Kajian Walhi, Kerugian Bencana Alam di Aceh Capai Rp 1,3 Triliun
Selama 2020, Provinsi Aceh mengalami kerugian akibat bencana alam sebesar Rp 1,3 triliun. Kerugian paling besar dampak dari bencana banjir luapan sungai mencapai Rp 1 triliun.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Wahana Lingkungan Hidup Indonesia mencatat, selama 2020, Provinsi Aceh mengalami kerugian akibat bencana alam senilai Rp 1,3 triliun. Kerugian paling besar dampak dari bencana banjir luapan sungai yang mencapai Rp 1 triliun.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Muhammad Nur dalam rilis catatan akhir tahun, Jumat (8/1/2021), menuturkan, sepanjang 2020, terjadi sebanyak 135 bencana, di antaranya banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan, puting beliung, dan pencemaran lingkungan oleh limbah.
”Warga pihak pertama yang menderita kerugian. Tempat tinggal rusak, lahan pertanian gagal panen, dan sumber ekonomi terganggu,” ujar Nur.
Pada 2020, banjir genangan yang dipicu hujan deras terjadi hampir merata di semua kabupaten di Aceh. Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Besar paling sering dilanda banjir. Sepanjang tahun, banjir telah menelan enam korban jiwa di Aceh.
Nur mengatakan, nyaris setiap tahun, banjir menjadi bencana dengan dampak kerugian paling besar. Pada 2019, banjir menyebabkan kerugian Rp 60,4 miliar dan pada 2018 sebesar Rp 600,3 miliar.
Nur mengatakan, hal ini salah satunya dipicu kondisi lingkungan yang semakin buruk akibat aktivitas perambahan hutan, pembalakan liar, tambang ilegal, dan pembangunan infrastruktur dalam kawasan hutan. Dia memperkirakan, bencana banjir akan menjadi bencana laten yang terjadi setiap tahun. ”Potensi bencana semakin besar, tetapi mitigasi tidak dilakukan serius,” ujar Nur.
Catatan Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh pada 2018-2019, Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 30.211 hektar. Aceh Utara dan Aceh Timur menjadi daerah dengan kerusakan hutan terluas.
Sementara itu, cacatan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sepanjang 2020, bencana alam yang melanda Provinsi Aceh terjadi sebanyak 289 kali. Bencana menyebabkan kerugian sebesar Rp 291 miliar. Nilai kerugian timbul dari kerusakan infrastruktur publik, lahan pertanian, dan harta benda warga.
Kepala BPBA Sunawardi menuturkan, pada 2020, banjir menjadi bencana paling berdampak terhadap warga. Sebanyak 140.953 jiwa terdampak dan 51.958 jiwa terpaksa mengungsi serta 18 orang meninggal.
Sunawardi mengakui, penanganan bencana banjir tidak mudah. Mitigasi harus dilakukan secara menyeluruh di hilir dengan memperbaiki kualitas lingkungan dan juga di bagian hulu dengan pembangunan infrastruktur yang sesuai kaidah konservasi.
Dosen Geografi Universitas Samudera Langsa, Ramdan Afrian, melakukan penelitian terhadap pemicu banjir di Kota Langsa pada Juni 2020. Menurut Ramdan, penyebab banjir di Langsa karena sungai mengalami pendangkalan, drainase di perkotaan tidak memadai, tata ruang buruk, dan kesadaran warga menjaga lingkungan rendah.