Sulut Mulai Vaksinasi Anak 12-17 Tahun Saat Stok Menipis
Vaksinasi Covid-19 diharapkan dapat menjangkau ratusan ribu anak berusia 12-17 tahun di Sulawesi Utara agar pembelajaran tatap muka dapat berlangsung aman dan maksimal. Akan tetapi, persediaan vaksin menipis.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 diharapkan dapat menjangkau ratusan ribu anak berusia 12-17 tahun di Sulawesi Utara agar pembelajaran tatap muka dapat berlangsung aman dan maksimal. Akan tetapi, persediaan vaksin di beberapa kabupaten dan kota mulai menipis.
Vaksinasi Covid-19 bagi anak di ”Bumi Nyiur Melambai” itu dimulai dengan peluncuran seremonial oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Senin (5/7/2021), di Lapangan Olahraga SMA Eben Haezar, Manado. Para bupati dan wali kota dari 10 kabupaten/kota mengikuti gelaran itu melalui konferensi video dalam jaringan (daring).
Semua peserta vaksinasi adalah siswa kelas 6 SD hingga kelas 12 SMA atau SMK. Siswa sekolah luar biasa (SLB) pun turut serta. ”Target yang akan divaksinasi adalah 100.000 siswa SMA, SMK, dan SLB. Itu belum termasuk siswa SD dan SMP,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sulut Liesje Grace Punuh.
Axel (17), siswa kelas 12 SMA Eben Haezar, mengaku ikut vaksinasi berdasarkan motivasi sendiri. Ia juga mendapatkan dukungan orangtua ketika sekolahnya menawarkan kesempatan itu. ”Sebenarnya boleh divaksin atau tidak, tergantung siswa. Tapi, saya sendiri memang mau. Kalau kena Covid-19, sakitnya tidak seperti orang yang belum divaksin,” katanya.
Lidya Kumajas (45), orangtua siswa yang akan masuk SMP Eben Haezar, juga mendukung anaknya divaksin agar pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah bisa berlangsung lagi. Selama setahun terakhir, ia merasa mengalami banyak kendala dalam membimbing anak-anaknya belajar di rumah.
”Kadang mereka belajar online, tetapi kamera laptop mati. Ternyata sambil main HP (ponsel). Saat kami di luar rumah, tidak ada juga yang mendampingi mereka belajar. Jadi, vaksinasi ini supaya anak kami terlindungi ketika sekolah tatap muka. Saat sekolah menawarkan vaksinasi, kami langsung menyetujui,” kata Lidya.
Olly Dondokambey telah menetapkan siswa bisa kembali belajar di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. Namun, ini dikhususkan hanya bagi sekolah yang berada di daerah berstatus zona aman (hijau) dan risiko rendah (kuning) atau tingkat kasus positifnya di bawah 5 persen.
”Kalau (belajar) virtual terus, bisa jadi ada satu generasi kita yang terbelakang dalam hal penyerapan ilmu pengetahuan. Tetapi, kita bersyukur anak-anak sudah bisa divaksin. Kalau tenaga pendidik di sekolah sudah 100 persen divaksin dan anak-anak sudah 70 persen, PTM bisa berjalan seterusnya asalkan dengan protokol kesehatan,” kata Olly.
Dia menambahkan, protokol kesehatan tetap jadi keutamaan karena orang yang sudah tuntas divaksin masih bisa terkena Covid-19 meski manifestasi penyakitnya lebih ringan. ”Jadi, lebih baik divaksin daripada tidak. Ini imbauan saya kepada semua guru dan siswa,” katanya.
Liesje Grace mengatakan, semua sekolah di Sulut sebenarnya sudah siap buka lagi. Namun, kegiatan belajar hanya bisa berlangsung menurut status risiko kabupaten/kota terkait. Karena itu, pihak sekolah harus senantiasa berkoordinasi dengan satuan tugas (satgas) Covid-19 daerah serta puskesmas terdekat.
Kalau orangtua kebetulan belum divaksin, bisa divaksin sekalian.
Ia pun berharap semua siswa bersedia divaskin, terutama 424 SMA, SMK, dan SLB se-Sulut. ”Bisa vaksin di mana saja, seperti puskesmas, gereja, sekolah, bahkan mal asalkan didampingi orangtua. Kalau orangtua kebetulan belum divaksin, bisa divaksin sekalian,” katanya.
Menurut Juru Bicara Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel, vaksinasi anak usia 12-17 tahun sangat krusial karena mereka bisa menjadi agen utama penyebar virus. Daya tahan tubuh anak yang relatif bagus bisa membuat mereka tak sadar telah terjangkit Covid-19 karena banyaknya aktivitas di luar rumah, kemudian menularkannya kepada keluarga.
Hingga Senin pagi, sebanyak 509.150 orang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19, atau 24,47 persen dari target 1,85 juta orang. Adapun 142.516 orang (7,69 persen) di antaranya telah menerima suntikan dosis kedua.
Steaven mengatakan, Satgas Covid-19 Sulut berupaya memvaksin 11.000 orang setiap hari, bahkan 100.000 per minggu. Namun, aliran pasokan vaksin dari pemerintah pusat kerap terkendala sehingga target tersebut kerap tak tercapai. Seandainya lancar, ia optimistis bisa memberikan dosis pertama untuk 1,3 juta orang yang tersisa dalam waktu 14 minggu.
”Memang pasokan tergantung produsen vaksin. Seminggu terakhir ada 100.000 dosis yang masuk, tetapi sudah hampir habis. Tetapi, kami sudah dijanjikan pemerintah pusat 300.000 dosis AstraZeneca dan 100.000 dosis Sinovac dalam waktu dekat,” kata Steaven.
Sementara itu, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda mengatakan, jumlah siswa yang ditarget dalam vaksinasi berjumlah 24.040 orang. Ia yakin bisa menyelesaikannya dalam hitungan hari. Namun, stok vaksin di Minahasa Utara hanya tersisa 3.000 dosis dan akan habis hari ini juga.
Hal senada disampaikan Bupati Bolaang Mongondow Timur Sam Sachrul Mamonto. Saat ini hanya tersisa 1.700 dosis vaksin di gudang dinas setempat. Adapun Wakil Bupati Minahasa Tenggara Jesaja Jocke Legi menyatakan hanya tersisa 2.900 dosis vaksin di daerahnya.
Menanggapi ini, Olly meminta bupati dan wali kota menyurat kepada Pemprov Sulut untuk meminta tambahan vaksin. Permintaaan bantuan vaksinator pun akan dipenuhi. ”Tiap kami minta (vaksin kepada pemerintah pusat), pasti dikasih. Jadi, jangan khawatir dengan keberadaan vaksin di Sulut,” ujarnya.