Covid-19 di Balikpapan Melonjak, RS Kewalahan dan Kekurangan Tenaga Kesehatan
Sekitar 90 persen ruang isolasi dan ICU khusus Covid-19 di Balikpapan terisi. Puluhan pasien mengantre untuk mendapatkan perawatan. Kondisi semakin sulit karena puluhan tenaga kesehatan juga terkonfirmasi Covid-19.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Rumah sakit rujukan Covid-19 di Balikpapan, Kalimantan Timur, sudah kewalahan menerima pasien Covid-19 karena tempat isolasi dan ruang perawatan intensif (ICU) penuh. Akibatnya, puluhan pasien mengantre untuk mendapatkan perawatan. Kondisi semakin sulit karena puluhan tenaga kesehatan juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Keterisian ruang ICU dan ruang isolasi di 11 rumah sakit rujukan di Balikpapan sekitar 90 persen. Pada Senin (28/6/2021) pukul 16.00 Wita, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mencatat, dari 43 tempat tidur di ruang ICU khusus Covid-19, hanya tersisa satu tempat tidur. Sementara itu, dari 406 tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan, hanya tersisa 43 tempat tidur.
”Kemarin pasien rujukan Covid-19 tidak bisa masuk rumah sakit. Hari ini pasien kami terima, tetapi harus menunggu sampai ruang ICU dan UGD (unit gawat darurat) bisa menampung,” kata Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kaltim Edy Iskandar di Balikpapan.
Edi mengatakan, puluhan pasien harus dirawat seadanya sambil menunggu ruang ICU dan UGD kosong. Pihak rumah sakit berusaha menangani dengan cepat pasien di ruang ICU dan UGD. Hal itu dilakukan agar pasien yang mengantre bisa tertangani sesegera mungkin.
Dalam rapat koordinasi dengan satgas Covid-19, 11 rumah sakit rujukan sepakat menambah ruang isolasi dan ICU dengan menggunakan ruangan yang tersedia. Salah satunya, RSUD Kanujoso Djatiwibowo menambah dua ruangan dengan 14 tempat tidur ICU dan 22 tempat tidur di ruang isolasi.
Setelah penambahan kapasitas, RS Pertamina Balikpapan kini memiliki 110 tempat tidur di ruang isolasi dan 20 tempat tidur di ruang ICU. Edy menjelaskan, penanganan pasien juga terkendala karena sekitar 20 perawat khusus pasien Covid-19 di Balikpapan harus melaksanakan isolasi mandiri karena terkonfirmasi positif.
”Tenaga kesehatan kurang. Kami perbantukan tenaga kesehatan yang menangani pasien umum. Kami juga mulai merekrut 30 perawat untuk bertugas di ruang isolasi Covid-19,” kata Edy.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, pihaknya menyiapkan skema baru agar pasien Covid-19 bisa segera dirawat di rumah sakit. Sebelumnya, pasien harus dirawat 14 hari di rumah sakit. Dengan skema baru, pasien yang belum menjalani perawatan 14 hari, tetapi kondisinya dinilai sudah stabil, akan dialihkan ke tempat isolasi mandiri yang disediakan pemerintah.
”Itu akan kami coba, tetapi bukan hari ini. Kami masih melihat perkembangan kasus dan berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab pelayanan yang menangani pasien,” kata Andi.
Saat ini, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro diterapkan di Balikpapan hingga 1 Juli. Namun, pada masa itu, jumlah kasus harian meningkat drastis dari sebelumnya 30-70 kasus per hari menjadi 155 kasus baru pada 28 Juni.
Sekretaris Daerah Balikpapan Sayid MN Fadly menuturkan, Pemerintah Kota Balikpapan sedang membahas untuk memperketat kegiatan masyarakat. Dalam rapat koordinasi, pihak rumah sakit dan dokter meminta penanganan di hulu diselesaikan, yakni pergerakan orang. Sebab, lonjakan jumlah pasien merupakan persoalan di hilir.
”Edaran PPKM skala mikro akan diperketat untuk yang kesepuluh kali. Akan kami revisi yang sudah ada, misalnya tempat usaha yang semula boleh buka hingga pukul 22.00 Wita akan direvisi sampai pukul 21.00 Wita saja,” kata Fadly.