Kecepatan Vaksinasi Kobarkan Optimisme Sulawesi Utara
Penerimaan masyarakat, ketangguhan tenaga vaksinator, dan kerja sama lintas sektor menjadi alasan bagi Satgas Covid-19 Sulut untuk optimistis menyelesaikan vaksinasi dalam 14 minggu. Namun, pasokan kerap kali tersendat.
Angan dan asa menuju hidup tanpa rasa takut akan virus SARS-CoV-2 terasa makin berkobar di Sulawesi Utara, Senin (5/7/2021). Hari itu, anak-anak usia 12-17 tahun di Sulut resmi masuk hitungan sebagai penerima vaksin pencegah Covid-19 bersama warga berusia 18 tahun atau lebih. Ruang manuver untuk menggapai target vaksinasi bagi 1,85 juta dari total 2,6 juta warga pun semakin lebar.
”Jika tidak ada kendala, seharusnya vaksinasi dosis pertama di Sulawesi Utara dalam 14 minggu sudah selesai. Kira-kira tiga bulan lebih, lah, kalau kita memang mau cepat-cepat,” kata Steaven Dandel, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulawesi Utara, menyiratkan optimisme menuju impian kekebalan komunitas, Rabu (7/7/2021).
Covid-19 memang tidak pandang bulu memilih orang untuk dijangkiti. Bayi yang baru lahir sampai warga lanjut usia pun bisa terinfeksi hingga jatuh sakit. Keberadaan vaksinasi semata untuk memberikan perlindungan bagi warga.
”Anak-anak justru bisa menjadi pemicu gelombang pandemi berikutnya. Karena daya tahan tubuh mereka bagus, tanpa sadar mereka bisa membawa virus penyebab Covid-19 dan menularkannya ke orang lain karena aktivitas di luar rumah, seperti sekolah tatap muka. Akan lebih bijaksana kalau mereka juga dilindungi,” kata Steaven.
Satgas Covid-19 Sulut pun tancap gas sejak vaksinasi tahap I dan II dengan target 389.497 orang. Menurut data Kementerian Kesehatan, Sulut adalah salah satu dari lima provinsi yang tercepat dalam pemberian dosis pertama vaksin bagi warganya dengan capaian 106,78 persen. Daerah berjuluk ”Bumi Nyiur Melambai” itu juga tercepat kedelapan dalam pemberian dosis kedua. Capaiannya 34,86 persen.
Setelah hampir enam bulan vaksinasi berlangsung, hingga Rabu malam, sebanyak 575.690 warga (31,06 persen) dari seluruh target 1,85 juta warga telah menerima vaksin dosis pertama. Sementara itu, 148.721 orang (8,02 persen) tuntas divaksin.
Baca juga : Sulut Mulai Vaksinasi Anak 12-17 Tahun Saat Stok Menipis
Satgas Covid-19 Sulut bertekad memvaksin minimal 11.000 orang setiap hari sebagai kontribusi bagi target nasional 1 juta orang per hari. Sejauh ini Sulut melampaui target itu, bahkan sampai 20.000 orang setiap hari.
”Ada satu periode kami pernah sampai 30.000 orang,” kata Steaven.
Data vaksinasi Sulut sepekan terakhir mengonfirmasi capaian itu. Dalam rentang Kamis (1/7/2021) hingga Rabu (7/7/2021), rata-rata vaksin yang diberikan kepada masyarakat hanya 21.184 dosis per hari. Sebanyak 1.578 dosis di antaranya untuk dosis kedua.
Manado memotori vaksinasi di Sulut dengan kecepatan 8.240 dosis per hari. Daerah ini pun menjadi yang tercepat mendekati jumlah sasaran vaksinasinya. Sebaliknya, Bolaang Mongondow Selatan jauh tertinggal dengan kemampuan rata-rata 210 dosis per hari.
Kendati begitu, daerah yang paling lambat mendekati targetnya adalah Kepulauan Sangihe, juga di Sulut. Hingga Rabu malam, vaksinasi dosis pertama baru mencakup 11,94 persen dari target 127.219 orang. Dosis kedua pun baru 1,8 persen.
Sejatinya, kalau suplaivaksin lancar, kita bisa lebih cepat mencapai herd immunity.
Menurut Steaven, ketertinggalan ini tak akan terjadi seandainya pasokan vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan lancar. Permintaan masyarakat untuk divaksin sebenarnya tinggi, kapasitas tenaga kesehatan pun mumpuni. Namun, tak pernah tersedia stok vaksin yang cukup untuk mengimbangi kemampuan itu.
”Beberapa hari lalu baru datang 100.000 dosis, tetapi itu bisa kami habiskan dalam seminggu saja. Sejatinya, kalau suplai vaksin lancar, kita bisa lebih cepat mencapai herd immunity,” katanya.
Menipisnya stok vaksin juga dirasakan di kabupaten/kota. Bupati Minahasa Utara Joune Ganda mengatakan, stok vaksin pada Senin tinggal 3.000 dosis, sedangkan hari itu saja ada 2.950 dosis yang akan digunakan. Karena keterbatasan itu, rata-rata kecepatan vaksinasi Minahasa Utara dalam seminggu terakhir hanya 1.400 dosis per hari.
”Kami sudah melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi (Sulut). Kami harap pasokan bisa segera didatangkan lagi karena kami ingin vaksinasi berjalan dengan baik,” kata Joune.
Bupati Minahasa Selatan Franky Wongkar pun meminta vaksin bisa segera didistribusikan ke daerah. Sebab, hingga Senin hanya tersisa 1.800-an dosis. ”Kami bisa selesaikan vaksinasi bagi anak-anak dalam 20 hari asalkan pasokannya lancar,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Bitung Maurits Mantiri menyatakan, persediaan vaksin hanya tersisa 5.000 dosis di dalam 500 vial. ”Harusnya kami diberi 5.000 vial (50.000 dosis) karena kecepatan kami bisa sampai 3.600 dosis sehari,” ujarnya.
Gubernur Sulut Olly Dondokambey menanggapi keluhan ini dengan komitmen untuk menyalurkan vaksin sesegera mungkin ke kabupaten/kota. Ia meminta bupati dan wali kota mengirimkan surat resmi dan vaksin akan segera disalurkan.
Olly mengatakan, lambannya distribusi vaksin Covid-19 selama ini dicoba diatasi dengan melibatkan jasa pihak ketiga sehingga vaksin langsung dikirim dari Jakarta ke kabupaten/kota. ”Itu ternyata terhambat juga. Jadi, saya sudah menyurati Menteri Kesehatan, koordinasinya dikembalikan lagi ke pemprov,” katanya.
Baca juga : Sulut Perbolehkan Pembelajaran Tatap Muka
Seperti Steaven, Olly juga optimistis dan ambisius untuk menuntaskan target vaksinasi dosis pertama tiga bulan lagi. Ia pun berjanji akan mengamankan alokasi yang cukup dari pemerintah dengan segera. ”Jangan khawatirkan stok di gudang. Setiap kita minta (kepada pemerintah pusat), pasti diberi. Aman,” lanjutnya.
Pemprov Sulut sudah meminta pasokan lagi ke pemerintah pusat. Menurut rencana, minggu ini akan datang 300.000 dosis AstraZeneca dan 100.000 dosis Sinovac. Semua itu disebut Steaven berkat kekuatan lobi Gubernur Olly, mantan Bendahara Umum PDI-P, partai politik yang menaungi Presiden Joko Widodo.
Antusias
Hingga kini, 16.901 kasus Covid-19 telah ditemukan di Sulut. Dalam rentang 1-7 Juli ada 658 kasus baru atau 94 kasus per hari. Padahal, sepanjang Juni, Sulut sempat melalui tiga hari tanpa satu pun kasus baru. Pandemi di Sulut pun disimpulkan mengganas.
Olly menanggapinya dengan memperketat syarat perjalanan dari luar daerah serta menginstruksikan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro. Namun, vaksinasi tetap jadi kebijakan yang tak kalah penting.
Baca juga : Vaksin ”Pan-Coronavirus”, Bersiap Cegah Pandemi Covid-19 demi Masa Depan
”Jangan kaget kalau ada orang yang sudah divaksin, tetapi masih terpapar (Covid-19). Setidaknya (manifestasi penyakitnya) tidak seperti orang yang belum pernah divaksin. Jadi, lebih baik divaksin daripada tidak,” ucapnya.
Hal itu terbukti, animo masyarakat dari segala usia cukup besar, terutama di Manado. Axel (17), siswa SMA Eben Haezar, Manado, mengikuti vaksinasi karena keinginan sendiri. Salah satu alasannya adalah supaya bisa segera masuk sekolah lagi untuk belajar tatap muka.
”Setidaknya, kalau kena Covid-19, sakitnya tidak seperti orang yang belum divaksin. Orangtua saya juga mendukung agar saya divaksin,” kata Axel di lapangan olahraga sekolahnya.
Rara (31), karyawan Taman Wisata Rumah Alam Manado, juga menyatakan tidak ragu divaksin. Ia sudah merasakan dirumahkan gara-gara pandemi sehingga ingin berkontribusi mengakhiri penyebaran Covid-19. ”Demi kesehatan, saya mau divaksin,” katanya sebelum menerima suntikan AstraZeneca di tempat yang sama.
Sementara itu, Ondly Walalangi (73) memutuskan untuk divaksin agar bisa mengunjungi cucu dan anak-anaknya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Meski tekanan darahnya sempat meninggi ketika akan divaksin di Megamall Manado, ia berusaha menenangkan diri demi kekebalan dari SARS CoV-2.
Kalau tidak divaksin, tidak akan dilayani di kantor lurah atau camat.
Pada saat yang sama, Pemkot Manado mengambil kebijakan yang ternyata menjadi insentif agar warga mau divaksin. Pada 18 Juni lalu, Sekretaris Daerah Manado Micler Lakat menginstruksikan semua lurah dan camat untuk hanya melayani warga yang mampu membuktikan dirinya sudah divaksin setidaknya sekali.
Stenly Roring, Lurah Wenang Selatan, menilai kebijakan itu cukup efektif. Dua pekan terakhir, banyak warga yang mendaftarkan diri untuk divaksin. ”Kalau tidak divaksin, tidak akan dilayani di kantor lurah atau camat. Jadi, ada yang vaksinasi karena kesadaran sendiri, ada juga yang karena mau urus sesuatu,” ujarnya.
Camat Bunaken Boyke Pandean juga menilai kebijakan itu efektif mendorong cakupan vaksinasi. ”Warga sudah tahu kalau mau urus apa pun di kelurahan dan kecamatan harus bawa bukti vaksinasi. Sampai sekarang tidak ada keluhan,” katanya.
Kebijakan ini diiringi program Vaksin Hebat dengan target 4.000 orang per hari. Warga hanya perlu mendaftarkan diri menjadi penerima vaksin melalui situs atau aplikasi. Mereka juga bisa mengikuti vaksinasi di berbagai tempat umum, terutama Manado Townsquare, Megamall, dan rumah sakit serta puskesmas. Data pun menunjukkan efektivitas kebijakan ini.
Upaya pemda ini juga ditopang berbagai pihak, termasuk TNI dan Polri. Pangkalan Utama TNI AL VIII Manado, misalnya, membuat program Serbuan Vaksin Masyarakat Maritim. Masyarakat di berbagai tempat, mulai dari kawasan bisnis hingga wilayah kepulauan, menjadi sasaran. Polda Sulut tak ketinggalan pula dengan program Gerai Vaksinasi.
Baca juga : Perlu Sosialisasi Masif untuk Lawan Hoaks Vaksin Covid-19
Penerimaan masyarakat, ketangguhan tenaga vaksinator, dan diiringi kerja sama lintas sektor menjadi alasan yang cukup bagi Satgas Covid-19 Sulut untuk optimistis. Steaven yakin, Manado akan bisa mencapai 70 persen dari target 363.334 warga dalam waktu satu bulan, disusul daerah lain di Sulut.
”Kami juga akan dorong yang masih lamban, seperti Sangihe. Mudah-mudahan kita bisa segera mencapai herd immunity agar kehidupan kita kembali normal,” kata Steaven.