Sejumlah rumah sakit melaporkan mulai kesulitan pasokan oksigen. Ini karena jumlah pasien Covid-19 yang banyak dan terbatasnya kapasitas produksi serta distribusi oksigen.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Lonjakan pasien Covid-19 telah menyebabkan sejumlah rumah sakit kekurangan oksigen, sebagaimana yang dialami oleh Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito. Habisnya stok oksigen bisa berakibat sangat fatal bagi pasien Covid-19, terutama yang membutuhkan perawatan intensif.
Kekurangan pasokan dan permintaan bantuan oksigen telah disampaikan Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto ke Menteri Kesehatan RI, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan para pihak lain terkait pada Sabtu (3/7/2021).
Dalam surat nomor SR.04.01/XI.4/26715/2021 itu Rukmono menyebutkan, menipisnya pasokan oksigen karena meningkatnya kasus Covid-19 yang ditangani. "Direktur RSUP Dr Sardjito telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dan penyedia maupun tempat lain, tetapi sampai saat ini masih mengalami kendala dan pasokan oksigen diperkirakan paling cepat akan datang pada hari Minggu tanggal 4 Juli 2021 pukul 12.00 WIB," tulis Rukmono.
Padahal, tambah Rukmono, persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito akan mengalami penurunan pada Sabtu (3/7) pukul 16.00 WIB dan persediaan akan habis pada pukul 18.00 WIB, sehingga,"berisiko pada keselamatan pasien yang dirawat, baik pasien Covid-19 maupun non-Covid-19."Rukmono juga menjelaskan sudah berupaya mengantisipasi maksimal dan melakukan penghematan seoptimal mungkin.
Informasi yang diperoleh Kompas, pasokan oksigen baru tiba di RSUP Dr Sardjito pada Minggu (4/7) pukul 04.00 WIB dan baru mulai beroperasi normal untuk menyuplai oksigen pada pasien pada pukul 05.00 WIB. Selama habisnya pasokan oksigen ini, puluhan pasien telah meninggal dunia.
Sepanjang Sabtu hingga Minggu pagi, sebanyak 63 pasien di RSUP Dr Sardjito telah meninggal dunia. Saat dikonfirmasi, Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengatakan, sepanjang hari Sabtu hingga Minggu pagi ada 63 orang pasien yang meninggal dunia di RS itu. Namun, Banu mengaku belum bisa memastikan berapa pasien yang meninggal karena kondisi klinis dan berapa pasien yang meninggal karena pasokan oksigen yang habis.
“Sebanyak 63 orang itu data dari Sabtu siang sampai tadi pagi (Minggu). Itu belum dipilah, pasien yang klinis dan pasien yang membutuhkan oksigen,” ujar Banu saat dihubungi, Minggu pagi.
Dalam siaran pers, Rukmono mengatakan, oksigen liquid sentral di RSUP Dr Sardjito akhirnya habis sejak pukul 20.00 WIB. Setelah itu, digunakan oksigen tabung, termasuk dengan meminjam dari RS Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), RS Gigi dan Mulut (RSGM) Prof Dr Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi UGM, serta Polda DIY.
Selanjutnya pada pukul 03.40 WIB Truk oksigen liquid pertama sudah masuk dan mengisi tabung utama, sehingga oksigen sentral sudah dapat berfungsi kembali. Di susul truk kedua pada pukul 04.45 WIB masuk pula mengisi tabung sentral oksigen.
Rukmono mengatakan, "Setelah 63 pasien meninggal maka dapat kami sampaikan penjelasan lebih lanjut bahwa jumlah tersebut merupakan akumulasi dari hari Sabtu pagi (3/7) sampai Minggu pagi (4/7) dan tidak hanya pasien yang menggunakan oksigen atau Covid-19 saja yang meninggal. Sedangkan yang meninggal pasca oksigen sentral habis pukul 20.00 WIB, maka kami sampaikan jumlahnya 33 pasien."
Menurut dia, pasien yang meninggal setelah pukul 20.00 ini meninggal bukan karena tidak dapat bantuan oksigen, tetapi proses meninggalnya karena kondisi klinisnya yang memburuk.
Namun demikian, keterangan berbeda didapatkan dari salah satu dokter yang bertugas di RS Dr Sardjito, kondisi pasien menurun saturasinya dan sebagian meninggal setelah habisnya oksigen sentral. "Pasti ada kaitannya, dan sebaiknya situasi krisis ini tidak ditutupi karena ini adalah kenyataan yang haru dicari solusinya. Pasokan oksigen di RSUP Dr Sardjito juga masih belum aman, karena pasokan saat ini mungkin hanya bertahan sementara," kata dokter yang minta namanya tidak disebutkan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sejumlah RS melaporkan mulai kesulitan pasokan oksigen. "Ini karena jumlah pasien yang banyak dan masalah pada kapasitas produksi oksigen serta distribusi," kata dia.
Nadia mengatakan, Kementerian Kesehatan telah berupaya untuk mendorong produsen menambah kapasitas produksi dan memprioritaskan distribusi ke fasilitas kesehatan, tidak lagi ke industri. "Sudah diusahakan, tetapi sepertinya memang belum memenuhi kapasitas yang dibutuhkan," kata dia.
Sudah diusahakan, tetapi sepertinya memang belum memenuhi kapasitas yang dibutuhkan.(Siti Nadia Tarmizi)
Menurut dia, sejumlah RS juga menyatakan telah kesulitan oksigen, di antaranya RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu di Bandung, beberapa RS juga telah menutup layanan karena kesulitan oksigen.
Misalnya, RS Al Islam Bandung, mengumumkan mulai Minggu pukul 14.00 WIB tidak lagi menerima pasien baru karena tidak lagi mendapat pasokan tabung oksigen dari distributor, keterbatasan obat, dan banyak karyawan yang terpapar.
Sebelumnya sejak Jumat (2/7), RSUD Bandung juga mengumumkan telah menutup layanan IGD nya, karena kewalahan mengatasi membeludaknya pasien, selain juga masalah banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar. Seperti RS-RS lainnya, RSUD Bandung juga mengalami keterlambatan distribusi oksigen.
Dokter yang juga epidemiolog dari Universitas Jenderal Soedirman Yudhi Wibowo mengatakan, ketersediaan oksigen di wilayah Banyumas juga menipis. "Laporan dari rekan-rekan di RS memang pasokan juga menipis dan dikhawatirkan akan habis dalam beberapa hari ini kalau tidak ada pasokan. Ini karena lonjakan pasien yang membutuhkan oksigen memang tinggi sekali," kata dia.