Pabrik Daur Ulang Plastik Terbesar di Indonesia Beroperasi di Pasuruan
Pabrik daur ulang plastik dibangun di Kawasan Industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Keberadaannya diharapkan bisa mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Pabrik daur ulang plastik terbesar di Indonesia beroperasi di Kawasan Industri Pasuruan Industrial Estate Rembang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pabrik itu disebut mampu menghasilkan 25.000 ton per tahun plastik polyethylene terephthalate atau PET daur ulang.
Pabrik daur ulang plastik tersebut terwujud berkat kerja sama PT Veolia Services Indonesia (Veolia Indonesia) dengan PT Tirta Investama (Danone-AQUA). Menjadi bagian dari Grup Veolia yang berbasis di Perancis, Veolia Indonesia berkiprah di bidang daur ulang dan pemrosesan plastik.
Peresmian pabrik dilakukan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita secara daring, Rabu (30/6/2021). Dalam kesempatan itu, hadir juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Drajat Irawan serta Senior Executive Vice President-Asia Veolia Christophe Maquet. Ada pula CEO Veolia South East Asia Sven Beraud-Sudreau dan President Director of Danone-AQUA Connie Ang.
Pembangunan pabrik daur ulang ini telah dimulai sejak Maret 2019 dan mulai bisa beroperasi April 2021. Kapasitas produksinya 25.000 ton per tahun recycled PET (rPET) yang memenuhi standar keamanan pangan dan sertifikasi halal. Keberadaannya diharapkan mendorong penggunaan kemasan plastik daur ulang oleh PT Tirta Investama, setidaknya 50 persen dari seluruh kemasan produk pada tahun 2025.
Agus Gumiwang mengapresiasi kehadiran pabrik daur ulang plastik ini. Keberadaannya membuktikan komitmen perusahaan mengurangi sampah plastik, memperkuat ekosistem daur ulang, dan mewujudkan ekonomi sirkular. Semuanya juga menjadi dukungan bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di laut hingga 70 persen pada tahun 2025.
Hal itu, ujar Agus, juga sejalan dengan keinginan Presiden untuk terus mendorong dan mentransformasi industri menuju ekonomi dengan teknologi hijau dan produk hijau. Semua harus dilakukan agar Indonesia bisa terus bersaing di pasar global.
”Oleh karena itu, kami berkomitmen mendorong industri melalui konsep industrial dengan prinsip penggunaan sumber daya efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan dengan memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif,” kata Agus.
Selain itu, menurut Agus, keberadaan pabrik daur ulang plastik ini memberikan optimisme Indonesia terbuka untuk investasi daur ulang. Hal itu tecermin dalam kinerja realisasi investasi Indonesia, yang mencapai nilai Rp 219,7 triliun.
Saat ini, Agus mengatakan, populasi industri daur ulang plastik di Indonesia berjumlah 600 industri besar dan 700 industri kecil, dengan kemampuan produksi 2,3 juta ton per tahun serta nilai tambah lebih dari Rp 10 triliun per tahun.
”Kami mendukung industri daur ulang dengan regulasi dan memberikan insentif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) bagi industri daur ulang plastik. Upaya itu diharapkan mendorong konsep ekonomi sirkular pada produk-produk plastik,” katanya.
Drajat Irawan, mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, industri plastik di Jatim terus menggeliat. Kini, dari 281.000 industri di Jatim, sebanyak 249 unit adalah industri plastik. Tenaga kerja yang bisa terserap lebih kurang 31.000 orang.
”Sampai semester pertama ini, Jatim mengekspor plastik dengan jumlah mencapai Rp 3,7 triliun. Meski begitu, kami masih impor plastik Rp 14,7 triliun,” katanya.
Oleh karena itu, menurut Drajat, pengembangan industri plastik akan menjadi bagian penting perkembangan ekonomi ke depan. Pabrik baru bakal mendorong tingkat investasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jatim.
Menurut Sven Beraud-Sudreau, pihaknya juga telah bekerja sama dengan pemerintah di sejumlah negara dalam penanganan sampah plastik. Dengan teknologi terkini, Veolia telah mampu membantu mengurangi permasalahan sampah plastik di berbagai negara.
”Suatu kebanggaan luar biasa bagi Veolia Indonesia dipercaya dan bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia serta mitra kami, Danone-AQUA,” katanya.
Komitmen
Connie Ang mengatakan, pihaknya berkomitmen mendukung Indonesia menyelesaikan tantangan sampah plastik. Salah satunya melalui gerakan #BijakBerplastik. Dalam gerakan itu, dilakukan pengumpulan sampah plastik dan percepatan inovasi kemasan.
Sejalan dengan hal itu, menurut Connie, kemitraan bersama Veolia Indonesia ini berpotensi meningkatkan volume rPET hingga tiga kali lipat dibandingkan pemakaian saat ini. Pabrik ini juga bakal menyerap lebih dari 200 tenaga kerja lokal.
”Ini wujud komitmen kami mendukung pemerintah mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi nasional,” katanya.
Pada 2019, Danone-AQUA telah meluncurkan botol air minum pertama di Indonesia yang terbuat dari 100 persen plastik PET daur ulang (AQUA Life). Saat ini, seluruh kemasan botol plastik Danone-AQUA mengandung material daur ulang hingga 25 persen.
”Target kami pada tahun 2025, kami akan menggunakan minimum 50 persen bahan dari daur ulang,” kata Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia. Menurut Karyanto, produk daur ulang tersebut aman digunakan dan bisa kembali didaur ulang hingga 50 kali.
Dalam kesempatan yang sama juga dilakukan diskusi terkait upaya pengurangan limbah plastik. Hadir sebagai pembicara adalah Direktur Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar serta Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo.
Selain itu, ada juga Factory Manager Veolia Indonesia Xavier Jean, Direktur PT Veolia Services Indonesia Joko Tripujono Sunaryo, serta Emenda Sembiring dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Emenda mengatakan, muncul kecenderungan pola konsumsi masyarakat berubah dan berpengaruh pada meningkatnya limbah plastik saat pandemi. Dia mencontohkan, di Bandung, konsumsi warga menimbulkan sampah kemasan sekitar 106 gram per orang per hari sebelum pandemi.
”Kini, jumlahnya menjadi 240 gram per orang per hari. Selain itu, besaran sampah plastiknya juga meningkat dari sebelumnya 43 gram menjadi 55 gram setelah pandemi,” katanya.
Novrizal Tahar menyebutkan, ekonomi sirkular bisa digunakan untuk mengatasi persoalan sampah plastik di Indonesia. Saat ini, industri daur ulang plastik di Indonesia memiliki kapasitas total dua juta ton per tahun.
”Model yang dilakukan ini diharapkan akan jadi stimulan untuk produsen lain. Mereka punya kewajiban mengurangi sampah kemasan sampai 30 persen pada 2025. Dalam kerja sama Veolia-Danone, mereka berkomitmen bisa mengurangi sampah kemasannya hingga 50 persen pada tahun 2025,” kata Novrizal.