Minim Pendonor, Permintaan Plasma Konvalesen di Jatim Tinggi
Penambahan kasus baru Covid-19 secara harian di Jatim kembali mencatatkan rekor baru. Hal itu mendorong semakin tingginya permintaan terhadap plasma konvalesen. Kesadaran para penyintas Covid-19 sebagai pendonor digugah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Permintaan plasma konvalesen di Jawa Timur melonjak seiring tingginya kasus baru Covid-19. Namun, kondisi itu belum diimbangi dengan meningkatnya jumlah pendonor plasma.
Plasma konvalesen yang diekstraksi dari darah penyintas Covid-19 kini digunakan untuk terapi penyembuhan pasien yang masih menjalani perawatan. Di Jawa Timur, permintaan plasma konvalesen mencapai ribuan antrean.
”Saat ini, permintaan plasma konvalesen mencapai 251 antrean hanya di Sidoarjo. Di Surabaya, jumlah antrean permintaan lebih banyak lagi,” ujar Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak saat berada di PMI Sidoarjo, Minggu (4/7/2021).
Kondisi ini dipicu tingginya kasus penularan baru. Data Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Jatim menyebutkan, tercatat 1.439 kasus baru pada Sabtu (3/7/2021). Penambahan harian ini merupakan rekor tertinggi selama pandemi Covid-19. Kini, total kasus Covid-19 di Jatim mencapai 177.257 kasus. Sebanyak 9.698 orang masih dirawat, 154.487 orang sembuh, dan 13.072 orang meninggal dunia.
Kini, ada empat unit donor darah yang mampu menyelenggarakan donor plasma di Jatim, yakni Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Kediri. Namun, dinamika di setiap daerah berbeda
Surabaya, misalnya, memiliki lima unit alat apheresis, yang mampu mengolah plasma. Menurut rencana, Surabaya akan menambah satu alat lagi untuk meningkatkan kapasitas pengolahan. Sementara Sidoarjo hanya memiliki empat alat apheresis untuk melayani 40 pendonor plasma per hari.
Akan tetapi, PMI Cabang Kediri dan Malang sempat terkendala sulitnya mendapatkan kantong darah yang sesuai dengan klasifikasi alat pengolah plasma. Harga kantongnya juga mahal. Namun, hal itu sudah diatasi.
Menurut Emil, secara keseluruhan, PMI Jatim siap dan mampu melayani proses donor darah plasma konvalesen. Permasalahannya, tingginya permintaan plasma belum diimbangi jumlah pendonor. Akibatnya, dilaporkan terjadi krisis kebutuhan plasma hampir setiap hari.
Menyikapi tingginya permintaan plasma, mantan Bupati Trenggalek ini mengajak semua lapisan masyarakat menjadi pendonor plasma. Diakuinya, syarat menjadi pendonor plasma ini tidak mudah.
Pendonor harus melalui proses pemeriksaan kesehatan sehingga dipastikan terbebas dari berbagai penyakit berbahaya. Mereka juga diprioritaskan lelaki. Oleh karena itu, mereka yang memenuhi persyaratan itu bisa segera melakukannya.
Lebih lanjut, Emil mengatakan, pihaknya akan memperkuat jejaring penyintas Covid-19 untuk memobilisasi pendonor plasma. Cara lain, dalam waktu dekat, Dinas Kesehatan Jatim akan menerbitkan edaran ke semua jejaring fasilitas layanan kesehatan, terutama puskesmas dan rumah sakit. Tujuannya, agar lebih aktif mendorong para penyintas Covid-19.
Puskesmas, kata dia, memiliki data penyintas Covid-19 yang sempat ditangani. Data inilah yang akan menjadi bekal bagi para petugas untuk memobilisasi penyintas agar tergugah menjadi pendonor.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menambahkan, di wilayahnya, upaya mendapatkan pendonor plasma ditempuh dengan memobilisasi penyintas Covid-19 dari aparatur sipil negara dan pegawai Pemkab Sidoarjo. Strategi itu sudah berjalan dan hasilnya cukup efektif.
”Upaya lain, memperluas jejaring komunitas penyintas Covid-19 untuk meningkatkan jumlah pendonor plasma. Saat ini, banyak pendonor dari luar Sidoarjo yang datang dengan kesadaran sendiri,” ucap Muhdlor.
Seperti pada Minggu, ada tiga penyintas yang tengah menjalani proses donor plasma. Mereka berasal dari Jombang dan Pasuruan. Adapun untuk plasma konvalesen yang diproses PMI Sidoarjo, mayoritas atau lebih dari 60 persennya justru untuk warga luar daerah. Hanya sekitar 30 persen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sidoarjo.
Muhdlor menambahkan, dua pekan lalu pihaknya telah menjalin komunikasi dan membangun nota kesepahaman dengan sejumlah industri besar dan organisasi masyarakat. Harapannya, para penyintas Covid-19 yang bekerja di industri tersebut bisa dimobilisasi menjadi pendonor plasma untuk membantu sesama.