Zona Merah di Jatim Naik Nyaris Tujuh Kali Lipat, Mobilitas Warga Ditekan
Penambahan kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 di Jatim tembus rekor baru. Jumlah daerah zona merah naik hampir tujuh kali lipat dibandingkan sebelumnya. Pembatasan mobilitas masyarakat pun dilakukan lebih tegas.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 di Jatim terus memburuk yang ditandai semakin banyak daerah masuk dalam risiko tinggi sebaran penyakit atau zona merah. Data Satgas Covid-19 Jatim menunjukkan saat ini 20 daerah masuk zona merah, naik tujuh kali lipat dari sebelumnya yang hanya tiga daerah.
Di wilayah Mataraman atau sisi barat Jatim, daerah dengan risiko sebaran Covid-19 tinggi itu meliputi Kabupaten Ngawi, Magetan, Ponorogo, Kota Madiun, Kota Kediri, dan Kabupaten Nganjuk. Di wilayah pantai utara Jatim, daerah zona merah terdapat di Lamongan, Sidoarjo, Kota Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.
Daerah zona merah juga terdapat Pulau Madura meliputi Bangkalan, Sampang, Pamekasan. Selain itu, ada di Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Lumajang.
Sisanya, 18 kabupaten dan kota masuk kategori zona oranye atau risiko sedang sebaran Covid-19. Tidak ada lagi daerah dengan risiko rendah dan terkontrol.
Sebelumnya, Senin (5/7/2021), hanya tiga daerah yang masuk zona merah, yakni Bondowoso, Banyuwangi, dan Kota Madiun. Ada dua daerah berada di zona kuning dan sisanya 33 kabupaten dan kota berada di risiko sedang peta sebaran Covid-19.
Memburuknya pandemi Covid-19 di Jatim juga ditandai dengan kenaikan penambahan kasus baru harian yang tinggi. Terjadi penambahan kasus baru harian sebanyak 1.808 kasus pada Selasa (6/7/2021). Penambahan kasus harian itu merupakan rekor baru sepanjang pandemi Covid-19 di Jatim dan lebih tinggi dari hari sebelumnya 1.543 kasus dalam sehari.
Penambahan kasus baru tersebut menyebabkan jumlah kasus kumulatif terkonfirmasi positif Covid-19 di Jatim menjadi 182.076 kasus. Dari jumlah tersebut, 11.186 orang dirawat, 157.467 kasus dinyatakan sembuh dan 13.423 kasus meninggal dunia.
Terjadi penambahan kasus baru harian sebanyak 1.808 kasus pada Selasa (6/7/2021).
Dari penambahan kasus baru sebanyak 1.808 kasus, terbanyak terjadi di Ngawi, yakni 120 kasus, diikuti Tuban 95 kasus, Ponorogo 85 kasus, Surabaya 80 kasus, Banyuwangi 79 kasus, Lumajang dan Kota Madiun masing-masing 76 kasus. Ngawi pada 28 Juni lalu sempat masuk zona merah dan berhasil keluar sepekan setelahnya.
Indikator perburukan pandemi Covid-19 di Jatim juga ditunjukkan dari angka kematian yang tinggi, yakni mencapai 7,3 persen. Dalam rentang tujuh hari, yakni Senin (28/7/2021) sampai Minggu (4/7/2021), misalnya, terdapat 639 kasus kematian atau 91 kasus kematian Covid-19 setiap harinya.
Untuk mengatasi pandemi, Pemprov Jatim menarik rem darurat dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat sejak 3 Juli hingga 20 Juli. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kebijakan ini diambil untuk melindungi dan menyelamatkan masyarakat bukan sekadar membatasi.
Namun, dalam perjalanannya, implementasi PPKM darurat di Jatim belum sesuai harapan. Mobilitas masyarakat sedikit menurun, tetapi penurunan belum sesuai harapan.
Hal itu sejalan dengan hasil pantauan udara menggunakan helikopter, Selasa (6/7/2021), yang dilakukan oleh Khofifah, bersama Kapolda Jatim Irjend Nico Afinta, dan Pangdam V Brawijaya Mayjen Suharyanto.
Pantauan dilakukan selama sekitar 90 menit di perbatasan wilayah Surabaya dengan Sidoarjo, Gresik dengan Surabaya, Jembatan Suramadu, dan Pandaan-Malang. Hasilnya, terjadi pengurangan volume kendaraan dibandingkan masa sebelum PPKM darurat. Namun, volume kendaraan itu masih perlu diturunkan lagi.
Langkah lebih tegas diambil untuk menurunkan mobilitas masyarakat. Salah satunya menutup total Bundaran Waru pada Rabu (7/7/2021) pagi. Penutupan akan dievaluasi kembali. Selama ditutup, seluruh kendaraan dilarang melitas termasuk yang bernomor polisi L dan W (Sidoarjo dan Gresik).
Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Kombes Latif Usman mengatakan, penutupan akses utama masuk Surabaya dari Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, juga kota lainnya itu dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan PPKM darurat sejak hari pertama. Hasilnya, hingga hari kelima, Selasa, mobilitas kendaraan masih tinggi.
”Harapannya, mobilitas masyarakat bisa turun dan sebaran Covid-19 terkendali. Masyarakat yang tidak berkepentingan mendesak silakan berdiam di rumah,” ujar Latif Usman.
Macet
Penutupan Bundaran Waru menuju Surabaya memicu kemacetan panjang. Ribuan kendaraan terpaksa mencari jalan lain untuk masuk ke Surabaya. Selain memutar lewat tol, banyak pelaku perjalanan yang memilih lewat Sidoarjo seperti Jalan Brigjen Katamso.
Kapolda Nico mengatakan selain menurunkan mobilitas masyarakat, pihaknya akan mengevaluasi pengetatan pada sektor esensial dan nonesensial. Pengurangan mobilitas masyarakat bisa tercapai salah satunya apabila perusahaan mematuhi Instruksi Mendagri Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM darurat.
”Tim akan mengecek beberapa tempat untuk mengetahui apakah perusahaan dan pengusaha melaksanakan aturan tentang PPKM darurat,” ucap Nico.
Sesuai ketentuan pemerintah, pengusaha dan perusahaan seharusnya mengatur pola kerja karyawannya agar mereka bisa bekerja dari rumah. Hal ini penting untuk mengurangi mobilitas dan menekan sebaran Covid-19.