Bantuan Sosial Tunai Mulai Mengalir ke Pelaku Wisata di Batu
Pelaku wisata di Batu menjadi salah satu pihak terdampak covid-19. Apalagi, selama PPKM darurat, semua obyek wisata tutup. Ada 925 pelaku wisata yang mendapatkan bantuan sosial tunai.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Bantuan sosial tunai atau BST mulai mengalir untuk para pelaku pariwisata di Batu, Jawa Timur. Bantuan ini diharapkan bisa meringankan beban mereka di kala pandemi. Apalagi, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, semua obyek wisata di Batu tutup.
Selama ini Batu dikenal sebagai kota wisata yang menggantungkan perekonomiannya dari pariwisata selain pertanian. Sebelum pandemi, jumlah wisatawan ke Batu bisa mencapai 7 juta jiwa dalam setahun. Namun, angka itu merosot kurang dari separuh pada 2020.
Turunnya jumlah wisatawan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di kota berpenduduk sekitar 240.000 jiwa itu. Jika tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Batu mencapai 6,5 persen, kondisinya terkoreksi minus 6 persen pada 2020.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief Assidiq, Jumat (23/7/2021), mengatakan, pihaknya membagikan bantuan sosial tunai kepada 925 pelaku wisata di Batu. Mereka terdiri atas destinasi wisata 190 orang, karyawan dan pengelola hotel atau homestay 164 orang, dan restoran 65 orang.
Selain itu juga kepada pekerja di tempat spa dan karaoke 11 orang, pramuwisata 321 orang, kelompok sadar wisata 51 orang, seniman 87 orang, dan pedagang sektor pariwisata 46 orang. ”Tiap orang mendapatkan Rp 300.000,” ujarnya.
Batu merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur. Sejak pandemi, kunjungan wisatawan sebenarnya mulai membaik. Wisatawan dari sejumlah daerah mulai berdatangan. Sejauh ini, sekitar 50 persen wisatawan yang ke Batu berasal dari Surabaya dan sekitarnya. Perhotelan yang tadinya sepi tamu, juga mulai bergeliat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Namun, lonjakan kasus Covid-19 pasca-Lebaran yang diikuti penerapan kebijakan PPKM Darurat menghentikan aliran wisatawan ke Batu. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir sejumlah hotel dan restoran di Batu mulai menutup sementara operasinya. Hal ini dilakukan karena pemasukan tidak sebanding dengan biaya operasional.
Di Batu ada sekitar 60 hotel dan delapan restoran yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Dari jumlah tersebut, ada 5.000 orang lebih yang terlibat di dalamnya. Angka ini belum termasuk home stay dan vila milik masyarakat yang jumlahnya mencapai ratusan unit.
Ketua PHRI Kota Batu Sujud Hariadi mengatakan lebih dari 10 persen hotel di wilayahnya berhenti beroperasi. ”Karena tidak ada tamu, percuma kalau buka. Kalaupun ada tamu jumlahnya hanya satu-dua," katanya.
Selama tidak beroperasi, menurut Sujud, pihak hotel maupun restoran merumahkan karyawan untuk sementara waktu. Mereka akan dipanggil lagi jika kondisi sudah membaik atau wisatawan sudah mulai masuk lagi ke Batu. Sujud membantah ada pemecatan terhadap karyawan.
PHRI sendiri memahami kondisi yang ada saat ini cukup berat. Tidak hanya bagi mereka, tetapi juga pekerja, masyarakat, dan pemerintah. Di satu sisi ekonomi musti berjalan. Namun, di sisi lain, lonjakan kasus Covid-19 juga semakin meluas dan jumlahnya kian meningkat.
Sementara itu, total angka kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Batu mencapai 2.209 orang. Dari jumlah tersebut, 1.759 orang di antaranya sembuh, 171 meninggal, dan 279 aktif. Pada 23 Juli terdapat penambahan terkonfirmasi baru 22 orang dan sembuh 11 orang. Batu sendiri masih menyandang zona merah.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu Ony Ardianto mengatakan penambahan kasus baru masih berasal dari kontak erat keluarga pasien. Oleh karena itu, kegiatan pelacakan dan pemeriksaan kontak erat masih terus dilakukan secara intensif oleh puskesmas bekerjasama dengan Satuan Tugas Desa.
Dari sisi keterisian tempat tidur di rumah sakit, Ony menjelaskan hingga kini masih terisi 100 persen, baik itu di ruang perawatan intensif (ICU) maupun isolasi. Jumlah tempat tidur ruang perawatan intensif di Batu ada 12 dan isolasi 126 buah. Adapun di shelter dari isolasi, dari 168 tempat tidur terisi 88 (52,38 persen).
Untuk langkah antisipasi, Pemerintah Kota Batu berusaha koordinasi dengan rumah sakit rujukan untuk mengonversi tempat tidur bagi pasien Covid-19 minimal 40 persen kapasitas. Kemudian, mengintensifkan koordinasi rujukan melalui sistem rumah sakit daring.