Sepanjang Januari-Juni 2021, Aceh dilanda bencana alam sebanyak 365 kali dengan nilai kerugian Rp 119 miliar. Kebakaran permukiman masih menjadi bencana yang paling banyak terjadi sejak 2019.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sepanjang Januari-Juni 2021, Aceh dilanda bencana alam sebanyak 365 kali dengan nilai kerugian Rp 119 miliar. Bencana yang terus terjadi berkontribusi menciptakan kemiskinan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBA) Aceh Ilyas, Jumat (2/7/2021), menuturkan, angka jumlah bencana dan nilai kerugiannya itu merupakan akumulasi bencana yang terjadi di 23 kabupaten/kota di Aceh. Setiap kali terjadi bencana, pihaknya juga mendata nilai kerugiannya.
Selama enam bulan itu, bencana yang paling banyak terjadi adalah kebakaran permukiman yang terjadi 158 kali. Nilai kerugian mencapai Rp 56 miliar.
Selain kebakaran permukiman; bencana banjir genangan, banjir bandang, abrasi, dan longsor yang terjadi telah menelan kerugian Rp 17 miliar. Sementara puting beliung menimbulkan kerugian Rp 7 miliar. Nilai kerugian itu dihitung dari kerugian harta benda warga serta kerusakan infrastruktur publik dan komoditas pertanian.
Puluhan ribu warga juga terdampak bencana itu. ”Ada 80.099 warga terdampak bencana. Satu di antaranya meninggal dan empat luka-luka,” kata Ilyas.
Sebelumnya, pada 2020, BPBA Aceh melaporkan Aceh dilanda sebanyak 802 kali bencana dengan kerugian mencapai Rp 291 miliar. Sementara pada 2019 jumlah bencana sebanyak 797 kali dengan kerugian Rp 168 miliar.
Bencana alam ikut berkontribusi terhadap kemiskinan. Oleh sebab itu, diperlukan mitigasi bencana untuk mencegah kerugian materi bagi warga. (Hasrati)
Ilyas menuturkan kebakaran permukiman masih menjadi bencana paling banyak yang terjadi sejak 2019. Kebakaran permukiman juga memicu kerugian paling besar. Pada 2020, dari Rp 291 miliar total kerugian akibat bencana, sebanyak Rp 98 miliar disumbang kebakaran permukiman.
”Sebenarnya kebakaran permukiman dapat diminimalkan dengan meningkatkan kesiapsiagaan, memeriksa instalasi listrik secara berkala, dan waspada mengelola sumber api di rumah,” kata Ilyas.
Kepala Unit Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Aceh Hasrati mengatakan, bencana alam ikut berkontribusi terhadap kemiskinan. Oleh sebab itu, diperlukan mitigasi bencana untuk mencegah kerugian materi bagi warga.
Menurut dosen Konservasi Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, Teuku Muhammad Zulfikar, dalam konteks bencana alam seperti banjir dan longsor yang dipicu oleh kerusakan hutan; pemulihan hutan, normalisasi sungai, dan penataan kawasan sesuai fungsi harus dilakukan untuk memitigasi bencana. Jika ini tidak dilakukan, bencana banjir dan longsor akan selalu mengancam wilayah Aceh.