Tujuh Desa Terpencil di NTT Nikmati Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri
Sebanyak tujuh desa terpencil di Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Alor, NTT, kini menikmati aliran listrik tenaga surya. Perangkat itu dirakit, dioperasikan, dan dirawat secara mandiri oleh ibu-ibu warga desa.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KALABAHI, KOMPAS — Sebanyak tujuh desa terpencil di Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, kini menikmati aliran listrik tenaga surya. Perangkat itu dirakit, dioperasikan, dan dirawat secara mandiri oleh sejumlah ibu warga desa berbekal pelatihan yang mereka peroleh di India.
Pendampingan dan pelatihan listrik tenaga surya (LTS) itu difasilitasi Yayasan Wadah Titian Harapan (WTH). Ketua Yayasan WTH Anie Hashim di Kalabahi, NTT, Kamis (10/6/2021), mengatakan, WTH menyiapkan tujuh ibu dari dua desa di Kabupaten Alor dan tujuh ibu dari lima desa di Kabupaten Nagekeo untuk program ini.
Di masing-masing desa pedalaman ini ada satu bengkel listrik tenaga surya (BLTS) sehingga ada tujuh BLTS di dua kabupaten itu. Bengkel itu milik masyarakat desa setempat. ”Selain untuk menyimpan peralatan, perbaikan lampu, dan panel listrik, juga untuk berlatih merakit, tempat musyawarah, dan tempat warga berkumpul melakukan kegiatan bersama,” kata Hashim.
Setiap bengkel dikelola oleh satu komite yang dibentuk masyarakat desa sendiri. Komite ini bertugas memastikan perangkat LTS yang telah dipasang di rumah-rumah penerima manfaat berfungsi dengan baik. Komite juga memastikan komponen LTS tetap terawat.
Fasilitator Yayasan WTH Alor Johanis Atamai mengatakan, total 606 rumah di tujuh desa itu yang telah menikmati LTS secara mandiri. Dua desa di Alor, yakni Tasi dan Talwai, sedangkan lima desa di Nagekeo, yakni Makipaket, Rendubulowe, Tadakisa, Tedamude, dan Pagomogo.
Johanis mengatakan, setiap warga bertanggung jawab atas keberlangsungan LTS yang telah terpasang di rumah masing-masing. Setiap bulan, komite mengadakan pertemuan untuk mendengarkan masukan, termasuk keluhan warga penerima manfaat. Komite ini didampingi perwakilan dari Yayasan WTH yang ada di Alor dan Nagekeo.
Listrik tersebut dirakit, dipasang, dan diperbaiki oleh 14 ibu rumah tangga yang telah mengikuti pelatihan selama enam bulan di Tilonia, India, pada 2018- 2019. Pelatihan itu terwujud dengan dukungan dana BNP Paribas dan Islamic Development Bank melalui fasilitasi Yayasan WTH.
Ibu-ibu berusia 35-50 tahun itu belajar memahami fungsi setiap alat, jenis alat yang digunakan, cara merakit, cara solder, jenis solder, dan semua persoalan lain terkait LTS. ”Mereka bahkan kini melatih beberapa tenaga teknisi lokal di desa untuk membantu mereka,” kata Johanis.
Sekembalinya dari pelatihan di India itu, lembaga yang memberi pelatihan mengirim berbagai peralatan LTS ke Alor dan Nagekeo. Perakitan dan pemasangan pun dilakukan oleh para ibu tersebut hingga pada Desember 2020 ketujuh desa mulai menikmati listrik tenaga surya.
”Khusus di Alor, saat ini ada enam ibu dari Pulau Pantar datang belajar di Desa Tasi dan Desa Talwai. Setelah mahir, mereka akan pulang dan memasang LTS di rumah-rumah warga di desa mereka. Mereka datang dengan biaya dari dana desa setempat,” kata Johanis.
Johanis mengatakan, di Alor, untuk pengoperasian dan perawatan perangkat LTS, warga diwajibkan mengumpulkan uang Rp 35.000 per bulan per kepala keluarga. LTS hanya bisa untuk kebutuhan lampu penerangan rumah dan keperluan listrik sederhana, seperti mengisi daya baterai telepon seluler.
Johanis menambahkan, pendampingan LTS yang dilakukan Yayasan WTH ini bagian dari tiga bidang yang menjadi fokus mereka, yakni pertanian, pendidikan khusus PAUD, dan kesehatan. Kelistrikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat masuk dalam bidang pertanian.
Fasilitator Yayasan WTH Nagekeo Yohanes Siga mengatakan, 300 unit rumah warga di Nagekeo telah mendapatkan LTS. Saat ini, 300 unit LTS lagi sedang dalam proses pengiriman dari India. ”Seharusnya, kami juga mau kirim lagi tujuh ibu ke India. Namun, karena pandemi Covid-19, mereka belajar dari ibu yang sudah mengikuti pelatihan di India,” kata Yohanes.
Yayasan WTH hadir di NTT sejak 2013. Secara total, program LTS ini telah menerangi 1.306 unit rumah warga. Selain di Negekeo dan Alor, sebelumnya juga telah dilakukan di Kabupaten Sikka dan Timor Tengah Selatan dengan pola yang sama.
Bupati Nageko Johanes Donbosco Do menyampaikan terima kasih kepada Yayasan WTH dan Barefoot College di India yang telah memberikan kesempatan kepada tujuh ibu dari Nageko untuk belajar merakit dan memasang LTS. Dengan kehadiran listrik di lima desa itu, masyarakat bisa beraktivitas di malam hari, seperti menenun. Anak-anak pun bisa belajar dengan nyaman.