Mobilitas Warga Melonjak, Kasus Positif Harian di Sumsel Menyentuh Angka Tertinggi
Kasus harian positif Covid-19 di Sumatera Selatan kembali menembus angka 200 kasus menjadi kali kedua sejak Idul Fitri 2021. Mobilitas yang tinggi dan penularan yang begitu cepat menjadi penyebab.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Kasus harian positif Covid-19 di Sumatera Selatan kembali menembus angka 200 kasus. Ini adalah kali kedua sejak Idul Fitri 2021. Mobilitas yang tinggi dan penularan yang begitu cepat menjadi penyebabnya. Pembatasan mobilitas warga dan percepatan vaksinasi menjadi strategi yang dapat digunakan untuk menekan penularan.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Sabtu (26/6/2021), di Palembang. Dia menyampaikan, pada Jumat (25/6/2021), kasus positif Covid-19 harian di Sumsel mencapai angka 202 kasus. Ini adalah kali kedua setelah Idul Fitri.
Pada Sabtu (22/5/2021), kasus positif Covid-19 harian di Sumsel pernah menyentuh angka 204 kasus. ”Itu merupakan kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 menjangkiti Sumatera Selatan,” ujar Lesty.
Peningkatan kasus pasca-Lebaran memang sudah diprediksi sebelumnya. Biasanya kasus positif akan meningkat pada periode waktu dua minggu sampai tujuh minggu setelah Idul Fitri. Hal itu terbukti, rata-rata kasus harian di Sumsel pasca-Idul Fitri selalu di atas 150 kasus. Angka ini melonjak dibanding sebelum Lebaran dengan rata-rata kasus positif sekitar 100-120 kasus.
Memang sejak awal pusat perbelanjaan dan kafe harus tutup pada pukul 21.00 WIB. Jika lebih dari itu, tentu akan ditertibkan. (Irvan Prawira)
Lesty menjelaskan, tingginya kasus positif Covid-19 di Sumsel saat ini dipengaruhi beberapa faktor, mulai dari meningkatnya mobilitas warga dan juga adanya penularan virus yang begitu cepat. Walau masih terus diteliti, beberapa varian memang sudah masuk di Sumsel sejak Desember 2020. Dimulai dari virus varian B.1.1.7 atau varian Alpha yang menjangkiti seorang warga Palembang.
Kemudian berlanjut dengan virus varian B.1.6.1.7 atau varian Delta yang juga menjangkiti empat orang dari daerah yang berbeda, yakni Palembang, Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Prabumulih.
Walau semua penderita sudah sembuh, ujar Lesty, pihaknya masih mengirimkan sampel ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran virus varian baru di Sumsel.
Sampel yang dikirim adalah mereka yang positif Covid-19 dengan menderita sejumlah gejala terutama di daerah yang pernah terjangkit. Sembari menunggu hasil pemeriksaan, untuk mencegah penyebaran virus varian baru, pelacakan, pemeriksaan, dan pemulihan (3T) terus dilakukan.
Bahkan, sejak tes usap antigen diakui sebagai alat pemeriksaan, jumlah pengujian di Sumsel juga ditingkatkan yang semula 8 kontak erat dari setiap kasus positif sekarang sudah 15 kontak erat.
Melihat dari jumlah kasus yang terus meningkat, dirinya berharap agar masyarakat Sumsel tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Jika hal itu tidak dilakukan, dikhawatirkan jumlah kasus aktif meningkat dan akan berdampak pada melonjaknya kebutuhan tempat tidur di rumah sakit.
Hingga kini, ujar Lesty, jumlah kasus aktif di Sumsel mencapai 1.450 orang (5,2 persen) dengan jumlah tingkat keterisian tempat tidur mencapai 51 persen. Jika angka keterisian tempat tidur sudah menyentuh 70 persen, tentu kapasitas tempat tidur harus ditambah dengan membuka tower di kawasan Wisma Atlet Jakabaring, Palembang.
Upaya pembatasan
Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Eko Indra Heri mengatakan, untuk membatasi mobilitas penduduk, sejumlah ruas jalan akan ditutup. Penutupan ini bertujuan agar masyarakat menyadari bahwa saat ini Sumatera Selatan khususnya Palembang masih dalam situasi pandemi. Penutupan jalur dilakukan di ruas jalan yang memang dalam status zona merah (berisiko tinggi).
Di sisi lain, upaya vaksinasi juga menjadi solusi agar segera tercipta kekebalan komunal di masyarakat. ”Semua instansi akan bekerja sama sehingga proses vaksinasi dapat dipercepat dan menjangkau semua daerah di Sumsel,” ucap Eko.
Kepala Polrestabes Palembang Komisaris Besar Irvan Prawira menuturkan, untuk mencegah penularan, penertiban pada tempat yang memicu kerumunan juga terus dilakukan utamanya kafe dan pusat perbelanjaan.
”Memang sejak awal, pusat perbelanjaan dan kafe harus tutup pada pukul 21.00 WIB. Jika lebih dari itu tentu akan ditertibkan,” katanya.
Pakar mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono, mengatakan, pembatasan memang perlu dilakukan, tetapi yang terpenting adalah memastikan protokol kesehatan benar-benar diterapkan. ”Percuma jalan atau waktu operasional dibatasi, tetapi protokol kesehatan tidak dijalankan,” ucapnya.
Di sisi lain, Yuwono menyarankan agar pemeriksaan terhadap varian baru dipercepat. Tujuannya agar penularan virus tidak meluas. ”Dengan virus yang cepat dideteksi, upaya mitigasi dan pecegahan dapat dilakukan segera,” ucapnya.