Luhut Dukung KEK Singosari dan Potensi Ekonomi Malang Raya
Kawasan Ekonomi Khusus Singosari diharapkan bisa berkembang dengan baik. Ada dua kegiatan yang terfokus dalam KEK ini, yakni pariwisata dan pengembangan teknologi.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendukung keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus Singosari. Tidak hanya itu, Luhut juga mendorong potensi ekonomi di Malang Raya untuk terus berkembang, termasuk sektor pariwisata.
”KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Singosari nanti akan kita lihat. Akan kita minta data lebih jelas lagi apa sih yang (bisa) kita (lakukan) konkret. Tadi bottom up (dari atas ke bawah) saya senang sekali mendengarnya dan itu yang akan kita dorong,” ujarnya.
Luhut mengatakan hal itu saat melakukan kunjungan kerja ke Batu, Jawa Timur, Senin (26/4/2021). Tujuan kedatangan Luhut untuk melihat berbagai potensi di Malang Raya. Beberapa hal yang dibahas adalah progres KEK Singosari hingga pembangunan kereta gantung di Batu.
Hadir pada kesempatan ini tiga kepala daerah di Malang Raya, yakni Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, Wali Kota Malang Sutiaji, dan Bupati Malang M Sanusi. Turut hadir pula Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jatim KH Marzuqi Mustamardan pelaku wisata di Malang Raya.
Selain di Batu, pada hari yang sama Luhut juga mengunjungi lokasi pembangunan Bandara Kediri di Kabupaten Kediri dan Pondok Pesantren Lirboyo. Keesokan harinya, Luhut dijadwalkan melakukan serangkaian acara di Surabaya.
Menurut Luhut, banyak KEK tidak berjalan. Namun, saat ini pihaknya ingin mendorong KEK yang ada agar bisa berjalan. Apalagi, KEK Singosari bersifat dari bawah ke atas.
Seperti diketahui, KEK Singosari dengan luas 120 hektar telah mengantongi Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2019 tentang Penetapan KEK Singosari. Peletakan batu pertama KEK Singosari dilakukan pada Oktober 2019 oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Ada dua kegiatan di KEK Singosari, yakni pariwisata dan pengembangan teknologi. Dalam hal pariwisata, lokasi KEK dinilai ideal karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari kawasan wisata Bromo Tenger Semeru, Kota Batu, dan Kota Malang.
Adapun dari sisi pengembangan teknologi, hal itu selaras dengan potensi sumber daya manusia yang ada di Malang dengan sejumlah perguruan tinggi di dalamnya. Selama ini banyak produk teknologi informasi (IT) yang sebetulnya diproduksi dari Malang, tetapi belum kentara.
”Masalah pengembangan teknologi ini yang pertama di Indonesia, sumber dayanya sumber daya manusia (SDM). Kami yakin karena kluster universitas dan perguruan tinggi banyak. Film, animasi, produk IT, tugas kami bagaimana membuat kluster industri dari hulu-hilir bisa lancar,” ujar Chief Executive Officer KEK Singosari David Santoso.
Kota berkembang
Luhut melihat Malang Raya sebagai kota yang bisa didorong ke depan. SDM di Malang dinilai mumpuni dengan banyak perguruan tinggi. Dia pun meminta perguruan tinggi dilibatkan dalam setiap kegiatan pembangunan dan penelitian bibit tanaman pertanian.
Selain SDM, potensi lain yang dimiliki oleh Malang Raya adalah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebagai tulang punggung ekonomi, UMKM mesti diarahkan untuk memanfaatkan sistem daring (online). UMKM ini akan difasilitasi supaya bisa mendapatkan pendanaan.
”Saya sudah bilang dengan deputi saya, kita mau bikin rapat terpadu minggu depan. Nanti ada ketiga pimpinan daerah di Malang Raya dengan Menteri Perhubungan, PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), Menteri Pariwisata, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Sehingga nanti apa yang ada di sini banyak yang bisa kita kerjakan,” ucapnya.
Berdasarkan potensi yang ada itulah, pimpinan ketiga daerah di Malang Raya diminta terus bersinergi. Bagaimana dunia pariwisata dan lainnya bisa berjalan bersama. Tanpa sinergi, proses pembangunan hanya berlangsung secara tersegmentasi.
Luhut menyinggung bagaimana rencana proyek kereta gantung di Batu yang beririsan dengan Kabupaten Malang, juga soal atau kereta ringan (light rapid transit/LRT) di Kota Malang. Luhut ingin agar kereta gantung bisa cepat terealisasi. Apalagi, dia mendengar masyarakat ingin ikut berpartisipasi.
Begitu pula soal LRT—berdasarkan pengalaman di Jakarta—yang di Malang nantinya bisa memanfaatkan SDM dari PT Industri Kereta Api Madiun.
Sementara itu, pimpinan daerah memaparkan potensi ekonomi masing-masing. Dewanti Rumpoko menjelaskan, pembangunan kereta gantung masih dalam progres dengan mempersiapkan regulasi dan dasar hukum karena ini baru pertama kali. Menurut Dewanti, tidak hanya investor besar yang terlibat dalam pembangunan kereta gantung ini, tetapi juga masyarakat Batu.
Bupati Malang M Sanusi memaparkan, antara lain, soal potensi industri gula yang menyumbang 19 persen nasional dan 35 persen Jatim serta tuna yang mencapai 200 ton per hari saat musim tiba.
Adapun Wali Kota Malang Sutiaji memaparkan kesiapannya menjadi penyangga KEK Singosari karena menjadi gudang perguruan tinggi. Indeks Pembangunan Manusia di Kota Malang mencapai 81,45, tertinggi kedua di Jatim setelah Surabaya. Lulusan TI mencapai 4.800 orang dan jumlah perguruan tinggi dengan dasar TI mencapai 21 perguruan tinggi. Adapun pelaku perseorangan yang linier dengan ekonomi kreatif atau TI sebanyak 624 orang.