”Rumah Niaga” Pacu Pemasaran Produk Unggulan Banyumas
Pemerintah Kabupaten Banyumas meresmikan Rumah Niaga untuk mendukung promosi dan pemasaran produk unggulan dari pelaku usaha Banyumas. Kerja sama dengan lokapasar dibutuhkan untuk perluas pemasaran.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Rumah Niaga di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (22/6/2021), diresmikan untuk mendorong pemasaran produk unggulan usaha mikro, kecil, dan menengah setempat. Kerja sama dengan lokapasar (marketplace) juga diupayakan agar pemasaran produk secara nasional bisa diungkit melalui platform digital.
”Ada sekitar 200 produk dari 100 pelaku usaha yang telah kami kurasi. Di sini ada produk-produk makanan dan kerajinan,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Yuniyanto di Purwokerto, Banyumas, Selasa (22/6/2021).
Yuniyanto menyampaikan, produk yang telah lolos seleksi oleh dinas akan dibantu pemasaran dan promosinya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kerja sama dengan lokapasar seperti blibli.com serta Amikom Purwokerto juga dilakukan untuk mengangkat produk-produk lokal Banyumas ini.
”Harapannya, ini bisa berkelanjutan dan pelaku usaha bisa kian berdaya saing, bisa bertambah baik kualitasnya. Kami juga melakukan pelatihan-pelatihan, misalnya dalam hal manajemen,” ujarnya.
Bupati Banyumas Achmad Husein saat meresmikan Rumah Niaga mengatakan, dibutuhkan inovasi produk ataupun pemasaran. Apalagi, saat ini, pandemi Covid-19 masih membatasi ruang gerak masyarakat.
”Saya pernah menemukan mendoan yang tipis dan tidak banyak minyak. Ini bisa jadi inovasi karena mendoan selama ini dikenal sebagai makanan dengan banyak minyaknya. Orang akan takut kena kolesterol dan tidak jadi makan mendoan,” ujar Husein.
Husein juga meminta supaya dinas terkait lebih giat memfasilitasi para pelaku usaha untuk menjangkau pasar global, antara lain dengan melayani pengurusan izin ekspor. Menurut dia, pemerintah harus bisa membantu mengurus ekspor. Ini tidak mudah karena ada banyak sekali syarat-syaratnya.
”Kalau pelaku usaha meraba-raba sendiri untuk ekspor, bisa terlalu lama nanti,” katanya.
Husein juga menekankan pentingnya kolaborasi dan bekerja sama dengan lokapasar besar guna memasarkan produk-produk unggulan dari masyarakat Banyumas. ”Kita tidak mungkin membawa produk ke mana-mana. Ini repot sekali. Kita bisa bekerja sama dengan marketplace misalnya Bukalapak atau Tokopedia. Pengemasan dibuat menarik. Harus semua jaringan dipakai karena kita tidak bisa bekerja sendiri,” ujarnya.
Riene Zee, salah satu pembuat kerajinan fesyen ecoprint, mengatakan, dirinya menekuni kerajinan ecoprint sejak 1,5 tahun terakhir karena pandemi. Riene yang sebelumnya seorang penata rias memanfaatkan waktu selama pandemi untuk berkreasi mengembangkan ecoprint dan memproduksi kain, tas, dompet dengan kain ecoprint. Harga produk ecoprint-nya mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 2,5 juta.
Selain produk ecoprint, sejumlah produk lain yang dipajang di Rumah Niaga antara lain sandal, sepatu, gula semut, keripik pare aneka rasa, lanting, keripik gadung, kopi, intip manis pedas, keripik pisang, onde-onde, manggleng singkong, keripik talas, telur asin, abon, kue brownies, dan aneka jamu.