Pemkot Surabaya Bangun Tenda Darurat untuk RSUD Dr Soetomo
Jaringan rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, sudah kewalahan menghadapi gelombang kedatangan warga terjangkit sehingga menempuh berbagai cara luar biasa dengan harapan pandemi segera melandai.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya, rujukan utama pasien Covid-19 di Jawa Timur, kewalahan menampung dan menangani warga terjangkit. Pemerintah Kota Surabaya segera membangun tenda-tenda darurat di lapangan hoki di Jalan Dharmawangsa, seberang RSUD, untuk menampung dan menangani pasien Covid-19 yang masih terus berdatangan.
Dua pekan terakhir, gelombang kedatangan pasien Covid-19 mutasi Alpha, Beta, dan Delta hampir melumpuhkan layanan RSUD. Sejumlah pasien terpaksa ditangani di selasar luar instalasi gawat darurat (IGD) atau tenda darurat di gedung parkir.
”Suasana penanganan, terutama di IGD, sudah seperti perang. Kami benar-benar kewalahan,” kata Direktur RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuhadi, di Surabaya, Minggu (4/7/2021).
RSUD menjadi tumpuan karena ada 13 RS swasta yang benar-benar terpaksa menutup sementara layanan IGD dari kedatangan pasien Covid-19. Semua dipan untuk isolasi pasien Covid-19 penuh. Daftar tunggu pasien tanpa gejala dan bergejala ringan sudah menembus 1.000 orang di Surabaya saja.
”Kami telah berkomunikasi dan meminta Pemerintah Kota Surabaya membantu pembangunan tenda darurat di lapangan hoki, kebetulan di seberang rumah sakit, sehingga dapat mengurangi situasi di sini,” kata Joni yang juga Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim.
Dia menambahkan, jumlah pasien yang membeludak juga berdampak buruk terhadap tenaga kesehatan. Mereka akan keletihan, tertekan, frustrasi, dan mengalami penurunan ketahanan fisik sehingga rentan tertular Covid-19.
Jika semakin banyak tenaga kesehatan yang tidak bisa bertugas, penanganan terhadap pasien menjadi kurang prima. Hal itu bisa berdampak terhadap keberlangsungan hidup pasien.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan segera mengupayakan tenda darurat untuk membantu penanganan pasien di RSUD Dr Soetomo. Agar bisa menampung lebih banyak pasien Covid-19, telah difungsikan dua gedung di Asrama Haji Sukolilo dan arena menembak di Kedung Cowek. Arena menembak lebih difungsikan sebagai RS darurat.
Eri melanjutkan, pihaknya juga menyiapkan lebih dari 100 peti mati untuk pasien Covid-19. Namun, diharapkan peti mati itu tidak banyak digunakan. Layanan pemulasaraan jenazah juga telah dipersiapkan di taman pemakaman umum (TPU), terutama di Keputih, untuk memangkas waktu.
Dia menyatakan, jenazah akan segera ditangani, tidak seperti yang sempat dikeluhkan saat ada jenazah yang baru ditangani setelah 20 jam karena RS kekurangan tenaga atau sukarelawan pemulasaraan. ”Selama PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) darurat, pelanggar akan kami ajak tur melihat pemulasaraan, ke Keputih, dan kerja sosial di liponsos (lingkungan pondok sosial) agar jera,” kata Eri.
PPKM tidak dimaksudkan untuk menakuti atau menyengsarakan warga, tetapi sungguh-sungguh suatu upaya agar dampak buruk wabah terkendali.
Pada Sabtu malam atau hari pertama PPKM darurat, satgas menjaring 137 pelanggar yang kedapatan nongkrong di kedai kopi atau warung makan dan mengabaikan protokol kesehatan. Mereka dibawa dengan bus-bus untuk ”tur seram” dengan harapan tergugah empatinya terhadap semua pihak, terutama tenaga kesehatan, petugas jenazah, dan penggali kubur yang tetap bertugas meski rentan tertular atau membahayakan diri sendiri.
Eri memohon kepada semua warga untuk mendukung upaya nasional meredakan pandemi Covid-19 dengan disiplin protokol kesehatan dan tidak melanggar ketentuan selama PPKM darurat. PPKM tidak dimaksudkan untuk menakuti atau menyengsarakan warga, tetapi sungguh-sungguh suatu upaya agar dampak buruk wabah terkendali.
Situasi pandemi Covid-19 di Jatim juga kian memprihatinkan, bahkan trennya memburuk. Rekor penambahan kasus harian pecah lagi. Minggu ini, dalam sehari yang terjangkit 1.463 orang sehingga memecahkan rekor hari sebelumnya (Sabtu) yang sebanyak 1.439 orang. Sebelumnya, dalam kurun 28 Juni hingga 2 Juli, jumlah kasus harian bertambah 1.388 orang, 1.397 orang, 1.203 orang, 1.065 orang, dan 1.081 orang. Adapun jumlah kematian harian dalam rentang 75-97 orang.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, tren memburuk bukan sekadar deretan angka atau statistik. Itu bermakna situasi sedang tidak baik-baik saja. Semua komponen bangsa jangan ada lagi yang meremehkan, bahkan tidak percaya Covid-19. Jangan sampai penyesalan datang karena selalu terlambat.
”Dalam PPKM darurat diperlukan ketegasan yang luar biasa dari aparatur untuk memastikan upaya ini akhirnya efektif segera membuat pandemi melandai kembali,” kata Windhu.