Jabar Gunakan Hotel untuk Ruang Transisi Pemulihan Pasien Covid-19
Keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat mencapai 90 persen. Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, sejumlah hotel digunakan sebagai tempat transisi pemulihan pasien yang bergejala ringan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sejumlah hotel di Jawa Barat bakal menjadi tempat pemulihan pasien Covid-19 bergejala ringan. Hal ini harus dilakukan karena ruang perawatan rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Barat nyaris penuh.
Salah satu hotel yang difungsikan sebagai ruang perawatan pasien Covid-19 itu adalah Hotel Grand Asrilia di Kota Bandung. Hotel tersebut dapat menampung sekitar 500 pasien.
”Ini adalah pengendalian di hilir, yaitu menyediakan ruang-ruang pemulihan pasien Covid-19. Untuk mengurangi keterisian rumah sakit, kami memindahkan pasien yang statusnya hijau (gejala ringan),” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Bandung, Senin (28/6/2021).
Dengan begitu, ruang perawatan bagi pasien Covid-19 bergejala ringan di rumah sakit dapat digunakan pasien bergejala sedang hingga berat. Manajemen transisi perawatan pasien ini dilakukan untuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19 pascalibur Lebaran 2021.
Rata-rata keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar saat ini mencapai 90 persen. Okupansinya melonjak tiga kali lipat dibandingkan Lebaran pada 13 Mei lalu yang hanya 29,93 persen.
Di Bandung Raya, keterisian tempat tidur pasien Covid-19 sebesar 93,48 persen. Hal ini sempat membuat sejumlah pasien kesulitan mendapatkan ruang perawatan di beberapa rumah sakit karena penuh.
Kamil berharap Hotel Grand Asrilia dapat menjadi rujukan pemindahan pasien bagi 59 rumah sakit Covid-19 di Bandung Raya. ”Kalau (rumah sakit) sudah kewalahan, tempat tidurnya penuh, pasien kriteria hijau bisa dipindahkan,” ujarnya.
Kesimpulannya, kasus anak-anak di Jabar naik. Namun, jumlahnya sedang kami teliti.
Beberapa hotel di Kabupaten Karawang, Purwakarta, dan Bekasi juga disiapkan menjadi ruang transisi pemulihan pasien Covid-19. Pemindahannya akan dilakukan dalam pekan ini.
Selain di hilir, pengendalian Covid-19 di hulu juga dilakukan dengan menyediakan ruang isolasi di desa dan kelurahan. Namun, fasilitas ini hanya diproyeksikan untuk pasien bergejala ringan hingga sedang.
”Agar jangan sedikit-sedikit (pasien dibawa) ke rumah sakit. Ruang isolasi menggunakan dana desa sebesar sekitar 8 persen,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, sejumlah rumah sakit juga telah diminta menaikkan rasio tempat tidur bagi pasien Covid-19 dari 20 persen menjadi 30-40 persen. Kebijakan ini mesti disertai dengan peningkatan dan penguatan sumber daya manusia (SDM), baik tenaga kesehatan maupun nonkesehatan. Hal itu dilakukan agar penanganan pasien berjalan optimal.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jabar Marion Siagian mengatakan, pihaknya sudah mengirim surat edaran ke rumah sakit untuk mengonversi 30-40 persen dari total tempat tidur sebagai tempat perawatan pasien Covid-19.
”Kemudian di internal rumah sakit dilakukan refocusing tenaga-tenaga yang melayani non-Covid-19 untuk merawat pasien Covid-19,” ucapnya.
Kasus anak meningkat
Kamil mengatakan, kasus Covid-19 pada anak-anak di Jabar meningkat. Namun, ia belum dapat menyebutkan data rincinya.
Mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan sering mendapat pesan melalui media sosial dan aplikasi pesan tentang anak-anak yang terpapar Covid-19. ”Jadi, kesimpulannya, kasus anak-anak di Jabar naik. Namun, jumlahnya sedang kami teliti,” ujarnya.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar, jumlah anak (usia 0-18 tahun) yang terpapar Covid-19 mencapai 52.350 orang. Jumlah itu 14,2 persen dari total kasus di Jabar sebanyak 368.303 kasus. Persentase ini bisa lebih besar karena tidak semua kasus menyertakan data usia.