Keterisian Tempat Tidur Pasien Covid-19 di Jabar Terus Naik, Pasokan Oksigen Terbatas
Di tengah lonjakan pasien Covid-19, pasokan oksigen ke rumah sakit justru terbatas. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan pasokan agar penyembuhan dan pemulihan pasien tidak terkendala.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit di Jawa Barat terus naik di atas 90 persen. Sementara stok oksigen yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sangat terbatas.
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung, misalnya, membutuhkan 300 tabung oksigen per hari. Namun, pasokan saat ini hanya sekitar 60 tabung per hari.
”Kondisinya tidak ada stok. Biasanya kami aman (kebutuhan) seharian. Saat ini tidak ada jaminan. Sekarang kalau (setiap) enam jam enggak ada pasokan (oksigen), ya, kocar-kacir,” ujar Direktur RSKIA Taat Tagore, Senin (5/7/2021).
Keterbatasan pasokan oksigen itu membuat RSKIA membatasi layanan rawat inap bagi pasien umum. Hal ini untuk mengurangi penggunaan oksigen dan dapat difokuskan pada pasien Covid-19.
Lonjakan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit membuat kebutuhan oksigen meningkat. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan pasokan agar penyembuhan dan pemulihan pasien tidak terkendala.
Pelaksana Tugas Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin, Irayanti, mengatakan, keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit itu mencapai 92 persen. Kebutuhan oksigen pun naik tiga kali lipat.
Untuk memasoknya (oksigen) biasanya sekali dalam tiga hari. Namun, sekarang sekali dalam 24 jam. (Irayanti)
”Betul, oksigen langka. Memang kenyataannya demikian karena penuhnya rumah sakit, khususnya untuk pasien Covid-19 yang sangat membutuhkan oksigen,” ujarnya.
Irayanti mengatakan, kebutuhan oksigen masih bisa dipenuhi. Pihaknya intens berkoordinasi dengan PT Aneka Gas sebagai pemasok yang menjanjikan ketersediaan oksigen.
”Untuk memasoknya biasanya sekali dalam tiga hari. Namun, sekarang sekali dalam 24 jam,” ucapnya.
Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Jabar Taufiq Budi Santoso mendorong produsen oksigen meningkatkan produksi hingga tiga kali lipat. Hal itu diperlukan karena kebutuhan oksigen di rumah sakit naik.
”Distribusi juga akan ditingkatkan. Salah satunya dengan menambah armada pengangkut dan sumber daya manusia, baik sopir maupun tenaga angkut tabung,” ucapnya.
Taufiq menambahkan, pihaknya sedang menjajaki kerja sama dengan produsen oksigen dari luar Jabar, seperti PT Krakatau National Resources. Tujuannya agar suplai oksigen ke rumah sakit terpenuhi.
Konsultasi daring
Sementara itu, Pemprov Jabar meluncurkan fitur Isolasi Mandiri (Isoman) dalam portal Pikobar (Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar). Fitur ini digagas untuk memudahkan masyarakat yang menjalani isoman dalam mengakses layanan konsultasi dokter secara daring serta pengajuan paket obat dan multivitamin.
”Selama ini kami melihat tekanan luar biasa pada rumah sakit. Padahal, tidak semuanya sebenarnya perlu dirawat di rumah sakit. Sekian persen sebenarnya bisa dirawat di luar rumah sakit atau menjalani isoman,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Melalui fitur itu, warga akan diberikan panduan menjalankan isoman, prosedur pemantauan kontak erat, kriteria selesai isoman, serta pengajuan layanan telekonsultasi dan obat-obatan dengan mengunjungi portal Pikobar.
”Yang menjalani isoman jumlahnya cukup banyak dan saya menerima komplain dari warga karena kebingungan harus berkonsultasi ke siapa. Lalu, mereka juga kebingungan bagaimana mendapatkan obat-obatan dan suplemen,” ujarnya.