Varian Delta Belum Terdeteksi dalam Lonjakan Kasus Covid-19 di Kalsel
spesimen yang dikirim Maret, April, dan Mei diberi keterangan non varian of concern WHO atau tidak termasuk varian Delta dan sebagainya. Spesimen yang dikirim bulan Juni belum ada hasilnya.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Kasus aktif Covid-19 di Kalimantan Selatan kembali melonjak dalam beberapa minggu terakhir. Di tengah tren peningkatan kasus aktif tersebut, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalsel belum menerima laporan adanya penularan Covid-19 varian Delta yang di sejumlah daerah dilaporkan memicu kegawatan.
Kasus aktif Covid-19 di Kalsel pada Selasa (13/7/2021) tercatat sebanyak 1.732 kasus. Peningkatannya mencapai 120,4 persen jika dibandingkan kasus aktif dua minggu sebelumnya, yakni 786 kasus pada 30 Juni 2021. Dalam tujuh hari terakhir, kasus positif di Kalsel bertambah 55,8 persen dan kasus aktif bertambah 63,7 persen dari total 37.854 kasus positif.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Muhammad Muslim, yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Kalsel mengatakan, tren peningkatan kasus di Kalsel terjadi saat sejumlah daerah di Indonesia melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat. Di Kalsel, tidak ada satu pun kabupaten/kota yang melaksanakan PPKM darurat.
Sehubungan dengan kenaikan itu, sejumlah spesimen positif Covid-19 dengan kriteria tertentu sudah dikirim ke laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan supaya dilakukan tes dengan metode pengurutan genom secara keseluruhan atau whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi varian baru virus korona.
Untuk spesimen yang dikirim pada bulan Maret, April, dan Mei diberi keterangan non varian of concern WHO (Badan Kesehatan Dunia) atau tidak termasuk varian Delta dan sebagainya. Sementara untuk spesimen yang dikirim bulan Juni belum diterima hasilnya. ”Karena itu, bisa dikatakan belum ada temuan varian Delta di Kalsel sampai saat ini,” kata Muslim di Banjarmasin, Selasa.
Menurut Muslim, sejumlah spesimen yang diduga mengarah ke varian Delta atau varian tertentu memiliki kriteria, antara lain penularannya cukup cepat, nilai Ct (Cycle threshold) pada pasien positif berdasarkan tes reaksi rantai polimerase atau PCR di bawah 25, kemudian orang yang sudah divaksin atau pun penyintas Covid-19 terinfeksi kembali.
”Meskipun belum ada laporannya sampai saat ini, kami tetap mewaspadai penularan varian tertentu. Karena itu, ada kebijakan tes PCR dengan hasil negatif sebagai syarat pelaku perjalanan untuk masuk ke Kalsel saat ini,” tuturnya.
Surat edaran terkait kebijakan tes PCR bagi pelaku perjalanan yang masuk ke Kalsel lewat jalur darat, laut, dan udara ditandatangani oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Kalsel. ”Tidak ada tawar-menawar lagi, harus menggunakan tes PCR maksimal 2x24 jam. Ini adalah salah satu upaya untuk mencegah masuknya varian tertentu ke Kalsel,” kata Muslim.
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA mengatakan, kebijakan dan aturan yang ketat serta kekuatan kolaborasi segenap komponen masyarakat terbukti mampu menekan angka penyebaran Covid-19 di Kalsel. Meskipun saat ini terjadi peningkatan kasus, namun peningkatan kasus di Kalsel tidak begitu signifikan dibandingkan peningkatan kasus di banyak daerah lain.
Safrizal menilai sinergi bersama itu cukup ampuh dan terbukti mampu menempatkan Kalsel pada peringkat lima terbawah dalam kasus penularan Covid-19 secara nasional. Posisi peringkat itu menandakan keseriusan dan kesiapan segenap komponen mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan pertumbuhan kasus Covid-19 di Kalsel.
”Kita harus terus menekan dan melakukan pencegahan yang sangat luar biasa. Di saat Kalsel berada dalam zona kuning, kita terapkan kebijakan dan aturan seperti yang berlaku pada daerah zona oranye,” kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri itu.