Jumlah pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan telah melebihi kapasitas fasilitas kesehatan di sejumlah daerah, terutama di Pulau Jawa. Tanpa langkah serius menekan penularan, makin banyak pasien tak tertangani.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, kian mencemaskan seiring terus bertambahnya jumlah pasien melebihi ketersediaan rumah sakit. Untuk menekan penularan, pemerintah diminta menginjak rem darurat melalui pembatasan sosial berskala besar dengan pengawasan ketat.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G Partakusuma dalam temu media daring bertajuk ”Kesiapan Rumah Sakit (RS) pada Lonjakan Covid-19 Gelombang Kedua di Indonesia”, Minggu (20/6/2021), di Jakarta mengatakan, lonjakan jumlah penderita Covid-19 menunjukkan angka signifikan.
Dari data harian pada 15-19 Juni 2021, lonjakan signifikan dari 8.000-an kasus hingga lebih dari 12.000 kasus per hari. ”Ini lonjakan kedua masa Indonesia mengalami pandemi Covid-19,” kata Lia.
Menyikapi hal itu, LaporCovid-19 dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) membuat surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo, mendesak agar memprioritaskan keselamatan rakyat. Surat terbuka ini diedarkan secara daring sejak Jumat (18/6/2021) dan ditandatangani lebih dari 2.468 orang hingga Sabtu. Mereka terdiri dari akademisi, profesional, peneliti, tokoh nasional, dan kelompok anak muda.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan, penambahan kasus Covid-19 harian, Minggu (20/6/2021), mencapai 13.737 orang. Sementara jumlah korban jiwa bertambah 371 orang. Jumlah kasus dan korban jiwa di komunitas diprediksi jauh lebih tinggi daripada yang terkonfirmasi/terdata.
Tingginya penularan di komunitas ini tecermin dari rasio tes positif nasional dari pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) 42,2 persen. Artinya, hampir tiap dua orang yang diperiksa dengan PCR, satu di antaranya positif Covid-19.
Antrean panjang
Dengan laju penularan ini, RS dan pusat-pusat isolasi di sejumlah wilayah penuh pasien. Antrean panjang terjadi di beberapa instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit karena ruang perawatan dan ruang perawatan intensif (ICU) penuh.
Dokter spesialis paru di RSUD Pasar Rebo dan RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Eva Sri Diana, kewalahan dengan lonjakan pasien Covid-19. Antrean di IGD RS makin panjang, sebagian harus duduk di kursi roda, bahkan berdiri.
”Tiga minggu terakhir, ada lonjakan kasus dua sampai tiga kali lipat. Jika dipantau dari akhir Mei, rata-rata puskesmas bisa mendapatkan 4-5 kasus baru, kini 12-13 kasus per hari dari 100 puskesmas di Jawa Barat,” kata Anita Siti Fatonah, Regional Technical Advisor Puskesmas Terpadu dan Juara.
Tiga minggu terakhir, ada lonjakan kasus 2-3 kali lipat. Jika dipantau dari akhir Mei 2021, rata-rata puskesmas mendapat 4-5 kasus baru tiap hari, kini 12-13 kasus per hari dari 100 puskesmas di Jawa Barat.
Akibat lonjakan jumlah pasien Covid-19, kapasitas RS menipis, bahkan banyak RS yang jumlah pasiennya mencapai 100 persen. Di DKI Jakarta, tingkat keterisian RS 84 persen dan Jawa Barat 81 persen. Angka kuning dialami Banten dan Jawa Tengah 79 persen, sementara DI Yogyakarta 74 persen.
Hingga kemarin, keterisian pasien Covid-19 di RS darurat ataupun RS rujukan di Jakarta meningkat tajam. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lantas membuka Rumah Susun Nagrak sebagai lokasi isolasi tahap dua mulai Senin (21/6/2021). DI Yogyakarta juga menambah kapasitas tempat tidur di RS untuk pasien Covid-19, dari 941 unit menjadi 1.224 unit. Di Jabar, untuk mengantisipasi lonjakan pasien, 2.400 tempat tidur akan dikonversikan demi menampung pasien Covid-19.
”RS menyediakan kapasitas bagi pasien Covid-19, tetapi terbatas. Sejumlah daerah melaporkan kekurangan oksigen, obat, dan insinerator pengolah limbah medis,” kata Lia G Partakusuma. Guna mengurangi pasien antre di RS, pemerintah diminta menyiapkan tempat isolasi mandiri bagi pasien tanpa gejala serta tempat perawatan pasien bergejala ringan.
Ahli kesehatan masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Hermawan Sulistyo, berpendapat, butuh langkah segera dan tegas dari pemerintah pusat untuk menghentikan penularan. Pengendalian pandemi tak bisa disandarkan hanya melalui vaksin. Apalagi pasokan terbatas.
Sementara itu, 10 juta bahan baku vaksin Covid-19 buatan Sinovac tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pukul 12.40. Dengan kedatangan tahap ke-17 ini, per 20 Juni 2021, Indonesia memiliki 104.728.400 dosis vaksin.
Sekretaris Jenderal Kemenkes Oscar Primadi memantau kedatangan vaksin dari Bandara Soekarno-Hatta. Untuk memvaksin 181,5 juta penduduk demi kekebalan komunitas, pemerintah perlu menyiapkan 426,8 juta dosis.