menjelang siang. Namun, hari ini berbeda.
Ia mendapat informasi dari ketua RT tempatnya tinggal di Kelurahan Korumba akan ada vaksinasi serentak di kantor kelurahan. Sejak malam, ia dan istri bersepakat untuk datang. Maka, sebelum pukul 07.00 Wita, ia dan gerobaknya telah tiba di rumah.
Perantau asal Jawa Timur ini memakai salah satu kaus tebersihnya, sebuah kaus dari merek kopi terkenal. Istrinya memakai kaus negara Perancis. Sang bocah memakai gaun yang dibeli dari pasar baju bekas yang banyak di wilayah Kendari.
Sebelum pukul 08.00 Wita, ketiganya telah ada di kantor kelurahan tersebut. Mereka mengambil dan mengisi formulir yang disediakan, lalu duduk manis menanti antrean. Setelah melewati meja penapisan, cairan vaksin diinjeksikan ke lengan kanannya.
Baca juga: Tak Mampu Terapkan ”Lockdwon”, Pemkot Kendari Prioritaskan Pembatasan Lingkungan
Mudali mengaku tidak begitu tahu manfaat dari vaksin Covid-19 ini. Selama ini, yang ia tahu, kasus Covid-19 semakin melonjak, termasuk di daerah asalnya di Jawa Timur. Selain itu, ia menganggap vaksin juga bisa membuatnya lebih sehat.
”Yang penting vaksin dulu. Katanya, biar lebih sehat dan tidak gampang sakit kalau kena virus. Lagian gratis,” ucapnya terkekeh.
Dengan pekerjaan bertemu banyak orang dan berkutat dengan sampah, ia tidak ingin sakit dan terkena Covid-19. Jika terkena virus pun, ia ingin tetap sehat dan kembali bisa beraktivitas normal. Ia percaya vaksin bisa membuatnya lebih sehat.
Belum lagi dengan banyaknya informasi yang beredar jika untuk mengurus surat-surat di pemerintahan, harus memiliki kartu vaksinasi. Itu juga yang menjadi salah satu faktor utama yang membuat langkahnya ringan melangkah. ”Nanti tidak dapat raskin atau bantuan lagi nantinya,” ujarnya.
Sama seperti Mudali, Witatik Lestari (59) juga tidak begitu paham akan fungsi vaksin Covid-19. Hanya saja, seperti vaksin cacar atau vaksin polio yang pernah ia dan anak-anaknya jalani, ibu tiga anak ini yakin bisa bermanfaat untuk mencegah penyakit.
Selama ini, ia sering mendengar akan ada vaksinasi Covid-19. Namun, ia tidak pernah tahu ada proses vaksinasi di Kendari, cara mendaftar, apakah berbayar, dan banyak hal lainnya. Hingga ketua RT di lingkungannya datang dan memberitahukan ada vaksinasi serentak di kantor kelurahan.
”Makanya, dari pagi datang. Kaki saya sakit, tapi tidak apa-apa. Yang penting bisa ikut dan lebih sehat,” katanya menunjuk kaki kanannya yang tidak mampu digerakkan normal.
Sejak beberapa tahun lalu ia mengalami stroke dan tidak bisa berjalan. Ia rutin ke rumah sakit dan dokter untuk mengecek kesehatan. Ia juga menjalani terapi.
Ibu rumah tangga yang telah lima tahun menjanda ini selalu ingin kesehatannya kembali. Di tengah pandemi, ia jarang keluar rumah karena takut terpapar virus. Dengan vaksinasi yang ada saat ini, ia ingin ikut agar kesehatannya juga terjaga.
Baca juga: Sultra Masuki Tahap Darurat Covid-19
”Ibu semangat tadi berangkat. Sejak pagi sudah siap, makanya kami datang sebelum vaksinasi dimulai,” kata Wa Ode Hilmawati (24), anak bungsu Witatik.
Hilmawati, yang juga ingin ikut menjalani vaksinasi, terpaksa harus menelan ludah. Penyakit asma yang diderita membuat petugas kesehatan tidak meloloskan ibu dua anak ini menjadi peserta vaksinasi.
”Kecewa juga. Awalnya takut (divaksinasi) karena dengar berita di mana-mana banyak yang meninggal. Tapi, sekarang sudah mau ikut. Eh, pas datang tidak boleh karena asma,” katanya.
Beberapa kasus kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) memang terjadi di Sultra, khususnya di Baubau. Seorang guru sekolah menengah pertama di Baubau, Sulawesi Tenggara, meninggal setelah menjalani vaksinasi tahap pertama. La Hinu (59), yang memiliki riwayat penyakit gula dan penurunan fungsi ginjal, meninggal sekitar enam jam setelah injeksi vaksin diberikan. Meski begitu, Komisi Daerah KIPI Sultra menyimpulkan bahwa La Hinu meninggal akibat penyakit yang diderita, bukan akibat vaksinasi
Vaksinasi serentak yang dilakukan di kantor Kelurahan Korumba merupakan rangkaian kegiatan inisiasi Pemkot Kendari bersama pihak kepolisian, baik Polda Sultra maupun Polres Kendari. Petugas Bhabinkantibmas hingga perangkat pemerintah hingga tingkat RT/RW dikerahkan untuk memobilisasi masyarakat. Sejumlah kelurahan telah lebih dulu mengikuti proses vaksinasi serentak ini.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, pihaknya bersama instansi lain, termasuk kepolisian, mengupayakan agar vaksinasi di Kendari terus digiatkan. Hal itu ditujukan agar masyarakat, utamanya kelompok rentan, lebih terjaga di tengah pandemi yang terus mengganas.
”Sampai perangkat pemerintah paling bawah kami libatkan untuk mengajak masyarakat mengikuti vaksinasi. Alhamdulillah, masyarakat juga merespons dan mau mengikuti program vaksinasi yang berlangsung. Sejauh ini angka vaksinasi di Kendari merupakan yang tertinggi di Sultra,” kata Sulkarnain.
Hingga pekan ketiga Juni ini, capaian vaksinasi di Kendari memang telah mencapai 62,89 persen dari total 60.595 sasaran. Meski begitu, vaksinasi lansia di wilayah ini masih tergolong lambat, yaitu baru mencapai 4.161 orang atau 22,33 persen dari total 18.634 orang sasaran. Padahal, vaksinasi lansia telah berjalan lebih dari tiga bulan.
Sulkarnain menambahkan, vaksinasi penting untuk menjaga kekebalan tubuh warga, terutama ketika terpapar Covid-19. Terlebih lagi, kasus positif Covid-19 di Kendari turut melonjak beberapa pekan terakhir.
Hingga Minggu (20/6/2021), jumlah kasus positif aktif Covid-19 di Kendari mencapai 117. Jumlah ini meningkat 10 kali lipat dari dari kasus aktif pada akhir Mei, atau tiga pekan sebelumnya.
Sementara itu, total kasus positif Covid-19 mencapai 4.685 kasus. Sebanyak 60 orang meninggal dunia dan 4.625 orang telah dinyatakan sembuh. Sejumlah daerah di Kendari kembali masuk dalam kategori zona merah, khususnya di Kecamatan Kadia dan Puuwatu.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, lonjakan kasus yang terjadi saat ini ekses dari kendurnya penegakan protokol kesehatan di masyarakat. Aktivitas masyarakat yang berlangsung setiap hari tidak lagi mematuhi protokol dasar, seperti memakai masker, mencuci tangan, atau menjaga jarak.
Baca juga: Pulau Jawa Darurat Covid-19
Oleh sebab itu, penegakan protokol kesehatan menjadi hal utama meski angka penularan kasus tidak tinggi. Penelusuran dan tes secara masif juga tetap harus dilakukan seiring upaya penerapan protokol di masyarakat.
Di samping itu, menurut dia, vaksinasi harus menjangkau semua masyarakat, terutama para kelompok rentan. Pemberian vaksin menjadi senjata ampuh untuk meningkatkan imunitas masyarakat terhadap paparan virus.
”Dan, yang paling penting diingat, vaksin itu bukan obat. Seperti vaksin cacar dan lainnya, vaksin itu mencegah dampak buruk tubuh saat terpapar Covid-19. Jadi, meski setelah divaksin, protokol kesehatan dan program lainnya tetap menjadi yang utama.”